Bab 33 | Titipan

62 7 2
                                    

Karena pada dasarnya, dunia tidaklah abadi. Apa yang kamu miliki itu semua hanya titipan.

-Menyapa Rindu-

Sejatinya semua yang ada di dunia tidak akan pernah abadi dan suatu hari apa yang kita miliki hari ini akan kembali juga pada sang pemilik sebenarnya. Dan itulah yang saat ini Rindu rasakan, orang yang ia sayangi sudah kembali pada Allah SWT.

"Rindu jangan terlalu banyak menangis, lo harus kuat menjalani ini semua." Gadis yang sudah melepaskan jilbabnya dan masih mengenakan gamis hanya diam ketika Amanda memeluknya. Ia tidak pernah mengeluarkan suara setelah bundanya tidak bernapas lagi. Sebagian dari dirinya terasa hilang dan hampa, ia tidak ingin melakukan apa-apa atau hanya sekedar membalas ucapan teman-temannya.

Bahkan ia terus berdiam diri di kamar karena ia tidak sanggup lagi melihat banyaknya orang berdatangan dengan wajah sedih, yang semakin membuat hati Rindu teriris pilu. Apalagi ketika mereka mengasihani Rindu, itu semakin memperdalam dan memperjelas bahwa ini semua nyata. Ia sudah kehilangan Nada selama-lamanya.

"Sebaiknya lo tidur ya, dari kemarin lo belum istirahat." Amanda melepaskan pelukannya sembari mengusap air mata Rindu yang mulai berhenti. Ia tidak bisa berbuat banyak untuk menghibur temannya, karena kejadian ini memang tidak mudah untuk dilupakan. Kehilangan seseorang yang begitu di cintai, bukanlah sesuatu yang mudah.

Pintu kamar terbuka lebar menampakkan Zahra dan Putri yang sudah membawa nampan berisi makanan untuk Rindu.

"Rin, lo makan dulu ya." Putri duduk di samping Amanda yang di tangannya sudah membawa piring. Sementara Zahra meletakkan nampan berisi segelas air di atas nakas.

Melihat reaksi Rindu yang menggeleng, Amanda segera mengambil alih piring dari Putri, "lo harus makan Rindu, lo harus tetap sehat supaya nanti kita bisa lulus bareng. Lo kan yang bilang, kalo kita itu harus terus bersama?" Amanda mencoba menyuapi Rindu yang enggan membuka mulut.

"Kenapa Rindu? Rindu gak mau makan ya?" Suara dari arah pintu membuat keempat gadis di atas ranjang menoleh.

"Sini Mama suapin, kamu gak boleh mogok makan kayak gini. Kasihan teman-teman kamu, mereka udah capek menemani kamu dari kemarin." Annisa melangkah mendekati menantunya sembari meraih piring dari Amanda.

"Kalian ke bawah aja, Tante udah siapin makanan untuk kalian. Kalian belum makan kan? Dari pagi tadi?" Mendengar pernyataan dari Annisa membuat Zahra dan Putri berdiri, sementara Amanda masih berat untuk meninggalkan Rindu sendiri.

"Ayo Manda, kamu gak perlu khawatir. Biar Tante yang jaga Rindu." Annisa menarik tangan Amanda pelan agar gadis itu segera berdiri dan melaksanakan perintahnya.

Setelah kepergian teman-teman Rindu, Amanda duduk berhadapan dengan menantunya, "kenapa sayang? Kenapa kamu menghukum diri kamu sendiri?" Amanda mengusap lembut rambut Rindu.

"Apakah kamu pikir hanya kamu yang merasa kehilangan? Apakah kamu tidak melihat ayah kamu di bawah?" Rindu mendongak menatap Annisa. Ia tidak tau apa yang sebenarnya wanita itu katakan.

"Meksipun ayah kamu tidak menangis, tapi di dalam hatinya paling dalam, ia begitu merasa kehilangan Rindu. Apa yang kamu lihat, hanyalah sampul. Kamu tidak pernah tau apa yang saat ini ayah kamu rasakan, dia begitu membutuhkan kamu saat ini sayang. Tidak ada orang lain, selain kamu yang dapat menguatkan dia." Annisa mengusap air matanya cepat sebelum menetes melewati pipinya, "jika kamu menangis seperti ini, siapa yang akan menguatkan ayah kamu? Jika kamu sedih dan mengurung diri, apakah bunda akan kembali? Apakah ayah kamu tidak bertambah sedih, jika kamu seperti ini?"

"Lalu, apa yang aku bisa lakukan Ma? Aku, aku belum bisa menerima kenyataan ini." Air mata Rindu kembali menetes, ia dengan cepat memeluk Annisa.

"Berhentilah menangis dan cobalah iklhas akan apa yang Allah ambil dari Rindu. Karena pada dasarnya, dunia tidaklah abadi. Apa yang kamu miliki itu semua hanya titipan." Annisa mengusap lembut rambut menantunya. Ia juga merasa kehilangan akan sosok sahabat baiknya, tapi jika ia lemah, lalu siapa yang menenangkan Rindu.

***

Di malam hari Melvin yang baru saja dari bawah merasa sedih akan keadaan istrinya. Meksipun seharian ini ia tidak tau akan kondisi Rindu, tapi dari apa yang mamanya katakan membuat Melvin merasa prihatin dan tidak berdaya, karena Candra meminta dirinya agar tidak berada dekat dengan Rindu Ketika di depan banyak orang. Apalagi tadi ada teman-teman istrinya yang baru pulang ketika isya.

Ketika Melvin ingin menyelimuti Rindu yang terlihat kedinginan, gadis itu terisak dalam tidurnya membuat Melvin mengurungkan niatnya.

"Rindu?" Melvin mencoba memastikan bahwa Rindu masih bangun. Tapi nyatanya gadis itu mengigau dengan di susul menyebut bundanya sembari menangis dan mendekap guling erat.

Melihat itu, Melvin merasa prihatin dengan keadaan Rindu yang seharian atau dari kemarin terus menangis. Secara tidak sadar Melvin menyentuh kening istrinya yang ternyata panas tinggi. Segera ia keluar kamar bermaksud mencari handuk dan air panas untuk menurunkan demam istrinya.

"Kamu tidak boleh sakit Rindu," gumam Melvin ketika ia meletakkan handuk yang sudah ia rendam di air panas pada kening Rindu.

Ketika Melvin melakukan itu, tiba-tiba tangannya ditarik dan dipeluk oleh Rindu, membuat ia tidak bisa bergerak dan meletakkan handuk pada keningnya.

"Jangan pergi bunda," Melvin mencoba menahan laju air matanya yang hendak menetes. Ia tidak boleh terlihat lemah didepan Rindu.

"Rindu tidak ingin bunda pergi," Rindu terus memeluk tangan suaminya sembari mengigau. Membuat Melvin mau tidak mau merebahkan tubuhnya karena ia juga sudah lelah seharian membantu ayah mertuanya mengurus jenazah dan menyambut para tamu.

"Tidur yang nyenyak," tanpa sadar Melvin mengusap lembut rambut Rindu dengan tangan kiri yang tidak di pelupuk istrinya, "meksipun saya tidak yakin akan bisa menjaga kamu selamanya, tapi untuk saat ini saya akan berusaha yang terbaik untuk kamu."

🏫


Cerita baru yang akan menemani kalian setelah Menyapa Rindu ending

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita baru yang akan menemani kalian setelah Menyapa Rindu ending

Dari kedua cerita diatas, kalian udah bisa menebak genre tentang apa? Jangan lupa tinggalkan jejak dengan klik bintang atau komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dari kedua cerita diatas, kalian udah bisa menebak genre tentang apa?
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan klik bintang atau komen.

Menyapa Rindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang