Pertarungan terbesar berasal dari diri sendiri.
-Menyapa Rindu-
Rindu sesekali menguap mendengar penjelasan Sarah yang saat ini sedang mengajar pelajaran bahasa Inggris. Ia sendari tadi merasa kesal dan pikirannya tidak tenang akan kejadian semalam. Meksipun ia sudah mencoba melupakan dengan cara berbicara dengan teman-temannya atau hanya sekedar mencoret buku tulisnya, tapi suara Melvin yang begitu jelas terus meneror pikirannya.
"Ada yang kurang paham akan penjelasan Ibu?" Rindu menatap Sarah yang saat ini tersenyum, ia merasa minder dengan wajahnya sendiri karena tidak terlalu cantik. Apalagi ketika ia tidak sengaja menatap pantulan dirinya dari cermin yang Putri pegang.
"Tidak Miss, sangat-sangat paham kok." Amanda mengangkat tangannya mengacungkan jempol yang langsung mendapat respon senang guru muda itu.
"Baiklah kalo begitu, agar apa yang saya jelaskan tidak keluar begitu saja dari kepala kalian. Silakan untuk tugas selanjutnya, kerjakan LKS halaman 43." Rindu memutar bola matanya malas merasa risih akan suara lembut Sarah. Padahal sebelumnya ia tidak pernah melakukan itu kecuali pada guru yang memang mencari gara-gara kepadanya.
"Lo kenapa Rin? Kayak gak suka gitu sama Mis Sarah?" Amanda dan Zahra yang mendengar pertanyaan Putri langsung menatap Rindu tidak mengerti.
"Bukan urusan lo," Rindu meletakkan kepalanya di atas meja. Ia tidak ingin di ganggu siapa-siapa.
"Aneh banget sih lo, biasanya juga lo selalu semangat kalo pelajarannya Mis Sarah, kenapa sekarang jadi aneh gini?" Amanda mendorong bahu Rindu yang langsung menunjukkan ketidak sukaannya.
Semua orang bersorak gembira membuat Rindu langsung mengangkat kepalanya dan menatap ke arah pintu yang saat ini sudah ada Sarah dan Melvin. Mereka saling melempar pandang sekaligus senyuman, meksipun Melvin hanya mengangkat sudut bibirnya kaku.
"Romantis banget ya, Mis Sarah yang mau keluar terus Pak Melvin nya mau masuk. Kayak pas banget gitu." Beberapa orang saking gembiranya menepuk-nepuk meja. Semua orang senang, kecuali Rindu yang semakin meradang.
"Gak usah lebay deh,"
"Lo kenapa Rin? Gak suka liat mereka romantis?" Amanda menarik pundak Rindu mencoba untuk mengetahui apa sebenarnya permasalahan temannya itu. Kenapa sendari tadi Rindu bertingkah laku aneh.
"Putus dari Aldo mungkin," sembur Zahra asal tanpa mengalihkan perhatian kepada Melvin yang tersenyum kaku kepada Sarah.
"Gak usah ngasal! Gue gak ada hubungan sama Aldo!" Rindu mendengus kesal saking banyaknya orang yang hari ini membuat perasannya berantakan.
Rindu berdiri sembari mengebrak meja, "kalian bisa diam gak?! Kayak anak TK aja?!" Sentakan keras dari gadis berambut pendek itu mampu membuat seisi kelas diam. Mereka mengalihkan pandangan menatap heran Rindu yang tiba-tiba marah.
"Udah duduk lagi Rin, lo mau kena hukuman lagi sama Pak Melvin?" Putri menarik-narik seragam Rindu setelah ia melihat perubahan wajah Melvin yang saat ini sudah berjalan mendekati meja guru.
"Masa bodo! Gue gak peduli!" Rindu duduk menatap kesal kepada Melvin yang sepertinya tidak merasa terganggu atau malu sedang berduaan dengan Sarah.
"Silahkan kumpulkan semua buku kimia, karena hari ini kita akan ulangan harian." Semua orang membulatkan matanya tidak percaya, mereka pikir hari ini akan pergi ke laboratorium, tapi ternyata ulangan mendadak.
"Kebiasaan deh!" Rindu yang mendengar keluhan dari Putri hanya bisa menarik napas panjang. Apakah tidak cukup untuk dirinya melalui kejadian buruk hari ini, kenapa sekarang Melvin dengan gampangnya memberikan kejutan yang luar biasa.
"Iya nih, kebiasaan ulangan mendadak! Gue sumpaihin punya istri yang jelek, cerewet, ngeselin!" Rindu membalikkan tubuhnya menatap tidak suka kepada Amanda yang sedang memberikan buku kimia kepada Zahra.
"Sekalian, semoga jodohnya cewek cabe-cabean! Biar tau rasa!" Rindu membulatkan mata mendengar pernyataan dari Zahra, bagaimana bisa gadis itu menyumpahinya tepat didepannya? Rindu ingin tengelam saja kalo seperti ini harinya.
"Kenapa Rin? Lo mau sumpaihin Pak Melvin juga?" Amanda yang melihat wajah kesal Rindu merasa heran.
***
Baru kali ini Rindu merasa begitu kesal berkali-kali lipat. Bagaimana tidak? Ketika ia ingin menikmati makan siangnya di kantin, teman-temannya malah sibuk bergosip. Bukannya Rindu tidak suka kegiatan menyenangkan itu, hanya saja yang menjadi topiknya adalah Melvin dan Sarah. Tidak ada bahan pembicaraan lagi apa? Selain kedua orang itu?
"Apa yang kita asumsikan selama ini kayaknya bener deh," Amanda memakan nasi goreng yang ia pesan sembari menatap ketiga temannya antusias. Jangan ditanyakan lagi kenapa Amanda begitu bersemangat, karena dirinya adalah ratu gosip. Kalo soal membicarakan orang, ia yang paling maju dan bersemangat duluan.
"Sebelumnya gue gak percaya sih, tapi waktu gue liat Pak Melvin senyum ke Mis Sarah. Gue percaya." Rindu memutar bola mata malas mendengar pernyataan Zahra. Senyum kaku gitu, dibilang senyum? Teman-temannya udah gak waras.
"Sumpah! Gue baru tau kalo Pak Melvin ternyata bisa senyum! Ganteng banget, kayak artis Korea!" Putri bersuara antusias membayangkan kembali senyuman Melvin yang sudah membuat dirinya kagum.
"Lebay," Amanda menatap sinis Putri yang langsung mengerucutkan bibir.
"Emang bener sih, kalo seandainya pak Melvin bukan punyanya mis Sarah, gue mau calonin diri gue sebagai istrinya." Amanda tersenyum tanpa dosa sembari melahap nasi gorengnya.
Zahra yang sudah menyantap soto ayam yang ia pesan melirik sekilas Amanda, "tadi waktu di kelas aja nyumpahin pak Melvin punya istri jelek cerewet, sekarang malah mau daftar jadi istrinya." Zahra menggelengkan kepala melihat tingkah aneh temannya.
"Ya itu kan tadi! Sekarang gak lagi, lagian siapa suruh ulangan dadakan! Bikin orang bad mood aja!" Amanda melampiaskan kekesalannya dengan melahap nasi goreng dengan cepat.
"Udahlah gak usah rebutan! Mending pak Melvin buat gu..."
"Bacot?!" Amanda tersedak kaget ketika tiba-tiba Rindu mengebrak meja sembari berdiri.
"Lo apa-apaan sih Rin?" Zahra yang menikmati sotonya menatap kesal Rindu yang saat ini menjadi pusat perhatian seluruh pengunjung kantin.
"Rin, lo kenapa?" Rindu menghempaskan tangan Putri yang akan menarik seragamnya.
Rindu yang menyadari akan amarahnya, langsung berlalu pergi meninggalkan teman-temannya yang menatap dirinya dengan bingung.
"Dia kerasukan atau gimana?" Zahra kesal sendiri dengan apa yang dilakukan Rindu, ia mencoba menikmati sotonya kembali. Sementara Putri mencoba membantu Amanda minum karena tersedak.
🏫
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyapa Rindu
Teen FictionSesuatu yang di bangun dari keterpaksaan akan berakhir tidak menyenangkan. Begitupun dengan perjodohan yang tiba-tiba berada di depan mata Rindu Aisya Fitri. Di umur yang masih semangat mengejar mimpi, harus terkalahkan oleh permintaan kedua orang t...