Bab 2 | Roti Panggang

76 13 5
                                    

Nikmati setiap detiknya dengan orang yang kamu sayang, karena kamu tidak pernah tau akan kehilangan mereka di saat kapan dan dimana.

-Menyapa Rindu-

"Ayah tau tadi?" Rindu mendongak di sela-sela makan malamnya menatap Nada yang akan mulai mengeluarkan kekesalannya, "putri kesayangan Ayah satu-satunya berlaku gak sopan tadi, sama Nisa!"

Rindu yang mengenakan kaos hitam berlengan pendek hanya bisa menarik napas panjang. Untuk saat ini, biarkan ia menikmati makan malamnya dengan tenang.

"Annisa tadi datang kesini?" Candra - Ayah dari Rindu yang juga menikmati makanan mendongak membalas pernyataan istrinya yang berada di sampingnya, sedang mengupas buah apel. Nada sengaja tidak makan seperti suami dan anaknya karena ia tidak selera.

"Iya dia kesini, anak Ayah malah langsung nyelonong masuk gak salaman dulu sama Nisa!" Nada melirik sinis ke arah Rindu yang langsung memutar bola mata malas. Bundanya selalu memiliki cara agar dirinya mendapatkan teguran dari Candra.

"Rindu itu capek Bun! Di sekolah, Rindu lari keliling lapangan! 20 kali! Jelas dong! Kalo Rindu capek dan mau tidur!" Rindu memanyunkan bibir menatap kesal kepada Bundanya. Ia sudah menyelesaikan makan malamnya, jadi ia bisa meladeni omelan Nada seperti biasa.

"Liat Yah! Dia malah buat banyak alasan! Jelas-jelas kalo sekolah ya capek! Lari segitu aja udah loyo! Gimana kalo kamu hidup di jaman Bunda dulu coba?" Candra menatap istri dan putrinya secara bergantian. Entah kesalahan apa di masa lalu membuat dirinya mendapatkan dua wanita cantik yang cerewet.

"Ya, Bunda jangan sama-samain sama jaman dulu! Jaman sekarang sama dulu itu jauh! Jauh beda!" Rindu dan Nada dua wanita yang memiliki karakter tidak beda jauh. Cerewet, keras kepala dan juga gampang terpancing. Membuat Candra yang satu-satunya lelaki di keluarga harus terus bersabar menghadapi tingkah laku yang sekilas seperti hewan liar.

"Sebaiknya Rindu ke kamar, kamu harus belajar, besok sekolah." Candra beranjak dari duduknya lalu menghampiri istri yang begitu ia cintai, "kamu juga harus istirahat, besok kita mau keluar kan?" Pria paruh baya itu menatap lekat kedua mata Nada yang langsung diam dan menurut apa yang di bilang suaminya.

Rindu yang melihat keromantisan kedua orang tuanya hanya bisa memanyunkan bibir. Ia menganggap bahwa Ayahnya adalah tipikal orang yang tidak malu menunjukkan keromantisan rumah tangga di depan umum, sekalipun itu di hadapannya.

***

Suasana kantin lumayan ramai. Beberapa anak memilih memesan minuman dingin karena cuaca di luar sekolah begitu terik, tak terkecuali Rindu yang sudah meneguk es jeruk dengan cepat hingga tersisa setengah.

"Eh, liat!" Gadis berambut panjang yang duduk di samping Rindu tiba-tiba menujuk ke arah pintu masuk kantin, membuat Rindu, Putri dan juga Zahra refleks menoleh mencoba mencari seseorang yang sudah mencuri perhatian Amanda, gadis yang paling fashionable dari yang lainnya.

"Dia bukannya Aldo?" Amanda mengangguk antusias ke arah Zahra yang berada di depan sebrang mejanya.

"Dia itu cowok terkeren di sekolah! Banyak banget pengikut instagramnya! Pokoknya cowok idaman banget deh!" Rindu merasa muak setiap kali Amanda mulai membicarakan tentang pria. Bukannya apa, tapi hampir setiap hari gadis berambut panjang itu terus membicarakan tentang laki-laki yang berbeda di setiap mereka bicara. Membuat Rindu merasa bingung, sebenarnya Amanda itu menyukai siapa.

"Gue gak kenal! Dia bukan anak basket!" Putri menaikkan bahu tidak tertarik dengan topik yang Amanda pilih, lebih baik ia menikmati mie ayam yang tinggal sedikit.

Menyapa Rindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang