Bab 18 | Basket

36 7 0
                                        

Kadang, lebih baik menyembunyikan kebenaran dari pada mengungkapkannya yang nanti akan menimbulkan derita.

-Menyapa Rindu-

Sudah beberapa hari ini Rindu berada satu atap dengan guru kimia yang ternyata menjadi suaminya sendiri. Ia sebelumnya tidak pernah menyangka atau bahkan bisa membayangkan jika suatu hari nanti ia akan menjalin ikatan dengan Melvin.

Meksipun awalnya Rindu terpaksa akan pernikahan ini, mau tidak mau ia juga harus beradaptasi dan mulai menerima takdirnya yang tidak sesuai ekspektasi. Ini semua hanya untuk bundanya, Rindu tidak ingin menjadi anak durhaka dan mengecewakan kedua orang tuanya. Ia sangat menyayangi mereka, meskipun kadang ia tidak menuruti kemauan kedua orang tuanya, seperti menutup aurat.

"Rin, ngelamunin apa sih?" Rindu membuyarkan lamunan ketika Putri menepuk pundaknya pelan. Saat ini dirinya berada di samping lapangan sedang menyaksikan teman-temannya bermain basket dengan kelas lain.

"Rindu gak lagi melamun, ia dari tadi liatin Aldo!" Amanda yang duduk di samping Putri menujuk ke arah lapangan basket, lebih tepatnya ia menujuk Aldo yang sedang memantulkan bola.

"Dia jago juga ya mainnya, kenapa dia gak ikut ekskul basket aja?" tanya Putri dengan polosnya menatap Rindu bertanya.

"Kenapa lo liat gue?" sungut Rindu tidak suka, memangnya dia orang tua Aldo apa? Sehingga ia tau segalanya tentang lelaki itu.

"Lo kan pacarnya! Jadi jelas, lo tau kenapa."

"Gue udah bilang, gue gak ada apa-apa sama Aldo! Dia itu cuma temen!" Rindu mencoba menjelaskan, ia tidak ingin ada kesalah pahaman.

"Lo yakin Rin? Gak ada hubungan sama Aldo? Dia ganteng lo!" Putri mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan oleh Amanda. Meksipun Aldo bukan dalam jajaran anak terkenal di sekolah, tapi eksistensinya dalam dunia bulutangkis dan juga sikap mudah bergaulnya dapat membuat Aldo terkenal.

"Kalian bisa diem gak sih? Gue lagi fokus liat pertandingan!" Putri yang akan mengeluarkan suara langsung menutup mulutnya kembali ketika ia melihat lirikan tidak suka dari Zahra yang duduk di samping kiri Rindu.

"Meksipun dia ganteng, dia bukan tipe gue." Pernyataan datar dari Rindu membuat Amanda dan Putri kembali kepo ingin tau.

"Terus, tipe cowok idaman lo kayak gimana?" tanya Amanda yang tidak sabar mengetahui kriteria pria yang disukai sahabatnya.

"Kenapa lo malah liat Pak Melvin? Tipe idaman Rindu, kayak Pak Melvin?" tanya Putri bingung setelah ia melihat arah pandang Rindu yang menatap koridor sekolah, disana terlihat pak Melvin sedang berjalan beriringan dengan mis Sarah.

"Enak aja! Jijik banget kalo tipe gue kayak dia!" Putri meringis ketika dengan tiba-tiba, Rindu menepuk pahanya keras.

"Tau nih Putri! Masa sih, tipe idaman Rindu kayak Pak Melvin? Yang ada, Rindu udah bunuh diri kalo dia nikah sama Pak Melvin!" Pernyataan dari Amanda sedikit menenangkan Rindu, tapi ia tidak terlalu senang akan kalimat terakhir yang menyatakan ia akan bunuh diri jika menikah dengan Melvin. Syukurlah dia kuat, jadi ia tidak bunuh diri hingga sekarang.

"Ya maaf, habisnya tadi Rindu malah liat Pak Melvin! Gue pikir ya, tipe idaman Rindu itu Pak Melvin!" terang Putri dengan polosnya membuat Rindu mengusap dadanya sabar.

"Gue bilang jangan berisik!" Zahra bangkit dari duduknya, ia menatap satu persatu teman-temannya dengan kesal.

"Ya elah! Lebay banget! Pertandingannya juga udah selesai!" Amanda memutar bola matanya malas sembari menatap ke arah lapangan yang sudah mulai sepi, "eh! Aldo kesini!" serunya histeris sembari berdiri membenarkan rambutnya agar terlihat rapi.

"Kalo ada yang bening aja, langsung kalem kayak kucing! Kalo sama kita, kayak singa kejang-kejang!" Amanda melirik sinis ke arah Zahra yang menyindirnya terang-terangan.

"Hay Aldo!" Amanda melambaikan tangan menyapa lelaki yang sudah banjir akan keringat mendekatinya.

Aldo hanya tersenyum membalas sapaan gadis berambut panjang yang entah siapa namanya, ia lalu mengalihkan pandangan menatap Rindu yang entah sedang fokus menatap siapa.

"Rin, gue minta minumnya boleh gak?" Rindu yang sendari tadi fokus memperhatikan Melvin dan Sarah berjalan beriringan, langsung mendongak menatap Aldo. Tanpa pikir panjang, ia memberikan botol minumnya yang sedari tadi ia pegang.

"Kalian pacaran ya?" Pertanyaan dari Zahra spontan membuat Aldo yang sedang minum tersedak kaget.

Rindu menarik napasnya panjang melirik sinis Zahra, "gue udah bilang! Gue dan Aldo gak ada apa-apa!" Entah bagaimana bisa Rindu berteman dengan orang-orang yang malah membuatnya menderita. Kemarin Putri yang sudah membuat dirinya mendapatkan hukuman, lalu sekarang Zahra yang terang-terangan bertanya kepada Aldo akan statusnya dengan dirinya.

"Gue gak percaya! Lo suka bohong!" jawab Zahra sama ketusnya, ia menatap Aldo mencoba mencari jawaban.

"Yang dikatakan Rindu bener, mana mungkin gue suka sama dia, dia kan ud..." Spontan lelaki yang memakai seragam olahraga menghentikan kalimatnya karena baru saja ia akan membongkar rahasia diantara keluarga besarnya.

"Udah apa?" Amanda mengambil alih pembicaraan antara Zahra dan Aldo. Lebih tepatnya, ia bersyukur jika Aldo memang tidak ada hubungan dengan Rindu. Karena ia bisa mendekati lelaki itu tanpa ada rasa bersalah.

"Eh lihat!" Rindu dan Aldo yang mencoba berpikir keras menjawab pertanyaan Amanda merasa lega karena Putri tiba-tiba berdiri dan menujuk ke arah lorong sekolah.

Rindu yang awalnya tenang karena Putri membuat Amanda mengalihkan fokus, kini ia malah harus merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya ketika kedua matanya menangkap pemandangan suaminya yang sedang memeluk Sarah.

"Pak Melvin soswit banget, meksipun wajahnya kaku, dia langsung sigap waktu Bu Sarah mau jatuh." terang Putri malah membuat hati Rindu berdetak kencang tidak karuan yang membuat tubuhnya merasakan sesuatu tidak tenang.

"Kayaknya mereka beneran ada sesuatu deh." Amanda yang sendari tadi berdiri kembali duduk dengan kedua matanya masih fokus menatap pemandangan yang sudah seperti drama Korea.

"Bagus dong! Kalo mereka pacaran terus nikah, nanti jadi pasangan paling romantis di sekolah ini." Aldo menatap Putri yang sudah senyum-senyum sendiri lalu mengalihkan perhatian kepada Rindu yang sudah tidak seperti tadi, wajah gadis itu terlihat tidak suka dengan apa yang sedang terjadi.

"Gue setuju! Apalagi dengan sifat Bu Sarah yang cerah dan penyabar. Pasti bisa menghadapi Pak Melvin yang kaku itu!" saut Amanda yang langsung mendapatkan anggukan dari Putri.

"Lo setuju kan pendapat gue Rin?" Rindu tidak menjawab, pikirannya masih sibuk dengan dunianya sendiri yang saat ini sedang tidak baik-baik saja. Meksipun dirinya tidak memiliki rasa kepada Melvin, tetap saja ia merasa tidak suka jika suaminya berada dekat dengan wanita lain. Apalagi dengan pembicaraan teman-temannya yang malah membuat pikirannya kacau balau.

"Gue gak setuju!" Aldo menaikkan sebelah alisnya, ia ingin tau sikap dari Rindu akan permasalahan ini.

"Kenapa gak setuju? Mereka kan saling melengkapi satu sama lain."

🏫

Menyapa Rindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang