Jika rasa malas tidak di lawan, maka aku akan terus seperti ini. Tidak akan pernah ada perubahan.
-Menyapa Rindu-
Sebelum baca, vote dulu dong:^)
"Rindu bangun! Kamu itu kenapa gak bilang sama Melvin dulu kalo mau kesini? Rindu!" Gadis berseragam yang sedang meringkuk dalam kamarnya hanya bisa mendengus kesal, beberapa kali bahunya merasa risih akan tangan Nada yang berusaha membangunkannya.
"Rindu bangun! Ada Melvin di bawah!" Nada mencoba membangunkan putrinya yang beberapa jam lalu berkunjung ke rumah dan memutuskan untuk pergi ke kamar. Ia pikir jika Rindu sudah memberitahu suaminya jika ia kesini ternyata tidak, "Rindu ayo bangun! Kamu gak kasihan apa sama Melvin yang mencari kamu? Dia khawatir di bawah!"
Rindu memang sengaja tidak memberitahu suaminya jika ia pergi ke rumah kedua orang tuanya. Lagian ia masih kesal dengan Melvin, jadi ia tidak memperdulikan bahwa suaminya ternyata khawatir akan dirinya.
"Biarkan saja Bun, Rindu pasti capek." Rindu yang masih menutup mata karena mengantuk mendengar samar-samar suara lelaki yang beberapa jam lalu mengusik pikirannya.
"Tapi Melvin, dia harus bangun. Dia harus jelasin kenapa datang ke sini gak bilang-bilang ke kamu? Dia itu udah dewasa, udah nikah." Nada menatap kecewa dengan putrinya yang malah menikmati tidur siangnya di atas kasur empuk, sementara suaminya sibuk mencarinya.
"Saya tidak masalah jika Rindu tidak memberitahu, saya hanya khawatir akan keadaan Rindu. Sebaiknya saya membawa Rindu pulang." Melvin mendekati ranjang istrinya lalu membuka selimut yang menutupi sebagian tubuh Rindu yang masih mengenakan seragam.
"Makasih ya, udah sabar menghadapi Rindu." Nada menepuk pundak Melvin pelan yang saat ini sudah mengangkat tubuh Rindu yang entah kenapa malah menyusahkan suaminya seperti ini.
Rindu yang merasa tubuhnya diangkat malah menenggelamkan wajahnya di dada bidang suaminya. Ia lakukan itu memang tidak di sengaja, ia benar-benar butuh istirahat karena seharian penuh pikiran dan fisiknya telah menguras energinya.
***
Melvin yang fokus menyetir spontan menoleh ke arah Rindu yang ternyata sudah bangun. Ia bisa merasakan jika ada sesuatu yang tidak beres dengan istrinya.
"Terimakasih," seru gadis itu ketika Melvin membantu dirinya mengambil botol minum.
"Kenapa Om Melvin cari Rindu?" Melvin yang mulai fokus kembali teralihkan dengan pertanyaan istrinya. Ia menarik napas berat sebelum menoleh ke arah Rindu.
"Karena kamu istri saya," jawabnya apa adanya sembari mencoba fokus pada jalanan yang lumayan ramai.
"Cuma karena itu? Gak ada yang lain?" Rindu menaikkan sebelah alisnya tidak percaya. Alasan yang dibuat oleh suaminya terasa aneh di telinganya.
"Setelah kita menikah, secara tidak langsung kamu sudah menjadi tanggung jawab saya, kamu tinggal bersama saya dan kewajiban saya adalah melindungi kamu dan memastikan jika kamu baik-baik saja." Rindu menyandarkan tubuhnya sembari menghela napas panjang, ia melirik Melvin yang fokus memperhatikan jalan.
"Om Melvin senang akan pernikahan ini?" Entah kenapa Rindu merasa ingin tahu akan pendapat suaminya. Selama ini memang ia tidak pernah mendengar secara langsung akan pendapat Melvin, ia lebih sibuk dengan asumsinya sendiri.
"Gak," pernyataan dari Melvin langsung membuat Rindu menatap heran tidak percaya.
"Terus kenapa setuju? Kalo nyatanya gak suka?"
Melvin menghela napas sebelum ia menoleh menatap istrinya, "karena permintaan mama."
"Ternyata anak mama juga," sindir Rindu yang kembali menyandarkan tubuhnya.
***
Karena tidur siang tadi, Rindu saat ini kesusahan untuk tidur nyenyak. Membuat ia kesal sendiri dan memutuskan untuk beranjak dari tempatnya.
"Masih jam 1," gumamnya menutup mulut ketika ia menguap lembar. Meksipun begitu ia tidak bisa tidur nyenyak.
Rindu memutuskan untuk pergi mengambil air wudu, entah kenapa malam ini ia ingin membaca Al Quran dan membaca buku yang tadi dirinya ambil dari kamar lamanya. Untung saja Rindu tadi sudah memasukkan bukunya ke dalam tas, jika tidak mungkin tadi ketinggalan karena Melvin hanya mengambil tas sekolahnya.
Karena sudah lama Rindu tidak membuka Al Quran, membuat ia sedikit kesulitan untuk membaca surah an-nisa yang secara sadar ia pilih. Rindu ingin mengetahui banyak hal tentang wanita, lebih tepatnya wanita di mata agama.
Rindu yang sendari tadi mengenakan mukena karena malas untuk mengambil jilbab, meraih tas ransel dan mengambil buku tebal yang ia pungut dari kamar lamanya.
Buku itu terbuka dengan penerang lampu yang berada di meja belajar karena lampu kamarnya ia biarkan mati. Ia takut jika nanti Melvin tau bahwa dirinya tidak tidur. Malam-malam seperti ini Rindu tidak ada niatan untuk mengusik pikirannya, dengan suara tenang tanpa keributan sudah membuat hati gadis itu lebih baik dari tadi siang.
"Dosa-dosa yang tidak di sadari perempuan." Rindu membaca judul buku lalu membuka halaman acak. Memang kebalikannya ketika membaca buku non fiksi seperti ini, Rindu selalu membaca bab yang hanya ia senangi. Selebihnya ia baca nanti atau bahkan tidak pernah ia baca.
Rindu menyandarkan tubuh setelah kedua matanya sudah lelah. Ia menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 02.25 dan dirinya belum saja mengantuk.
Karena bosan dan tenggorokannya terasa kering, Rindu memutuskan untuk beranjak dari duduknya. Ia harus menghela napas menatap gelas kosong di atas nakas, mau tak mau Rindu harus keluar kamar untuk mengambil air.
"Tidak apa-apa Rin, hanya mengambil air, lagian kau juga lapar kan?" Rindu mencoba menyakinkan dirinya bahwa ia bisa melawan rasa malasnya. Lagian nanti ia juga tidak akan bertemu dengan Melvin, karena ini masih malam dan pasti suaminya itu masih tidur.
Akhirnya Rindu keluar kamar dengan masih mengenakan mukena. Ia perlahan menutup pintu agar tidak menimbulkan suara, ia takut jika nanti Melvin tiba-tiba bangun. Rindu benar-benar tidak ingin merusak suasana hatinya saat ini, ia ingin ketenangan meksipun hanya beberapa jam kedepan.
🏫
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyapa Rindu
أدب المراهقينSesuatu yang di bangun dari keterpaksaan akan berakhir tidak menyenangkan. Begitupun dengan perjodohan yang tiba-tiba berada di depan mata Rindu Aisya Fitri. Di umur yang masih semangat mengejar mimpi, harus terkalahkan oleh permintaan kedua orang t...