14 | Ayu Michella

240 18 2
                                    

Disaat-saat seperti ini, bisa-bisanya Rional bodoamat dengan masalahnya. Ia, sama sekali tidak peduli dengan Ayu, di dirumorkan hamil anaknya. Ia masih terlihat santai karna warganegara sekolahnya belum mengetahuinya.

Sedangkan Ayu, akhir-akhir ini lebih banyak diam, haruskah ia mengugurkan kandungannya untuk kesekian kalinya? Ia benar-benar benci jika harus datang ke tempat dukun beranak. Benar-benar sangat malas. Yakin ia juga tidak ingin mengandung anak di usianya yang masih belia.

Tepat di depan mata Ayu, Rional malah asik bersanda gurau dengan beberapa gadis, tanpa memperdulikan Ayu yang tengah menatapnya dengan tangan yang mengepal emosi.

Disisi lain, Ciya tidak sengaja lewat untuk pergi ke perpustakaan, menjumpai Radit yang karna ada yang harus dibicarakan.

Ciya benar-benar, hanya diam membisu melihat bagaimana sikap Rional terhadap gadis-gadis didepannya, terlihat jelas Rional sangat gatal, atau lebih tepatnya caper. Sekarang Ciya bisa melihat jelas sifat Rional yang asli. Ini baru dalam sekolah, bagaimana jika di luar sekolah? Entahlah...

Ciya sudah cukup tau dengan semua ini. Hanya saja hatinya sangat susah untuk membenci laki-laki yang sudah bersamanya sejak lama itu. Jauh dalam hatinya Ciya masih mengharapkan kehadiran Rional.
Bagaimanapun juga Ciya masih benar-benar mencintai laki-laki tersebut.

Sudahlah, Radit tengah menunggunya di perpustakaan, sebaiknya ia pergi, dari pada harus melihat mantannya caper sana-sini.

"Kok, Ciya lama?" tanya Radit setelah Ciya sampai dan duduk di sampingnya.

"Di ajak ghibah dulu tadi sama Sasa, hehehe," alasan Ciya menjual nama temannya itu.

"Dosa tau," sungut Radit.

"Iya, gak lagi."

"Nih, ada hadiah buat Ciya," ungkap Radit memberikan selembar kertas yang terlihat seperti undangan.

Desainnya cukup bagus, tampilannya juga sama mewah, terdapat juga kode vocher di sana. Kartu undangan itu benar-benar mewah, tidak kebayang berapa harga satu undangan tersebut.

"Undangan?"

"Tadi Radit lihat-lihat ini undangan, perayaan kembalinya Rui Orlando."

"Hah, serius!?" kaget Ciya benar-benar shok, ia tidak menyangka dengan kejadian kali ini.

"Ini buat Ciya aja, katanya sih, yang punya undangan ini boleh dateng," jelas Radit.

"Radit dapet dari mana undangannya?" tanya Ciya curiga.

"Tadi Radit dapet di jalan, kayaknya ada yang jatuhin, ambil aja, kamu pengen banget kan liat Rui?"

Ciya langsung menggangguk cepat. Ia benar-benar ingin melihat Rui Orlando secara langsung. Bukan hanya ketampanannya yang disukai oleh banyak orang tapi prestasi yang di raih oleh Rui selama di Amerika, serta kemampuan Rui yang mampu membangun bisnis tanpa campur tangan ayahnya.

"Dateng gih, dandan yang cantik, siapa tau Rui nya kepelet," lawak Radit berhasil membuat Ciya tertawa Ria.

"Tapi... Ciya gak punya baju bagus, Ciya juga gak bisa pergi ke salon lagi kayak dulu," sedih Ciya mengingat keadaannya sekarang.

"Kamu dulu kan berkecukupan, baju kamu yang dulu emang udah gak ada?" tanya Radit mengingat, Ciya mantan orang  benar-benar tidak bisa membantu Ciya dalam urusan penampilan. Takut Ciya akan semakin curiga, baginya penampilan Ciya tidak terlalu penting, yang terpenting sekarang adalah Ciya dapat hadir di acaranya.

"Kayak nya ada deh, aku punya gaun, hadiah dari ayah waktu ulang tahun, kayaknya masih bagus, soalnya baru di pake sekali."

"Ya udah pake itu, kalo make up seadanya aja, mau gimana pun kamu tetep cantik kok," puji Radit sambil tersenyum.

"Kamu gak papa, 'kan, kalo pergi ke sana?"

"Gak papa kah, mumpung ada kesempatan, di kuar sana banyak loh, yang kau undangan ini kamu Sampen baik-baik, oke?"

"OKE!" jawab Ciya semangat.

****

"Yu, kita putus aja yah?" ucus Radit pada Ayu saat tengah di perjalanan pulang.

Reflek, Ayu berhenti melangkah, menatap Rional dengan penuh kekecewaan. Matanya memerah, APA SEMUA INI!? Rional meninggalkan setelah memakainya?

"Putus?" ulang Ayu dengan nada bicara yang agak bergetar.

"Lo ngebosenin, gak bisa jaga diri sampe kebobolan gini, kita baru main dua kali loh!" bibir Rionel.

Ayus masih terdiam, membiarkan sejenak angin berhembus di wajahnya. Dejavu, itu yang ia rasakan, di buang setelah di pakai, ia sering berasa di posisi ini. Bermodalkan kata-kata cinta ia terjerumus ke dalam dunia yang mengerikan ini. Ia meruntuki diri9 sendiri, mengapa ia tidak bisa menolak saat pacarnya meminta yang aneh-aneh padanya!? Menjengkelkan, ini yang Ayu rasakan saat ini.

"Mending lo gugurin anak lo itu, gue gak mau tanggung jawab, lagian ini salah lo," tutur Rional lagi.

"Gue baka bilang ke semua kalo ini anak lo!" ancam Ayu, ia  juga tidak ingin menanggung beban sendirian.

Rional diam sesaat, ini bisa menghancurkan reputasinya, bahkan hidupnya sekalian.

"Gue ulangi, gue bakal bilang ke semua orang di sekolah kalo nini anak lo!" ancam Ayu lagi melihat tidak ada pergerakan dari Rional.

"Mau lo apa, BANGSAD!" teriak Rional pada ujung kalimat.

"Gue mau, lo pergi kalo nih janin benar-benar gugur dari kandungan gue, habis tuh terserah lo aku apa," jas Ayu mencoba sesantai mungkin.

"Gue gak bisa, nih ambil," Rional memeberikan segepok uang pada Ayu saat itu juga, "Lo urus sendiri, gue mau lepas tangan," sambung Rional.

Ayu tersenyum devil, teryata Rional memiliki banyak uang, lumayan batinnya berkata, denga santai ia mencoba berkata lagi.

"Kurang," tutur Ayu melihat uang yang banyak di tangannya.

Tab!
Rional mengeluarkan segepok uang dari tasnya, dan memberikannya pada Ayu.

"Oke, cukup, gue bisa urus sendiri."

Ayu pun segera melangkah pergi dari meninggal Rional. Ia tidak menyangka mendapatkan uang sebanyak ini, padahal niat awal bukan harta Rional.

"Lumayan," gumamnya pelan.

"Jalang, sialan!" gerutu Rional.

***

Pendek, kek yang nulis udh mau SMA cuman 150 cm 😫

Vote dulu dong, nambah pahala di bulan Ramadhan 👍

Mas R Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang