Teryata saatnya sudah tiba. Kelas dua belas kini, harus melepaskan seragam putih Abu-Abunya, dan melanjutkan pendidikan yang jauh lebih tinggi lagi. Meninggalkan sekolah dengan berbagai kenangannya. Tidak akan lagi kesurupan yang terjadi diantara mereka.
Mereka semua terlihat bergembira, karna perjuangannya sudah hampir selesai. Ada juga yang menangis haru, karna teryata sudah sejauh ini menempuh pendidikan. Dan ini sudah saatnya mereka melepas semua kenangan yang terjadi di sekolah ini.
Sorakan dan juga tangisan mengegema di sekolah. Saling berpelukan, karna ini adalah hari terakhir mereka bersekolah. Raport juga sudah ada di tangan, dengan kertas selembar bertuliskan kata Lulus. Mereka semuanya Bersua foto untuk mengambil kenangan terakhir di SMA Khatulistiwa. Mereka semua terlihat senang bercampur sedih.
Semuanya tidak luput dari pandangan gadis berambut sedikit panjang itu. Ia tersenyum getir, mengingat perpisahannya dengan Rui. Sungguh Ciya tidak rela harus berjauhan dengan Rui. Apalagi jika masih ada Rional.
"Ayang, selamat hari kelulusan!" teriak Rui, membawakan sebuket bunga yang sangat besar dengan berbagai macam bunga di di dalamnya.
Ciya langsung tersenyum, mengambil buket yang besar itu dari tangan Rui lalu memeluknya dan menciumnya.
"Ayok foto, aku udah nyewa fotografer, pokoknya harus foto sealbum," ointa Rui, yang langsung di angguki oleh Ciya.
"Kayak mau nikah aja," ucap Ciya tersenyum geli.
"Yah, ntar kalo nikah lima album," ucap Rui membuat Ciya membulatkan matanya.
Mereka pun langsung foto dengan berbagai gaya yang telah di atur oleh fotografernya. Puluhan foto sudah tercetak di kamera, gaya-gaya yang klasik dan terkesan romantis itu mengundang tatapan iri dari siswa-siswi lainnya.
Mulai dari gerbang sekolah, koridor, pintu kelas, ruang kelas, perpustakaan, bahkan kantin juga tidak ketinggalan untuk menjadi latar foto mereka. Bagaimana yang melihat tidak iri?
Akhirnya kegiatan foto sudah selesai, tinggal mencetaknya saja, lalu ditempelkan ke dua album yang nantinya akan di oleh Ciya dan satunya oleh Rui.
Saat-saat sedang berdua seperti ini, Ciya kembali menistakan air mata. Mengapa saat ia sudah benar-benar mencintai Rui, Rui harus pergi? Kenapa? Walaupun Rui janji akan pulang sebulan sekali, namun perasaan Ciya sungguh tidak enak.
"Tuh kan, nangis lagi," tutur Rui menghapus air mata milik gadis itu.
"Gak mau Yui pergi," tangi Ciya.
"Ya udah ayok ikut kuliah di luar negri, kamu kan pinter tuh, bisa-bisa aja kok," jelas Rui.
Ciya menggelengkan kepalanya, ia sungguh tidak ingin berkuliah di luar negri. Bukan hanya masalah biaya, ia juga tidak ingin jauh dari keluarganya, mengingat masih ada dua adiknya yang masih kecil-kecil. Ciya harus membantu ibunya juga.
"Ya udah, kuliah disini yang bener yah, jangan ngelirik cowok lain, inget pacar kamu ganteng, satu lagi biaya kuliah kamu aku yang tanggung," jelas Rui tersenyum.
Ciya sungguh melotot kaget mendengar ucapan Rui yang terakhir.
"Udah gak udah di pikiran, kamu kuliah aja yang bener, kan mau jadi nyonya Orlando."
"Tap--"
"Balesnya pake prestasi kamu aja, kalo bisa kamu harus jadi mahasiswa terbaik oke?"
_____
Disini Ciya sekarang, di sebuah universitas besar dan ternama di kotanya. Ciya tidak habis pikir kenapa Rui menguliahkanya di tempat mahal seperti universitas ini? Ciya sungguh tidak tau berapa banyak biaya yang dikeluarkan pacarnya itu, karna Rui berkata, tugasnya hanya belajar dengan sungguh-sungguh, dan menjadi mahasiswa terbaik untuk melunasi hutanganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas R
RandomTentangmu sosok laki-laki yang pernah membuatku patah, namun kembali lagi untuk menyembuhkan luka....