6 : Bodoh!

261 14 1
                                    

"Terima kasih, telah menyadarkanku, betapa
tidak pentingnya aku di hidupmu"

_Ciya Anjani Putri_

___

Pov Ciya :

Yah, aku merasakan perbedaan yang jauh sekarang. Kini aku benar-benar tau apa arti prioritas sesungguhnya. Tidak ada kata sibuk, semua tergantung prioritas. Aku mengetahui hal ini berkata dia, yah dia, sosok laki-laki yang dahulu aku terimah cintanya hanya karna patah hati saat sangat peran utama meninggalkanku.

Sejak dengannya banyak yang ku sadari. Bahwa dalam hubungan, komunikasi itu penting. Aku benar-benar tertegun saat dia memberi kabar tanpa di minta, memberi tau, apa saja kegiatanya, meminta izin sebelum pergi, aku benar-benar merasakan di prioritaskan, tidak seperti saat aku bersama sang peran utama, jangan kan menelpon mengirimkan satu pesan pun tidak.

Hahah, bodohnya aku dulu menunggunya dengan sabar. Menenangkan diri dengan alasan, dia sibuk hingga tidak sempat memberi kabar. Aku benar-benar menyesal melakukanya. Aku terlalu fokus melihat jalan rusak di belakang, hingga aku tidak tau jalan di depan lebih bagus.

Kini aku percaya pepatah yang mengatakan, "Jika ada seseorang yang membuangmu seperti sampah, maka ingat lah akan ada seseorang yang memungutmu seperti berlian."

Tidak dapat di percaya, aku benar-benar menemukan titik bahagiaku.

Namun apa aku sudah bisa mencintainya? Dan melupakan masa laluku?

Sepertinya tidak, entah mengapa sangat sulit melakukan hal itu. 'Relakan yang pergi, sambut yang datang' andai segampang itu. Nyatanya semua sulit di lakukan. Aku benar-benar tidak bisa melakukannya. Bagaimana bisa? Orang yang sama sekali tidak menghargaiku, tidak peduli denganku, dan selalu sesuka hatinya, bisa membuatku sangat sulit melupakanya? Entahlah, akun hanya ingin berdamai dengan keadaan.

Segores tinta hitam pekat berhasil terlukis di buku kosong, berwarna putih bersih, dalam sebuah buku harianku. Lagi-lagi tanpa sadar aku ingin mencurahkan isi hatiku lewat sebuah tulisan.

---

Aku tersenyum simpul kala melihat bunga melati di tepi taman itu. Hanya senyum tipis yang berakhir masam. Aku memetiknya lalu menyelinapkan bunga berwarna putih itu ke sela telingaku. Persis saat kau melakukannya padaku.

"Cantik," ucapmu kali itu.

Aku hanya tersenyum malu-malu, pipiku langsung bersemu merah, dan tertunduk untuk menyembunyikan rasa malu itu.

Aku tersenyum kembali mengingatnya. Dan seperti tadi senyum itu seketika hilang. Hilang bersama kenangan dan di bawa pergi oleh masa lalu.
Aku merindukanmu jujur.

Luka ini masih ada. Aku tidak tau terbuat dari apa luka yang kau tanamkan ini. Tapi sungguh rasanya perih menyayat hati, sembuhnya juga membutuhkan waktu yang cukup lama.

Tetap hilang yah .... jangan kembali. Kita sudah terlalu rusak untuk diperbaiki.

Jangan penyapaku lagi .... walaupun hanya sekedar kata 'Apa kabar.'

Lukaku sudah hampir sembuh, dan aku sedang menjaganya agar tidak ada yang bisa melukainya lagi. Luka ini sungguh rumit tidak bisa di sembuhkan dengan obat-obatan, bahkan dokter sekalipun.

Dulu aku pernah berharap kau akan menyembuhkan luka ini. Tapi nyatanya luka ini semakin parah, jadi aku sendiri yang akan merawatnya.

Bahagia selalu, dan ingat 𝘑𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘒𝘦𝘮𝘣𝘢𝘭𝘪.

Kepergianmu adalah luka. Luka yang membuatku sadar bahwa tidak semua orang bisa kita percaya.

"Always you."

Kata yang pernah kau ucapkan padaku. Masih terekam jelas di pikiranku, dengan wajahmu yang penuh keseriusan saat mengatakan itu. Seolah-olah itu adalah kebenaran. Tapi nyatanya hanya kebohongan yang dibungkus rapi dalam keseriusan.

Jangan menyapaku lagi apapun alasannya. Aku sudah benar-benar mengikhlaskanmu. Pergilah dan cari kebahagiaanmu yang pastinya bukan di aku.

Akan aneh jika seorang Alumni kembali bersekolah lagi seperti dulu, bukan? Jadi teruslah berjalan, masih banyak sekolah yang lebih tinggi. Jangan kembali atau kamu tidak akan menemukan masa depanmu.

Aku masih sibuk membersihkan rumahku yang masih penuh dengan kaca. Aku jadi tidak enak pada tamu yang berdatangan. Oleh sebab itu aku masih menutup pintu rumahku, aku takut tamu-tamuku terluka, karna ulah penghuni lama.

___

Aku tak yakin bisa melupakanya, tapi aku berharap itu benar-benar bisa! Entah apa, namun dalam relung hati kecilku, aku ingin dia, tapi logikaku menolak mentah-mentah akan kembalinya dia nanti. Cinta ini bodoh! Aku bahkan sampai buta karnanya. Aku tidak bisa melihat sisi buruknya, aku selalu mengingat kebaikannya padaku. Apapun itu, kembali atau tidaknya kamu, biar takdir yang menjawab.

Aku pintar dalam pelajaran, namun nyatanya aku bodoh dalam percintaan. Aku selalu gagal dalam hubungan, aku selalu sulit melupakan, apalagi membenci, aku tak bisa apalagi dengan orang yang pernah aku sayang. Benar-benar keadaan yang tidak mau aku jalani.

Mas R Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang