27 | CiNal / CiUi?

186 14 0
                                    

"Cinta itu perihal bahagia dan sedih, bahagia karna berhasil mencintai, dan sedih karna tidak dicintai."

~Rui Orlando~

----

Ipa¹ kelas Rui dan Ciya, mereka duduk bersebelahan, walaupun benda meja. Disaat guru sedang menjelaskan, Rui hanya diam menempelkan wajahnya ke meja, menatap kesamping dimana Ciya berada. Ia bisa melihat jelas gadis tersebut sangat memperhatikan guru yang sedang menjelaskan.

Sudut bibir Rui terangkat menciptakan senyuman manis disana, melihat Ciya diam-diam adalah hobinya sejak Ciya pindah kelas IPA. Akibat pindahnya Ciya, Rui jadi sulit mengerti pelajaran yang sedang ia pelajari, karna pandangannya terfokus pada Ciya saja.

"Cinta boleh,
goblok jangan."


Entahlah, sepertinya Rui sudah bodoh karna cinta. Cinta mengambil alih semuanya. Cinta benar-benar membuatnya gila. Tapi yang dirasakan Rui bukanlah lagi cinta, melainkan rasa obsesi. Rasa cinta Rui sudah melewati batas, ia benar-benar jatuh sejatuh-jatuhnya karna cinta. Terdengar bodoh memang, tapi itulah yang dirasakan oleh Rui. Bahkan untuk mengatasinya saja ia tidak tau.

Ciya, yang sedari tadi dilihat oleh Rui, gadis itu menoleh menatap Rui, yang tengah menatapnya sambil tersenyum. Seketika Ciya juga tersenyum, entahlah mungkin gadis tersebut sedikit salting. Rui juga semakin melebarkan senyumannya melihat Ciya tersenyum.

"Ayang, semangat belajarnya," bisik Rui sama sekali tidak mengeluarkan suara, hanya saja bibirnya yang bergerak.

Ciya, tau apa yang diucapkan laki-laki yang telah menjadi pacarnya selama satu bulan ini. Gadis itu lagi-lagi tersenyum, sembari menggelengkan kepalanya pelan, itu membuat Rui mengila, senyuman Ciya nyaris membunuhnya. Rui benar-benar tergila-gila dengan senyuman itu. Membuatnya menyembunyikan wajahnya diantara kedua tangannya yang di tekuk di meja. Ia sungguh tidak kuat melihat senyuman itu.

Lalu terdengar bisikan dari Ciya, "Belajar yang bener." Rui dengan cepat mengangguk, lalu pandangannya, beralih menatap ke depan papan tulis yang sudah Penuh dengan rumus matematika.

Percayalah, walaupun Rui menatap ke arah guru yang sedang menjelaskan, tapi Rui sama sekali tidak mendengarkan apa yang di jelaskan, ia hanya sibuk tersenyum-senyum sendiri, membayang Ciya yang tersenyum padanya tadi. Sungguh saat ini Rui full senyum. Moodnya jauh lebih baik dari hari-bari sebelumnya.

"Kata, ayang semangat belajarnya," gumam Rui, yang hanya bisa didengar olehnya saja.

Jama pelajaran telah usai, saat jam istirahat tiba. Baru saja Ciya hendak menyimpan bukunya di tas, Rui sudah berdiri di samping meja milik Ciya. Lalu tanpa permisi Rui menggengam tangan Ciya lalu membawanya pergi dari kelas tersebut. Menyisakan siswa-siswi yang terbengong melihat dua sejoli itu. Pastinya dengan rasa iri dan dengki.

"Yui, mau kemana?" tanya Ciya yang masih di geret oleh Rui.

"Mugbang yuk," tutur Rui, menahan tawa.

"Mugbang?"

"Iya, ayok ke ruangan Yui," jawab Rui, masih menggenggam tangan Ciya erat.

"Berdua doang?"

"Hu'um, udah iih, gak papa, gak Yui apa-apain kok, Yui kan baik, mwehehe," tawa Rui renyah, membuat Ciya tersenyum kecil.

Mas R Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang