II - The Very First Time

3.8K 182 0
                                    

Aku memasuki kantor perusahaan Baltimore dengan langkah teratur, sambil menenteng map cokelat berisi surat lamaran kerjaku beserta berkas lainnya. Pegawai lain di perusahaan itu menatapku dengannya tatapan "cukup" bersahabat.

Kantor itu sangat besar. Tak pernah terlintas di pikiranku berapa banyak OB yang bekerja disini.
"Jangan - jangan, aku keterima jadi OB kali ya", batin ku berkata.

Kantor ini di dominasi oleh warna cokelat, hitam, abu-abu, dan putih. Kesannya maskulin. Para karyawan yang bekerja disini juga berpakaian rapi, bersih dan sopan. Mereka saling menyapa satu sama lain.

Satu hal tentang diriku, aku menyukai bagaimana orang mempertahankan rasa peduli dan kebersamaan di antara mereka. Walau kadang terlihat sederhana - in this case, mereka menyapa karyawan lain- this is what matters. Little things they do has so much meanings unspoken. Aku tersenyum hangat melihat mereka.

Aku sudah mengenal perusahaan Baltimore sejak lama, dan sepanjang aku mengenalnya, perusahaan ini memiliki standar yang cukup tinggi untuk para karyawannya. Jadi, tidak heran jika melihat para karyawannya kelihatan seperti orang berpendidikan. Tidak hanya itu, perusahaan ini juga menjalin hubungan dengan perusahaan - perusahaan lain, baik di dalam maupun luar negeri.

Sesampainya aku di bagian HRD, aku langsung mendaftarkan diri. Ternyata, cukup sedikit yang melamar di perusahaan ini. Aku melihat sekitar 22 orang sedang menunggu giliran mereka di wawancara. Dan aku berada pada urutan ke 23 - yang terakhir. Ughh, this is not my day.

30 menit berlalu, dan aku sudah merasa bosan. Peserta yang di wawancara masih sampai pada urutan ke 4. Aku akhirnya memutuskan untuk mengamati kantor ini , sekaligus mencari udara segar di luar.

Aku sudah mengitari bagian depan kantor ini. Ternyata kantor ini lebih besar daripada yang ku pikirkan. Seperti yang tadi ku katakan, kantor ini di dominasi oleh warna cokelat, hitam, abu-abu, dan putih, and Yes, I can't Lie - kantor ini benar- benar elegan. Di luar, ada banyak tangga kecil, juga berbagai macam bunga yang menghiasi lahan kosong di sekitar tangga. Di belakang, terdapat taman bunga yang cukup luas. Taman itu di dominasi oleh bunga Lily dan rumput hijau. Hmm... Sungguh pemandangan yang sangat indah. Namun tidak semua orang dapat masuk ke dalam taman itu, secara ada petugas dimana- mana. Kurasa, hanya karyawan tertentu saja yang boleh masuk ke sana. Dan , anehnya, aku diperbolehkan masuk .

" Hmm... Maybe, he recognizes me as somebody else", batin ku berbisik.

Setelah mengamati lebih men - detail, ternyata ada satu bunga yang memikat hatiku. Tak kusangka, ada sekumpulan bunga matahari bersembunyi di balik kumpulan bunga Lily. Yep, bunga matahari adalah bunga favoritku - entah kenapa, aku selalu menyukainya.

Saat aku hendak menyentuhnya, tiba- tiba sebuah tangan menarikku. Tepatnya , salah satu dari petugas keamanan menarikku dan memperingati ku untuk tidak menyentuh bunga matahari itu.

Mendengar peringatan itu, aku meminta maaf dan segera masuk kembali ke dalam ruang tunggu. Dan betapa beruntungnya aku, namaku dipanggil. Akhirnya...

Tik.. Tok.. Tik.. Tok.. Hanya suara jam dinding yang kedengaran. Tak ada seorangpun yang berbicara saat aku memasuki ruangan.

Ruangan itu hampir sama dengan ruangan lainnyaa, namun ruangan ini kelihatan lebih luas , karena tidak ada banyak perabotan disini. Hanya 5 kursi dan 2 meja. 4 orang duduk di satu meja, dan 1 orang lelaki duduk sendirian di meja yang satu lagi.

" I bet that guy is the boss", batinku berkata.

"Ehm... Elena Jean Muller. Benar? ", tanya salah satu dari 4 orang itu.

" Ya, saya Elena.", jawab ku.

" Elena, prestasi mu selama di universitas sungguh mengesankan. Pengalaman mu selama bekerja sangat memuaskan, apalagi Anda bekerja di perusahaan asing di Tokyo, note it -sebagai seorang sekretaris. Mengapa Anda pindah atau , Perhaps, kembali ke Indonesia? ", tanya nya.

"Saya harus kembali ke Indonesia karena urusan keluarga. Keluarga saya baru saja terkena musibah, sehingga saya memutuskan untuk kembali dan membantu mereka." , jelas ku.

" Maaf tentang itu"
"Ya.. Tidak apa- apa, Pak. Saya ikhlas menjalaninya ", jawabku.

" Mengapa Anda memilih perusahaan Baltimore? "

" Saya ingin bekerja disini karena perusahaan ini memiliki reputasi yang cukup tinggi - sebagai salah satu perusahaan yang sangat berpengaruh terhadap dunia bisnis - tidak terkecuali juga karena para pemimpinnya yang pandai dalam mengarahkan perusahaan ini. Saya juga ingin bekerja disini karena perusahaan ini memiliki banyak akses dengan Pemerintah maupun ke luar. Juga karena saya membutuhkan penghasilan , supaya dapat membantu keluarga saya."

Tiba - tiba, the boss speaks up.

" Tidak bisakah Anda berikan saya jawaban lain yang lebih mengesankan?", tanya nya.

" Maaf, saya tidak mengerti maksud Anda. "

" Sudah 22 orang yang masuk ke dalam ruangan ini dan jujur saja, jawaban mereka hampir sama dengan jawabanmu. Jadi, saya sarankan ubah jawabannya sekarang atau kesempatanmu akan hilang. Saya memberikan Anda kesempatan karena kemampuan Anda tidak biasa. ", jelasnya.

" Baik, berikan saya waktu 3 menit".

Aku mulai berpikir. Aku pernah mengalami situasi ini sebelumnya, dan tak akan ku kacau kan kali ini.

" Sudah hampir 3 menit . The clock is ticking, better give me the answer now." , pinta nya.

Ku kerahkan semua api yang membara dalam hati ku pada detik aku menjawab permintaannya.

" Alasan saya ingin bekerja disini sederhana saja - saya ingin hidup. Hidup bukan hanya dalam arti melakukan aktivitas sehari- hari, saya mau menerima tugas , bekerja keras demi mencapai target saya, dan saya mau menikmati hasil jerih payah saya sendiri. Saya menginginkan kebebasan , namun saya tetap berpegang pada sebuah tumpuan, dan saya tahu batas saya sampai dimana. Lebih penting nya, saya mau menunjukkan kepada seseorang bahwa saya berhasil , dan saya mau menepati sebuah janji. "

Mengatakan itu membuat ku terbuai akan masa lalu. Ah, sudahlah.

"Jawaban yang menarik", kata "dia" .

"Terimakasih", jawabku.

"Baik Elena, kami akan mengabarkan Anda secepatnya. Anda boleh pulang.", kata salah satu dari 4 orang itu.

"Terimakasih. Sampai jumpa.", sapa ku.

"Bye! Hati-hati di jalan, Elena. " , kata si " dia" .

Aku terkejut. Hah?! Ternyata orang seperti dia bisa mengatakan hal itu.

Aku pulang dengan perasaan tak tentu.

My Runaway BabeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang