XI - Messed Up

1.5K 83 0
                                    

Elena's POV

Keparat! Dasar Damien! Kenapa dia muncul tiba-tiba disini? Belum lagi aku yang memakai dress seperti ini di depan dia.

Kuakui, memang dress ku ini memang pendek, juga mengekspos beberapa bagian dari tubuhku. Tapi, Hello? Ini bosku. Aku yakin saat ini, dia melihatku seperti seorang gadis yang well, yahh, — sedikittttt ga bener, tapi, mau bagaimana lagi? Dia sudah datang, dan tak ada yang bisa memperbaiki situasi ini.

Untunglah, Derek langsung mengajakku ke lantai dansa.

As always, he's the sweetest guy in the whole universe.

Kami berdansa mengikuti irama musik yang kuat dan tak ada hentinya. Oke, let me show you what I wear. Aku memakai gaun mini merah darah, dengan lengan pendek, dan bagian dada yang agak terbuka. Gaun ini panjangnya 11 cm diatas lututku.

Let me explain, before you misunderstand further. Derek Johnson adalah sahabatku selama masa SMP dan SMA. Walaupun selama kuliah kami jarang bertemu, tetap saja dia salah satu sahabat terdekatku. Kami memang sahabat paling kompak. Melihat tingkah kami saja, sering orang berpikir kami adalah pasangan, tapi sebenarnya tidak. Aku dan Derek memang keliatan seperti pacaran, tapi percayalah, kami hanya bersahabat dan sangat kompak.

Derek Johnson sekarang berkerja sebagai desainer sebuah merek pakaian terkenal. Dia sering ke luar negeri untuk menghadiri berbagai acara penting, dan kedatangannya ke Indonesia tentu bukan hanya untuk menghadiri acara, namun juga mengunjungiku.

Setelah entah berapa lama aku dan Derek berdansa, Derek permisi ke toilet. Tapi, setelah menunggu cukup lama, ku simpulkan dia mungkin sudah kelewat tepar, jadi kurasa dia sudah pulang. Sedangkan aku? Aku masih di lantai dansa mengikuti irama musik, hingga akhirnya datanglah seorang cowo berdansa denganku. Aku tak bisa melihat wajahnya karena lampu disko yang tak damai, dan kebetulan aku juga sudah mulai tepar di tempat. Tapi, ku urungkan niatku itu. Cowo ini mengarahkan ku dengan gerakan yang kulakukan dengan tenang, dan hebatnya, aku membiarkannya menyentuh tubuhku.

Terimakasih! Jujur saja, aku tidak pandai berdansa. Tapi, karena dia, aku tau what kind of move I should make.

Kami sudah berdansa cukup lama, hingga entah bagaimana caranya, kedua lenganku sudah melingkari leher cowo ini. Aku menutup mataku, berusaha mencari ketenangan dalam kegelapan. Kami bergerak pelan , tidak lagi mengikuti irama musik. Hingga akhirnya, aku merasakan sesuatu yang lembut mendarat di bibirku. Spontan aku terkejut, namun tubuhku mengkhianatiku saat ini. Tubuhku ini tak bergerak sedikitpun, bahkan aku menikmati ciuman tadi itu, walau aku tak membalasnya.

Dia selesai menciumku, dan sekilas ku lihat dia tersenyum kecil. Bukan senyum licik, namun senyuman yang menghangatkan dan baik. Kemudian, dia permisi padaku, dia mau mengambil jas nya yang tertinggal. Aku masih tetap pada diriku di lantai dansa, saat aku melihat seseorang tengah menatapku intens dari tempat dekat sang bartender berada. Dia tengah duduk disitu, menatapku dengan tatapannya yang .... baru-baru ini ku kenal.

Iya, iya! Aku kenal tatapan itu!

Tapi, aku terlalu lelah sekarang untuk mengingat tatapan wajah orang itu.

Kuputuskan untuk pulang duluan, dengan mobilku. Aku menelepon Lucy, Michelle, Gwen, dan Carly bahwa aku baru mau pulang dan ternyata, mereka sudah pulang dari tadi lantaran tidak diizinkan oleh kekasih mereka terlalu malam di tempat ini.

Hehh! Kalau mereka aja langsung minggat, dimana fun nya? Ini namanya bukan acara hepi-hepi, mah. Mengingat gue udah kebanyakan pengalaman hari ini, termasuk kiss tadi itu.

God, somebody stole my first kiss! Udah, gue ga ingat mukanya lagi! Dasar!

Aku mengendarai mobil ke rumahku dengan kecepatan masih oke. Tanpa kusadari, ternyata ada sebuah mobil yang mengikutiku ke rumah. Mobil BMW hitam legam.

Aku benar-benar lelah seharian ini. Rasanya badanku juga ikutan remuk. Entah ini pengaruh white grape yang ku minum tadi atau pengaruh benar-benar kecapekan sepanjang hari ini.

Akhirnya, aku sampai di depan rumahku. Kuparkirkan mobil, kemudian memasuki pintu. Sebelum aku membuka pintu, aku merasakan sesuatu yang menghambat langkah ku. Ternyata ada orang di depan rumahku. Spontan, aku langsung membelalakkan mata, dan look who is here! Damien! Keparat tadi!

Aish! Ngapain dia nongol lagi?

Ku paksa dia untuk berdiri. Sesuai dugaanku, dia mabuk. Mukanya berantakan, namun well, tetap tidak dapat menyembunyikan kegantengannya.

" Damien, sadar woy.", kataku sambil mengguncang-guncang bahunya.

" Elena?", tanya nya setengah sadar kurasa. Dan kurasa dia sedang mengigau.

" Yes, it's me. Hey! Are you okay?"

" Don't .... Break... My... Heart"

Aku bisa melihat tampang kesedihan dan khawatir di mata sendu itu.

Astaga, what have I done to you, Damien?

"Shh.. Damien. Hey, hey! Wake up, okay? No one is breaking your heart.", kataku sambil mengusap punggung nya berusaha menenangkan.

Dan kurasa hal itu bekerja padanya. Dia mulai terlihat sedikit lebih santai. Sekarang, kami masih dalam posisi berpelukan, tanganku mengelus punggung nya lembut, sedangkan lengannya melingkar di pingganggku. Sesaat kemudian, dia mendekatkan wajahku dengan wajahnya, dahi kami bersentuhan, dan bibir nya mulai bertautan di bibirku.

Aku merasa ini lebih gila lagi. Pertama, tadi di club, seseorang sudah menciumku, dan sekarang ada lagi orang lain yang menciumku, dan sudah pasti orang yang tadi menciumku adalah orang yang berbeda.

Ciuman seorang Damien bukan menghangatkan, melainkan menghanyutkan. Sekarang, seperti ada kupu-kupu yang menggelitik perutku, dan satu hal lagi, jantungku berdetak tidak karuan.

Aku berusaha untuk menyingkirkan tangannya yang ada di pinggangku maupun yang ada di wajahku, namun dia lebih kuat dari yang ku kira. (Memang dari awal pertemuan, kelihatan banget dia kuat, bisa di lihat dari tubuh nya).

Heh.. Dasar... Akhirnya, dia menghentikan aksinya, Dan aku hanya bisa terdiam seribu bahasa menghadapi nya.

I mean, come on, hari ini udah ada 2 orang yang menciumku. Yang satu ga jelas siapa, dan yang satu lagi adalah bos ku. Gimana ga heran?

Kuputuskan untuk membiarkannya tinggal di rumahku hingga dia sadar.

Saat aku masuk ke dalam rumah sambil membantu Damien jalan, aku mendapatkan pesan dari Aunt Jenna.

Elena, I'm visiting Ray today. And it seems like it's already late, so I decided to stay here tonight. I'll be home tomorrow in the afternoon. Nite, sweetie.

Thank God, Aunt Jenna lagi pergi. Kalau tidak, dia akan berpikir yang engga-engga tentang kejadian ini.

Kubiarkan Damien beristirahat di kamar tamu yang berada di lantai 1. Kamarku berada di lantai 2. Kubaringkan dia di tempat tidur, aku melepaskan jasnya, kulepaskan sepatu nya, ku selimuti dia dan voila! Tugas ku selesai. Kumatikan lampu dan pergi menuju kamarku, bersiap-siap untuk tidur karena besok, aku harus berangkat kerja lagi.

Semoga, aku tidak terlambat.

My Runaway BabeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang