Wedding (1)

2.4K 70 10
                                    

Cahaya matahari menembus jendela kamar mereka, diikuti oleh suara burung bernyanyi kecil. All the odds in the morning seakan tak mengganggu tidur seorang wanita yang menyenderkan kepalanya di dada lelakinya. Sedangkan lelaki itu memeluk wanita itu dengan erat, seakan tak ada esok untuk mereka. Tubuh mereka masih lelah dan letih bekas percintaan panas mereka semalam.
Perlahan, bulu mata Elena terbuka, dia menyesuaikan matanya untuk mengetahui keadaan sekitarnya, dan pandangannya berhenti pada sosok lelaki di sampingnya. Betapa terkejutnya dia mengetahui bahwa lelaki itu sudah menatapnya dari tadi.

Elena merasakan yang melilit di tubuhnya hanyalah selimut putih ini, dan lengan kuat lelaki ini. Sesaat, dia teringat akan apa yang telah dialaminya semalam, dimana lelaki ini serasa membawanya ke langit ke-7. Menyadari tatapan Damien, Elena mengambil bantal dan meletakkannya di atas kepalanya untuk menutupi rona merah di pipinya. Damien mengambil bantal itu, tersenyum melihat lucunya muka Elena yang memerah, dan mencium bibirnya dengan lembut. Elena yang awalnya mematung di tempat, membalas ciuman itu dengan pelan dan konsisten.
" Good morning, princess...", sapa Damien.

" Morning, Dam...", sapa Elena balik. Menyadari Damien masih menatapnya lagi dengan intens, Elena bersembunyi di dada Damien dan berkata,
" Dam, udah dong liatinnya. Aku udah naked gini, mau buat se-naked apa lagi?", tanya Elena malu-malu.

" Ga usah malu, sayang. Aku udah liat semuanya loh, tadi malem," balas Damien tertawa melihat tingkah Elena.

" Ish, tau ah. Bhayy", kata Elena ngambek yang kemudian duduk, melilitkan selimut putih di sekujur tubuhnya, mencoba berdiri, namun langsung jatuh lagi ke ranjang, karena merasakan sakit dan nyeri di spot sensitifnya. Elena mengeluarkan suara sakitnya.

" Ckckck... Pasti sakit, sini aku bantuin." , ujar Damien beranjak dari ranjang, mengitarinya, ketika dia mau membuka lilitan selimut, Elena menahannya dan berkata,
" Mau ngapain?"
" Kan kamu belum bisa jalan, sayang. Mandi air hangat duluu.", balas Damien tertawa melihat wajah Elena yang cemberut. Perlahan, Elena melepas tangannya, dan berkata
" Oh. Ya udah."
" Ceilahh, pipinya merah."
" Ihh... Udah ah, aku perginya sendiri kalau kamu gini."
Tiba-tiba, Damien menggendong Elena ala bridal, sehingga selimut yang tadinya melilit tubuh Elena sekarang sudah jatuh, meninggalkan tubuh mulus Elena terekspos.
" DAMIEN!! Tutup mataaa!!"
" Buat apaa sih? Kan aku udah liat semuanyaa..."
Sebagai balasan, malah Elena yang menutup wajahnya karena malu setengah mati. Kembali Damien tertawa keras. Dia membawa gadisnya ke kamar mandi, mendudukkannya di bathup melingkar itu, melepas celananya, dan masuk pula ke dalam bathub.
Elena yang kaget melihat tubuh telanjang Damien, menutup wajahnya lagi.
" KAMU JUGA IKUT?!"
" Kan biar aku bantuin mandi. Lebih tepatnya aku mandiin." , jawab Damien.
" Tapi serius ya, mandiin ajaa."
" C'mere. Let me wash your hair."

Damien menepati janjinya, walaupun tentu saja dilengkapi dengan modus dimana-mana.

_________
Elena meminjam sweater Damien yang kebesaran dan memakai tennis skirtnya. Mereka berdua berjalan menuju kedalam villa Nicholas dengan wajah sumringah dan malu-malu. Elena sudah bisa berjalan, walau agak lambat, ditemani Damien di belakangnya, membuatnya feel protected.
Di sana, Alice dan Nicholas sudah menunggu mereka. Oh right, Tristan dan pacarnya Callysta juga sudah menunggu.

"Good morning Mr Verlac. Cerah banget wajahnyaaa... bersinaaarrr bak mentari pagi menyengat!", sapa Tristan.
Muka Elena langsung merah karena sapaan itu.
" Tau dehh, yang semalam baru buka puasa. Mukanya sumringah banget, sampe-sampe gue didiemin.", ledek Tristan lagi.
Diikuti oleh Nicholas yang melontarkan :
" Ada yang lupa bilang thanks nih kayaknya."

" Gue pikir pagi ini bisa lebih indah dari biasanya, cuma diganggu juga sama bedebah ga tau malu macem lo berdua", balas Damien disambut oleh tawaan dari kedua bedebah itu.

My Runaway BabeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang