Aku masuk ke dalam kamar Damien dan menutup pintu. Kamar Damien sangat besar, dengan pemandangan taman indah di belakang rumahnya yang bisa kita lihat dari kaca jendela. Dia sedang melihat ke arah taman itu.
Dia menyilangkan kedua lengannya dan aku yakin ada guntur, hujan, badai, dan sejenisnya di hati dan pikirannya sekarang.
Jujur, dia ngambek kayak anak-anak. Walau keliatannya proffesional gitu, sebenarnya dari sudut pandangku, dia masih kelihatan seperti anak-anak saat ngambek.
Aku mendekatinya. Aku berdiri tidak jauh darinya, mengikuti gayanya yang menyilangkan tangan. Aku mulai berbicara sambil menatap ke arah taman. Dalam hati, aku tertawa keras dengan posisi seperti ini.
" Ehm. Dam?", tanyaku kepadanya.
Dia diam.
" Damien."
Diam lagi.
" Damien, jawab gue."
Masih diam.
And action! Aku menendang kakinya.
Huh! Rasain!
Damien terjatuh dan sekarang dia menatapku dengan tatapan jengkel.
" Puas diemin gue?"
" Emmm"
" Cih! Puas ngacangin gue?"
" Emm"
" Puas Emm nya?"
" Emmm"
Aku kesal. Tapi, show must go on.
" Lo ngomong nya emmm mulu. Bosen gue. Ya udah. Gue pulang ya."
Aku melakukan ini karena aku tau tidak mungkin dia membiarkanku pulang sendiri. Lebih tepatnya, tidak mungkin dia membiarkanku pulang.
Aku mengambil tas kerjaku, berjalan ke arah pintu. Damien masih tetap diam.
You can't fool me, Damien.
Sebelum aku menutup pintu, aku berkata," For your information, gue pulang sama Adriel."
Aku sudah bersiap-siap, dan sesuai dugaan dia langsung berlari ke arah pintu, berusaha menahanku, dan kesempatan itu kuambil untuk berlari sekencang-kencang nya entah kemana.
Yep, sekarang kami sedang kejar-kejaran. Kejar-kejaran di rumah Damien. Look how silly we are. Aku terus berlari, dan Damien terus mengejarku. Aku tertawa sejadi-jadinya dan aku yakin dia juga tertawa, karena aku mendengar kekehannya.
Sesekali, dia hampir mendapatkanku, tapi aku berlari lebih kencang hingga aku sampai pada sebuah pintu. Aku membukanya dengan cepat dan sampailah aku di taman belakang itu. Aku terpukau akan keindahannya hingga aku tak sadar, lariku melambat, dan Damien berhasil mendapatkanku.
Dia menggelitikiku di bagian paha dan perut, dan aku hanya bisa tertawa, berusaha memberhentikan aksinya. Akhirnya, senyumannya kembali.
Aku lelah jadi aku tersungkur diatas rumput hijau. Aku menatap ke arah langit.
Taman ini merupakan taman yang lumayan luas. Hamparan rumput hijau, bunga bougenvil tumbuh di setiap sudut taman, ada jembatan yang dibawahnya terdapat danau kecil, dan sekumpulan bunga matahari tumbuh mengelilingi taman ini. Taman ini indah sekali, dan aku tak menyangka bunga matahari tumbuh disini.
Tanpa kusadari, Damien pun tersungkur disampingku, dan tengah menjadikan telapak tangannya sebagai bantalku. Aku menyamping dan sekarang menatap Damien. Dia pun melakukan hal yang sama.
Nah, Damien, pertanggungjawabkan ngambekan mu tadi. Aku memasang muka cemberut.
" Damien, gue kesel sama lo.", ungkapku kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Runaway Babe
Romance" I think I fall in love a bit with anyone who shows me their soul. This world is so guarded and fearful. I appreciate rawness so much." Then, he asked, " Now, show me yours." The question I fear now standing right in front of me. The dreadful thing...