Crappy day....

1.3K 54 6
                                    

" Jaga pintu luar kamar saya!!! Dua dari kalian di dalam, yang lain di luar!! SEKARANG!! Bernard!", teriak Lydia yang berusaha bersembunyi di dalam kamarnya, walau dia tau usahanya sia-sia.
Penjaga yang bernama Bernard itu menoleh ke arah Boss nya yg memanggil namanya keras.
" Kamu jaga sampai ga ada yang bisa masuk! Kalau ada, awas. Nyawa kamu dalam bahaya!", kata Lydia kejam.
Orang suruhan Damien sudah memborbardir rumah Lydia. Sebagian dari penjaga Lydia sudah di tangkap dan dikalahkan. Lydia sendiri sudah ketakutan setengah mati. Awalnya, dia senang bukan main membuat Elena pergi dari Indonesia dan membuat gadis itu kehilangan cintanya. Dia pikir Damien tidak mencintai gadis itu lagi, tapi ternyata dia malah membuat kesalahan besar. Dia tau dari awal, bahwa kalau rencananya ini gagal, dia harus berurusan dengan pihak yang terlalu kuat dan terlalu berkuasa : Damien. Dan ya, dia salah.

Terdengar perkehalian gesit di luar sana ; suara orang teriak minta ampun, namun sepertinya orang suruhan Damien will stop at nothing to pass through her door.

BRAKKK!

Pintu kamar Lydia terbuka. Segerombolan pria berbaju hitam menyerang penjaga Lydia yang tersisa. Perkelahian sengit terjadi, dan Lydia sendiri tau dia akan tumbang in any time.
Satu orang pria memakai sweater merah darah melepaskan hoodie nya. Wajah tampan seperti dewa yunani, tubuh atletis dan kekar, tangan yang sedikit kotor karena darah.. Ya, dia Damien.

Lydia masih bertahan, menahan tangisannya dengan masih saja bertindak sombong di depan pria berkelas di depannya.
Setiap Damien melangkah maju, dia mundur hingga punggungnya menabrak tembok. Jarak mereka sangat dekat, bahkan Lydia bisa merasakan aura kemarahan dan
dendam yang sangat besar menguar dari tubuh pria di depannya.

" I've got 6 questions before you're totally dead.", kata Damien pelan.
Lydia menelan ludahnya beberapa kali; takut setengah mati dengan Damien.

" Why did you do this to my love?"

Menelan ludahnya lagi, dan Lydia menjawabnya.
" Ke-k-karena a-aku benci di-dia."

" Why do you hate her so much?"
" K-karena dia membuat kelu-arga gue ha-hancur."

" Oh really? You have a very nice life now, and you still do this. Ckck. Jealous much? " Damien diam sebentar dan melanjutkan pertanyaannya.
" Do you know how much sacrifice she did just to spare your life a little bit, well, longer?"
" Engga. Dan aku ga mau tau. She deserves being punished, and if no one is going to do that, I have stepped in line to do that." , jawab Lydia masih dengan ke-egoisannya yang besar.

" No, she doesn't deserve it. She's not the villain. Don't change the subject, please. Aku udah buang-buang waktu dan tenaga aku hanya untuk ngalahin bodyguard kamu yang ga berguna itu."

" Kamu sadar kan kamu salah?"
Pertanyaan ini membuat Lydia terdiam. Dia sendiri melakukan ini semua atas ke-egoisannya. Dia masih tidak terima. Semenjak ayahnya waktu itu di pecat, mereka hidup susah setiap hari, dan Elena, dia hidup bahagi, just like a princess. Dan satu hal penting lagi, kata bersalah tidak ada dalam kamusnya.

" Jawab. Sekarang.", ancam Damien.
" Engga."
Damien menaikkan alisnya. Sudah dia duga Lydia terlalu besar kepala untuk mengakuinya.

Dia tertawa pahit mendengar jawaban Lydia.
" Ckck. I was thinking maybe I could spare your life more, but, this answer doesn't satisfy me AT ALL."
" Next question, do you know where she is?"

My Runaway BabeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang