Author's POV
" Lizzz! Agak cepet bisaa??", tanya Adriel yang tergesa-gesa sekarang menuju kantor Damien." Yaelah bang. Gue mulu yang disalahin. Santai bang, jangan buru-buru banget.", jawab Alice yang berusaha menyelaraskan langkahnya dengan Adriel.
" Pagi. Saya mau ketemu sama Damien.", jelas Adriel kepada resepsionist.
Wanita di reseptionist itu heran melihat dua orang yang mirip itu kelihatan terdesak.
" Maaf, pak. Udah buat janji sebelumnya?", tanyanya lagi.
" Gue merasa ga perlu bikin janji. Bilang aja Adriel nyariin sama dia."
"SEKARANG!"" Wooaa woaa... Santai bro. Gue juga baru datang.", sapa Damien sesampainya dia di kantor dan melihat keributan pagi ini.
Damien sendiri kelihatan kacau dan kurang terurus. Pakaiannya agak berantakan dan rambutnya belum di sisir rapi. Tampak kantung hitam di sekitar matanya and the suprising news is.. Dia terlambat.
" Okay. We need to talk. Kita mungkin ada clue tentang dalang dari semua masalah ini.", jelas Adriel langsung.
Mendengar kata 'Elena', hati Damien bergetar lagi. Matanya terbelalak dan kesadarannya mulai pulih kembali." C'mon. Kita ke ruangan gue aja."
Mereka memasuki ruangan Damien untuk yang pertama kalinya." Okay. Spill.", pinta Damien.
" Kita assume ada seseorang di kantor lo ini yang berusaha celakain Lena.", kata Alice." And who might it be?"
" Lydia Fairmont. Dia kerja disini kan?"
" Hm. Bentar."
Damien berbicara lewat Interkom menyuruh Victoria masuk ke dalam kantornya.
Sesampainya Victoria di dalam, Damien menanyakan berbagai pertanyaan terkait dengan Lydia.
" Vic, Lydia dimana sekarang?"Mereka pun mengobrak-abrik semua fakta tentang Lydia dan semua disaster yang dibuatnya, namun mereka masih belum tau alasan mengapa dia melakukannya dan mereka belum menemukan bukti apapun.
" Bang, kita belum punya bukti loh. Gimana caranya mau nangkep dia?", tanya Alice kepada kedua orang itu.
" Tenang. Entar gue suruh orang nyariin buktinya semua.", jawab Damien dengan santainya padahal dalam hatinya, ia marah juga merasa bodoh. Kenapa dia tidak pernah memikirkan kemungkinan ini sebelumnya." En, lo ga boleh tumbang sekarang. Gue juga putus asa. Tapi, harapan sekecil ini priceless, En. At least, coba dulu.", ujar Adriel berusaha menyemangatinya.
" Ya. Thx ya men.", jawab Damien pelan.
-------
Malam harinyaDamien pergi ke suatu tempat yang dirasanya berkaitan dengan semua sumber masalah ini. Dia memacu mobil Jaguar hitamnya menuju RS Chirurgie mengunjungi Sam Grenaldes.
Saat dia sampai di depan ruangan rawat inap sam, darahnya memacu keras mengintip seseorang sedang berbaring sambil memainkan iPadnya.
Tadi siang, setelah kunjungan Adriel dan Alice di kantornya, Victoria menghampiri Damien dan menceritakan bahwa masalah ini pasti ada hubungannya dengan Sam.
Flashback tadi siang
" Maksud kamu, Vic?", tanya Damien dengan mata masih melotot menyadari kebodohannya sekali lagi.
" Iya, sir. Kalau emang Lydia-lah orangnya, pasti ini semua juga diketahui oleh Sam. Inget kan, sir? Waktu itu saya pernah bilang, bahwa Lydia dulu pernah ada hubungan dengan Pak Sam, dan mereka putus tepat setelah Sam berhasil menghancurkan EJ Cooperation."
" Wait, bentar. Mereka kenapa putus?"
" Kurang tau juga, sir. Tapi saya rasa Lydia hanya memanfaatkan Sam saja.", jawab Vic dengan serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Runaway Babe
Romance" I think I fall in love a bit with anyone who shows me their soul. This world is so guarded and fearful. I appreciate rawness so much." Then, he asked, " Now, show me yours." The question I fear now standing right in front of me. The dreadful thing...