Akhirnya, setelah aku benar-benar sembuh, Damien membiarkanku pulang ke rumah. Dia terus membujuk agar aku tetap di rumahnya, at least sampai aku diperbolehkan masuk kerja lagi, tapi aku tetap menolak. Lagipula, aku kerja juga buat hidup kan?!
Teringat ketika kami memperdebatkan masalah ini di rumahnya.
" No, Damien. Aku bakal tetap pergi kerja besok. Dan kamu juga harus masuk kerja besok. Mana bisa pegawai nya kerja, ehh, bos nya engga?"
Dia terus memohon kepadaku dengan puppy facenya sembari memegang pundak dan wajahku.
" Elena. Kamu ga usah masuk besok yah?? Aku tadi udah ngecek suhu kamu, masih panas loh."
Aku menjitak dahinya.
" Dasar. Bohong kamu. Aku aja tadi udah ngecek kok. Ga panas tuh. Normal. By the way ya, Damien, kalau aku ga kerja, aku hidupnya gimana? Aku ga mau hidup merana, mas!!"
Sekarang, kedua tangannya mengusap pipiku. Dia menatapku dengan kedua mata hazel nya itu.
" Elena, kamu ga kerja pun, kamu masih bisa hidup, sayang. Kan ada aku, yang kekayaannya ga akan habis sampai 7 turunan. Aku sanggup dan ingin membahagiakan kamu."
Aku meremas pergelangan tangannya, kemudian, seperti menahan, aku menempatkan tanganku di dadanya.
" Jangan ngaco, Damien. Kamu ga perlu begitu. Okay? Don't worry. Besok kita ketemu kok."
Dia pun mengangguk walau sepertinya masih enggan dengan kepergian ku.
" Eh, darling, udah lihai ya tangannya sekarang. Aku boleh ga kayak gitu?"
Aku melotot tepat di depannya, dan kemudian mencubit pinggangnya.
" Dasar mesum!! Bhay! Aku pulang!"
Aku hendak pergi, namun Damien menarik pinggangku, sehingga jarak di antara kami semakin tipis. Hingga dahi kami bersentuhan.
" Give me a kiss."
" Harus?", tanyaku.
" Gini deh. Boleh pilih. Kasih aku ciuman, atau tidur sama aku entar malam dan ga balik-balik ke rumah kamu?"
" Modus!"
Kemudian, secara perlahan, aku menempelkan bibirku di bibirnya, kemudian menciumnya dengan lembut. Erangan Damien terdengar. Aku tersenyum, kemudian dia lanjut melumat bibirku.
Sebelum ini akan berlanjut ke tahap berikutnya, aku menyela dan meletakkan tanganku di dadanya, Again!
" Dam, we should stop, or this will get further more.", jelasku berusaha mengatur nafasku.
" Oh, darling, I don't mind.", jawabnya berusaha menciumku lagi.
Sebelum itu terjadi, aku menempatkan jari ku di depan bibirnya.
Dia menyerah, eventually.
" Udah, aku pulang ya", kataku kepadanya.
Damien mengantarku pulang ke rumah. Selama perjalanan, kami tertawa dan sesekali, ralat, seringkali, dia menggodaku sampai pipiku merah dibuatnya.
Dia akan menjemputku besok sore, dan kami akan pergi ke acara Adriel.
Sesampainya aku di depan rumahku, aku menyapanya lagi.
" Bye, Damien. See you tomorrow."
Sebelum aku keluar, dia menahanku. I face him again.
" You're mine this second, tomorrow, the next day, and forever more.", katanya sambil mengelus pipiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Runaway Babe
Romance" I think I fall in love a bit with anyone who shows me their soul. This world is so guarded and fearful. I appreciate rawness so much." Then, he asked, " Now, show me yours." The question I fear now standing right in front of me. The dreadful thing...