Author's POV
Sekarang, Damien sedang berada di bar nya Tristan. Damien, Tristan, dan Nicholas. Tristan adalah pemilik bar ini. Dan entah masalah apa yang sedang menimpa Nick hingga akhirnya dia datang ke bar ini. Menurut Tristan, seperti inilah keadaan Nick belakangan ini : setiap malam dia akan mendatangi club milik Tristan, memesan berbotol-botol alkohol, kacau, dan pulang dalam keadaan mabuk. Tak terkecuali malam ini. Aku bahkan bisa menebak Nick sudah mabuk duluan menghabiskan botol ke-empatnya.
" Stop Nick! Cukup lo bertindak bodoh kayak gini! Lo malah memperparah keadaan!", bentak Damien, sahabat dari oroknya Nick.
" Lo juga, Tan! Bukannya nyetopin si monyet satu ini!" Kali ini Tristan yang kena.
" Gue udah nyetopin dia tadi En! Sumpeh deh! Dianya aja yang kalut!", jawab Tristan.
" Lo berdua kalau masih mau berisik, mending pulang aja.", suara Nick berat dengan nada jengkel.
Aku sudah mendengar berita tentang Nick dan Alice. Bokapnya Alice udah kasih peringatan kepada Nick untuk ngejauhin Alice. Peringatan itu bagaikan kode keras kepada Nick untuk pergi menjauh dari keluarga mereka ; peringatan itu bagaikan kode keras kepada Nick bahwa Abram tidak menyukainya. Aku yakin Nick sangat dan sungguh-sungguh mencintai Alice-itu tidak bisa dibantah lagi. Dan peringatan untuk menjauhi Alice seperti kehilangan hidupnya lagi.
" Nick, pernah ga sih lo mikir bokapnya Alice kasih ultimatum kaya begitu cuma buat ngetest lo doang?", Damien berusaha menyadarkan kekalutan Nick dengan berpikir rasional.
" Ngetest? Test apa huh? Buat ngelihat kalau gue hancur mungkin benar, En.", sahut Nick yang sudah setengah sadar.
" Okelah kalau itu pikiran lo. Dan lo mau dilihat hancur gitu aja tanpa perjuangin Alice dulu?", Damien tetap berusaha menyadarkan Nick dan diangguki oleh Tristan.
" Perjuangin apa lagi Damien Verlac? Hah? Lo juga, Tris. Coba jelasin ke gue.", teriak Nick frustasi.
" Lo yang bilang Alice itu cinta pertama lo. Lo juga yang bilang dari sekian banyak perempuan yang lo pacarin bahkan lo buat rusak. Cuma Alice yang sanggup buat lo jadi ga berani ngapa-apain dia karena emang lo sayang sama dia bukan karena lo takut sama bokapnya. Sekarang disuruh perjuangin secuil aja lo gabisa! CETEK LO MEN!", jelas Tristan yang jengah dengan sikap Nick.
" Dan pernah ga lo ngerasa, lo lagi kena karma atas apa yang lo lakuin sama mantan-mantan lo dulu? Dan jangan bilang lo lupa kalau lo yang dulu itu brengsek, nyet! Bahkan sampai sekarang.", kata Damien menyambung ocehan Tristan tadi.
Nicholas hanya diam. Sedangkan kedua sahabatnya berusaha membopongnya ke dalam mobil- mengantar Nick pulang dengan perasaan resah.
-----------
Sementara itu, di rumah Damien, Elena sedang membereskan barang-barangnya. Dia harus membereskan masalah ini secepatnya. Baru saja dia hendak membereskan tempat tidur, tiba-tiba teleponnya berbunyi.
Fanny calling
" Ellen... Where are you?", tanya Fanny di seberang sana.
" Oh.. Aku lagi di rumah Damien, Fan. Kenapa?"
" Loh? Kamu kok bisa di rumah Damien? Ayyoo ngaku! Ngapain ituhh?"
" Ih, Fannny. Pikirannya ga usah jauh-jauh Fan. Entar berpengaruh sama babynya. Hmm... Susah ngejelasinnya, Fan. By the way, Adriel gimana? Masih marah dianya?", tanya Elenasambil menggigit bibirnya.
" Aku udah jelasin ke Riel tentang yang kemarin. Untungnya, dia mau percaya sama aku. Udah deh, Len. Ga usah dipikirin. Adriel emang protektif banget orangnya. Wajar kalau dia begitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Runaway Babe
Romance" I think I fall in love a bit with anyone who shows me their soul. This world is so guarded and fearful. I appreciate rawness so much." Then, he asked, " Now, show me yours." The question I fear now standing right in front of me. The dreadful thing...