Damien tak henti-hentinya tersenyum, mengelus perut Elena, mencium ubun-ubunnya, memeluk Elena dengan erat, mencium wajahnya yang penuh air mata, sambil berkata,
" Cup cup jangan nangis lagi dong. Aku yang salah. Iya, aku yang salah. "Elena dengan sisa-sisa nafasnya berkata,
" Ga mau. Kamu jahat banget. Hiks hiks, awas aja kalau anak aku kenapa-napa"Damien tersenyum lebar, berusaha menahan tawanya dan berkata,
" Anak kita sayang. Kita. Kamu jangan egois gitu dong. Ahh, Elena."" Hey baby, just hold on there for 9 months and keep mommy happy. Daddy will be watching over us. " bisik Damien sambil mengecup kecil perut istrinya itu.
Elena tersipu malu dan rasanya hampir pingsan mendengar Damien mengatakan itu. Tanpa sadar Elena meneteskan air matanya dan mengelus rambut Damien. Mau tidak mau, ia sadar akan kebodohannya dan akhirnya menuruti perkataan suaminya.
" I'm sorry for running away. Aku hanya ga tau seharian ngapain kalau aku di rumah terus. Aku ngerti kamu cuma pengen aku aman dan God knows cuma sama kamu aku ngerasa nyaman. Maafin aku." jelas Elena.
Damien bersumpah air mata Elena hanya membuatnya rapuh dan tak berdaya. Maka, ia pun membaringkan Elena di ranjang, melepas cardigan hitamnya dan membuka kuncir rambutnya.
" I'll make the pain go away. I promise. " jelas Damien sembari bibirnya mencecap bibir ranum istrinya.
Damien mencium Elena dengan sangat lembut membuatnya terlena dan membalas ciuman suaminya dengan intens.
Damien membiarkan Elena mengambil nafas, sedangkan bibirnya menjelajah seluruh inci dari wajah istrinya, ke lehernya dan membuat tanda-tanda kepemilikan di sana.
Elena mulai membuka kancing kemeja Damien yang menampakkan dada maskulinnya, dan melarikan tangan dan bibirnya di sekitar sana. Sedangkan Damien yang terangsang dengan setiap sentuhan tangan istrinya membuka pakaian istrinya, melemparnya sembarangan yang akhirnya menampakkan aset paling berharga yang dimilikinya.
Setiap sentuhan, kecupan, remasan, dan erangan memporak porandakan kedua insan itu. Dan ketika matahari menampakkan sinarnya, desahan mereka teredam oleh gelombang nikmat tiada tara.
----------
9 bulan kemudian,Teriakan bayi dan gerakan kecil sebelahnya membangunkan Elena dari tidur indahnya.
" Shtt... Morning, Ben. " bisik Elena tepat di telinga putra pertamanya yamg baru lahir 2 minggu yang lalu itu.Flashback
Hari itu adalah hari paling bersejarah dalam hidupnya. Tiba-tiba saja ia berteriak keras di tengah malam dan Damien panik setengah mati. Peluh dan keringat bersatu di ruang persalinan dan Damien berusaha menenangkan istrinya yang sedang mempertaruhkan nyawanya demi bayi pertama mereka. Oh sungguh hingga pagi menjelang, ia tak sedetikpun berhenti menggenggam tangan lemas istrinya sedang lengan istrinya yang satu lagi menopang tubuh bayi pertama mereka ; menyentuh seluruh lekukan wajahnya dengan lembut, mendengar deru nafas kecilnya, dan mengingat inilah hasil cinta mereka selama ini.Benjamin Dakarai Verlac
Malam itu, ketika pandangan Damien dan Elena bertemu, Damien segera mencium Elena dengan lembut, tak lupa curahan air mata bahagia dan syukur.
" I swear to God I will love you for the rest of my life. I love you so much, goodness, aku takut setengah mati, Elena. "
Elena hanya tersenyum terharu dan berkata,
" Well, the baby is worth the pain anyway. I love you both with every single beat of my heart."Elena dan Damien dengan senang hati bangun karena suara tangis anaknya di tengah malam. Tak jarang Damien yang mengganti popok bayinya tiap malam. Tak bisa dipungkiri betapa bahagia dan bersyukurnya dia mendapatkan semua ini.
Sejak malam itu juga, Elena dengan tegas menetapkan Ben akan tidur di tempat tidur mereka di tengah" Ben dan Elena. Insting keibuan Elena adalah protektif. Damien pun tak bisa menyalahkannya, sebab ia pun merasakan hal yang sama. Sering Damien terbangun di tengah malam dan melihat Ben sedang menyusu kpd Ellen. Pemandangan itu lantas saja membuatnya tenang dan semakin cinta pada keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Runaway Babe
Romance" I think I fall in love a bit with anyone who shows me their soul. This world is so guarded and fearful. I appreciate rawness so much." Then, he asked, " Now, show me yours." The question I fear now standing right in front of me. The dreadful thing...