Elena's POV
Akhirnya, hari Rabu datang juga. Aku udah kangen banget sama Alice and Fanny. Apalagi sejak denger kabar tentang Fanny yang udah hamil, pasti banyak kejadian yang aku ga tau belakangan ini. Biasanya sih ya, keluarga Alice ada aja berita barunya.
Dan yep, seperti yang aku bilang tadi, aku ketinggalan berita. Adriel kasih hadiah rumah baru ke Fanny. See? Beritanya gitu gede, aku ga tau. So, kami bakal ngumpul di rumah baru Fanny, ralat, rumah baru Fanny and Adriel. Tadi pagi, aku udah izin sama Damien supaya pergi duluan ke rumah Fanny buat bantuin dia.
Aku sampai di rumah Fanny. Dia keluar menyapaku. Aku bergerak cepat kepadanya, dan memeluknya.
" Fanny! Cieehh... Udah hamil sekarang!"
Aku tertawa kecil. Kulihat Fanny pun merespon dengan senyuman lebar di wajahnya.
" Ellen! Iya, gue udah hamil."
" Semoga anak lo nanti pas keluarnya sehat ya, Fanny. Dan lo juga. Lo harus sehat supaya anaknya juga sehat. That's why gue datang ke sini siang ini buat bantuin lo."
" Ish. Ini pasti Adriel yang nyuruh kan? Dia itu protective banget, len. Masa udah ada pembantu juga, dia masih nyuruh lo datang kesini?"
Aku tertawa lagi mendengar jawabannya.
" Yaelah, Fan. Ini juga gue datang bukan gara-gara disuruh Riel. Ya iya lah, dia over protective sama lo, lo nya kan lagi hamil sih, Fan. Wajar gitu."
Dia memasang muka cemberut.
" Udah, elah, Fan. Masuk yuk. Ini rumah baru kalian kan?"
" Iya, Ellen. Berlebihan banget masa dia kasih aku rumah baru."
Aku tersenyum penuh arti kepadanya.
" Riel emang gitu, Fan. Correct me if I'm wrong, tapi gue rasa dia cinta sama lo makanya bisa begini."
Kami masuk ke dalam rumah. Fanny memperkenalkanku dengan isi rumah ini, beserta dengan tamannya. Rumah mereka termasuk rumah yang besar. Dengan garasi mobil yang ukurannya hampir sama dengan ruang tamu dan banyak terdapat space kosong di rumah ini. Aku rasa space kosong nya ini berjaga-jaga supaya Fanny ataupun anaknya ga kena benda-benda yang ujungnya lancip.
Saat kami tiba di dapur, kami menemukan Alice yang sedang menyiapkan bahan-bahan makanan di atas meja sambil bersenandung pelan.
" Alice. Kamu juga disini toh."
Alice menoleh ke arah kami berdua.
" Iya dong, Ellen. Aku juga pengen bantuin Fanny. Yuk, kita mulai masak."
Kami bertiga pun mulai memasak. Aku masih mengenakan setelan kerjaku. Aku melepas cardiganku, menggulung lengan kemejaku, dan mengikat rambut membentuk ekor kuda.
Kami memasak capcay, steak, garlic bread, sate, and for dessert Ice cream dan cappucino cake. Aku bertugas membuat capcay dan cappucino cake. Alice juga mengingatkan kalau dia alergi kacang. Dan kacang pun kami singkirkan dari daftar menu. G
Selesai sudah acara memasak, kami menyajikan makanan di atas meja, dan kami bertiga baru menyadari baju kami sudah begitu kotor tercampur dengan bahan-bahan makanan tadi.
" Ehm, girls. Kalian lagi nge godain siapa?"
Itu Nick. Aneh. Kok ngegodain? Siapa yang lagi ngegodain siapa coba?
Ternyata, Damien, Nick, dan Adriel barusan sampai. Alice kemudian melihat penampilan kami bertiga. Kemudian, dia menatap tajam ke arah Nick.
" Oyas! Jaga bahasa kamu. Ga boleh bilang gitu di depan umum.", kata Alice sembari berusaha menutup mulut Nick yang tengah tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Runaway Babe
Lãng mạn" I think I fall in love a bit with anyone who shows me their soul. This world is so guarded and fearful. I appreciate rawness so much." Then, he asked, " Now, show me yours." The question I fear now standing right in front of me. The dreadful thing...