Elena's POV
" Elena!! Heyy!!"
Yep, itu adalah Alice , sepupuku. Sekarang aku sedang berada di tempat ice cream, dan kebetulan aku bertemu dengan Alice.Alice adalah satu-satunya sepupuku yang seumuran denganku. Ibunya adalah kakak dari mamaku. Alice memiliki seorang ayah yang overprotective terhadap putrinya, dan seorang abang yang jahil juga asik.
" Aaa!! Alice!! Apa kabar?? Udah lama banget!!"
" Gue baik kok.", jawabku dengan riang. Tiba-tiba muncul seorang lelaki di belakang Alice. Well, he's quite decent and, Hmm, handsome?
" Liz sayang, itu siapa?", tanyanya kepada Alice.
" Hmm? 'Sayang' Alice? Oh my!! Gue ketinggalan apa aja sih selama gue ga disini? Kok berita lo udah punya pacar ga sampe ke gue?", tanyaku melongo.
Sepanjang sejarah, aku dan Alice selalu bertukar cerita, tentang, well, almost everything. Jadi, aku heran kenapa berita ini tidak pernah sekalipun sampai padaku.
Kulihat Alice hanya menggigit bibirnya tanda dia tak tau bagaimana cara menjelaskannya. Aku geli melihatnya seperti itu. Ku pegang pundaknya.
" It's okay, Alice. Kita bisa cerita nanti. Oh, hey, there! Gue Elena, sepupunya Alice.", sapaku sambil menjabat tangannya.
" Nicholas. Panggil aja Nick.", jawabnya dengan mantap.
" Well, Nick. It's nice to meet you."
" Nice to meet you, too."
" Nick, would you let us talk for just a sec?"
" Wait here", ujar Alice kepada Nick.
" He looks handsome, Lizz. And dia pembawaannya baik kok."
" Really? You seem okay with him?"
" Yes. He's fine with you. Dia baik, Lizz, That's what I'm saying. Gimana? Papa kamu setuju akan hubungan kamu sama dia? Atau sama aja kayak mantan kamu yang lain?", tanyaku mulai serius.
" That's the problem, Elena. Walau Nick udah di test, dan dia lulus semua ujian dari papa, papa bilang Nick masih belum menggaet hati papa. So, yahh, gitu deh. Tau kan papa gimana?"
Ku perhatikan muka Alice semakin sendu. Tapi, yahh, mau dibilang apa lagi? Om Abram memang orangnya begitu. Protective banget sama keluarganya, khususnya putri nya ini.
" Alice, boleh lah kamu kesel sama om Abram, tapi, deep down, kamu tau kan, kalau dia sayang banget sama kamu?", tanyaku sambil berusaha membuatnya tersenyum kembali.
Kemudian dia mengangguk sambil menampakkan senyum cerianya lagi.
" Yes, Elena. Forever and Always."
" There you go. Udah balik yuk. Nick udah nunggu tuh."
Kami berjalan menuju Nick.
" Nick, Alice, aku duluan yahh.", sapaku kepada lovebirds itu.
" Elena, ikut aja. Biar sekalian gue anterin.", tawar Alice kepadaku.
" Gapapa, Alice. Gue bawa mobil kok."
Setelah itu, Alice dan Nick pergi lagi membeli ice cream, sedangkan aku kembali ke mobilku dan pergi menuju rumah.
---------
---------
Oke. Aku harus meluruskan pikiranku dan diriku sendiri sekarang.Let me get this straight! Tadi, di kantor, Damien baru saja menciumku dengan sangat brutalnya, dan aku hanya bisa terdiam membeku dengan jantung yang memompa darah lebih kuat dari biasanya, dan bagian paling ngenes nya adalah, aku tidak menolak.
Argghh!! I've never been like this before. Aku ga pernah merasakan yang seperti ini dulunya, dan aku takut terluka lagi.
Aku ga boleh kasih space buat Damien di hatiku sekarang. Elena, ga boleh, karena kamu ga boleh jatuh untuk yang kedua kalinya.
Pepatah pernah berkata,
" Becareful of who you trust. The devil was once an angel."Damien, aku ga bisa membiarkanmu masuk begitu aja. Ga bisa.
Okay. First move, ignore him.
--------
--------
Damien's POV" Elena.", panggilku. Aku memang sengaja memanggilnya ke kantor ku pagi ini, hanya sekadar untuk menyapanya dan menatap wajahnya.
"Ada sesuatu yang berubah dari dirinya", batinku berkata.
Dia masih terlihat cantik belia seperti biasa, tapi dari air mukanya, aku merasa ada perubahan dalam dirinya, entah apa, ini merupakan sejenis perasaan.
Saat aku memanggilnya, dia seperti berusaha mengalihkan tatapanku darinya.
" Iya, Pak? Ada keperluan apa manggil saya, Pak?", tanyanya dengan dingin.
" What happened to my girl?", batinku bertanya lagi.
Aku terdiam sebentar dan menatap langsung ke kedua bola matanya itu. Dia pun menatapku juga. Aku berdiri dan menghampirinya. Sebelum aku sempat meraih tangannya, dia mengelak.
" Pak, kalau tidak ada yang mau dibicarakan, saya sebaiknya Keluar dari ruangan ini.", balasnya lagi dengan dingin.
" Elena? Kamu baik-baik aja kan?", Tanya ku dengan nada khawatir.
" Menurut Bapak?", tanyanya lagi.
Aku melihat ke matanya, dan dari situ aku tau ada sesuatu yang mengganggu nya.
" Engga. Kamu lagi kenapa-kenapa sekarang.", balas ku.
" Kalau menurut Bapak seperti itu, ya sudah. Saya permisi.", katanya sambil menghentakkan kaki nya Keluar dari ruangan ini.
Aku bingung dengan sikapnya sekarang. Kemarin, dia masih biasa saja, dan tiba-tiba sekarang dia bertindak dingin.
Victoria masuk ke dalam ruangan ku.
" Sir, ada karyawan baru yang mengirim lamarannya ke sini."
" Ya, Vic. Suruh dia masuk."
Kulihat seorang wanita masuk ke dalam ruangan ku. Muka nya cantik, tapi dia memiliki aura yang aneh sedikit mencurigakan.
Aku mewawancarai nya, dan pengalaman kerjanya sebelumnya cukup bagus. Dia melamar sebagai sekretaris, tapi aku menolaknya - aku tidak mau mengganti Victoria. Alhasil, dia sekarang kutempatkan di bagian HRD.
" Saya permisi, pak.", katanya kepada ku.
Aku bisa melihat dari matanya, ada sesuatu yang sangat mengganggu dari nya. Entah apa, aku tidak tau. Dia tersenyum kepadaku, namun hanya mengangkat bagian bibirnya yang sebelah kanan.Dia keluar dari ruanganku.
Aku memanggil Victoria kedalam ruanganku." Victoria, siapa wanita itu tadi?"
" Saya juga kurang tau pak. Cuma tadi saya sempat research tentang dia, yang paling menonjol tentang dia Yaitu adalah dia pernah bekerja sebagai seorang sekretaris di perusahaan Pak Sam. Mereka sempat menjalin hubungan, namun akhirnya Lydia meninggalkannya."
Pak Sam adalah seorang pebisnis. Dia juga sering menjadi partner bisnisku. Aku jarang kontak dengan dia. Kami bukan teman dekat. Hanya sekadar teman biasa.
" Oh iya, Pak. Selama Lydia bekerja kepada Pak Sam, ada suatu Hal yang ganjal yang menyebabkan Lydia meninggalkan Pak Sam. Saya belum bisa mendapatkan informasi tentang itu, Pak.", jelas Victoria kepada ku.
Aku berpikir sejenak. Sebenarnya, wanita ini berbahaya juga. Aku tidak mau nantinya dia menyebabkan hal yang tidak-tidak selama dia bekerja disini. Aku harus waspada. Khususnya, aku harus menjaga Elena.
" Baiklah Victoria. Awasi dia terus."
" Baik Pak. Saya permisi."
Lalu, Victoria meninggalkan ku sendirian di dalam ruanganku.
Ahh... Elena, I miss you.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Runaway Babe
Romance" I think I fall in love a bit with anyone who shows me their soul. This world is so guarded and fearful. I appreciate rawness so much." Then, he asked, " Now, show me yours." The question I fear now standing right in front of me. The dreadful thing...