XIV - Clumsier Than Ever

1.4K 75 2
                                    

Elena's POV
Aku sedang berapa di supermarket dekat rumahku. Aku membeli yoghurt dan roti tawar disana. Aku tak sengaja menabrak seorang wanita.

" Maafkan saya.", kataku.

Wanita ini memiliki aura misterius. Dia memakai pakaian serba hitam. Rambut panjang hitam, dan tubuh kecil yang ramping.

" Hati-hati.", katanya kepada ku dengan dalam, membuat dirinya kedengaran menakutkan. Namun, aku bukan cewek lemah. Aku menatap langsung ke matanya dengan tatapan menantang. Dia pergi dari hadapanku.
Aku pun kembali ke mobil dan pulang ke rumah.

Keesokan harinya...
Jam makan siang tiba.

" Eric, I want to grab lunch. Lo ga makan siang?", tanya ku pada Eric.

" Duluan aja Elena. Gue masih banyak kerjaan."

" Call me if you need some help."

" Okay"

Aku keluar dari area kantor. Setibanya aku di depan kantor, sebuah mobil BMW putih berhenti di depanku. Pengendaranya keluar dari mobil dan menyapaku.

" Elena!"

" Dimitri!!! Lagi ngapain? Kok kesini?"

" Pasien gue datang nya 2 jam lagi. Lagi jam makan siang kan? Barengan yuk"

" Eh, tapi jangan kelamaan ya."

" Oke."

Aku masuk ke dalam mobil nya. Sebelum kami pergi, aku memanggilnya lagi.

" Dim?"

" Yes, Elena?"

" Emm... Makan sushi yaaa?? Plizzzzz!! Preety please???", mohonku sambil membuat muka paling imut yang bisa ku buat.

" Lo harus kasih gue hadiah dulu."

" Aish Dimitri. Jahat deh.", kataku sambil memasang muka cemberut.

" Harus adil dong, Elene. Kita makan sushi, tapi lo harus kasih gue hadiah."
Setelah kupikir-pikir, ga ada salahnya juga aku memberikannya hadiah.

" Fine! Tapi makan sushi ya"

" Oke! Ayo kita kemon!"

Kami makan di sebuah restoran Jepang dekat rumah sakit tempat Dimitri bekerja. Sesampainya kami disana, aku memesan segala jenis makanan favorit kami berdua. Kami berbincang-bincang dan sesekali tertawa karena cerita masing-masing. Dimitri terlihat sangat bahagia. Tanpa kami sadari, waktu sudah berlalu cukup lama.

" Elena, gue minta hadiah nya ya."
Aku melihat muka licik nya seketika. Dia tak pernah berubah, rupanya.

" So, what shall I give to you?"

" Kiss me."

Aku hampir tersedak mendengar permintaannya. Dia tertawa melihat reaksi ku.

" Hahahahha! I don't say kiss on the lip. Maksud gue, cium gue di depan orang banyak, dan berikan gue ciuman di pipi, lohh!"

" Ish Dim. Kok hadiahnya segitunya banget sampe kasih ciuman segala!"

" Eh, ga boleh gitu. Lo harus kasih gue hadiah itu, atau ini semua lo yang bayar."

" Mending gue bayar semua ini."
Jlebb!! Astaga! Aku lupa membawa dompet ku!

" Ehm!! Lo yakin bawa dompet?"

" Ish! Lo sengaja kan begini? Gue lagi ga bawa dompet loh, Dim!"

" Sekali lagi, terserah lo sih, Elene. Pilihannya cuma itu dua."

My Runaway BabeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang