3 in the morning
Bunyi ponsel salah seorang dari dua insan yang tengah tidur damai itu berbunyi, membuat si wanita mengerutkan keningnya dan si pria yang tengah memeluk wanita itu jengkel. Siapa yang berani merusak momen mereka berdua?!
Dengan emosi, si pria mengambil salah satu dari dua ponsel hitam yang terletak di meja sebelah wanitanya.
" Whoever this might be, you're totally dead once I meet you.", ujar Damien dengan gusar.
" I'm sorry. I'm trying to reachElena Jean Muller.", papar yang di ujung sana.
" Well, she's kinda busy. I'm her husband. Who are you, anyway? Don't ever think of going after her. You're dead, man.", balas Damien sama sekali tak sadar siapa yang menelepon pagi -pagi buta itu; dan dia membalas dalam posisi setengah duduk dan mata yang masih tertutup.
Elena yang sadar akan perubahan posisi Damien ikut duduk dan kaget bukan main melihat Damien memegang ponselnya membalas entah panggilan siapa sekarang. Tanpa basa-basi, dia langsung merenggut ponsel yang dipegang Damien, melihat kontak yang memanggilnya, dan merasakan matanya membesar berkali-kali dan mendapati dirinya mengeluarkan sumpah serapah di hatinya.
Menarik nafas berkali-kali, menempelkan ponselnya di depan telinga, dan berkata,
" Halo, pa."Sedangkan Damien, dia protes masih tak sadarkan diri dan berusaha menarik Ellen ke dalam pelukannya lagi.
" Baby, siapa sih? Come sleep with me."
Geram melihat Damien, Ellen menutup mulut Damien dengan tangan kanannya.
" ELENA! KAMU LAGI SAMA SIAPA SEKARANG??!! JAWAB!!", teriak sang ayah di ujung sana.Menelan ludahnya sekali lagi, Ellen membalas ,: " En-engg-a pa... Ini, aku lagi sama temen aku. Dia mabuk berat gara-gara ditinggalin pacarnya. Dia gay pa, dia gay!"
Terdengar ayahnya yang speechless mendengar jawaban anaknya. Diapun lega mengetahuinya. Kalau sampai anak satu-satunya melakukan hal yang engga-engga, bisa jantungan dia.
" What?!!! Kamu bilang apa?! AKU GAY?!! Ellen, darling, apa perlu aku buktiin sama kamu kalau aku normal?!", protes Damien yang mulutnya masih ditutup oleh tangan Ellen.
" Ellen, kamu harus balik ke Indonesia lusa. Mama sama papa udah ketemu investor yang bisa bantuin kita. Dan lusa, papa pengen kita semua ketemu sama dia dan keluarganya. Mama kamu kangen banget sama kamu, apalagi kakek kamu itu. Jangan tanya lagi berapa kali dia ngomel sama papa tiap hari."
Deg. Jantung Ellen berdetak. Apakah iya, orang lain akan menerima dia dengan baik kalau dia kembali ke tanah air? Dia takut semua orang masih tidak mempercayainya.
" Ellen harus balik ya, pa?", tanyanya pelan.
" Iya sayang. Kamu harus balik. You can't run away forever. Kita semua disini, Elena. Come back home.", ujar papanya.Dia terharu. Ya, Ellen terharu. Akhirnya, keluarganya bisa bersatu kembali.
" I'll be home, daddy."
" That's my girl. Sleep tight, sweetheart."
" Bye.."Ellen mematikan ponselnya dan meletakkannya kembali di atas meja. Sejenak dia melupakan ragunya, dan melepaskan tangannya dari mulut Damien.
" Beneran deh, kamu gila.", cibir Elena ke Damien.
" Gila hanya gara-gara kamu, sayang. Lebih gila mana daripada kamu yang bilang aku gay?!" , balas Damien lagi tak mau kalah.
Pipi Ellen sudah mulai merah lagi dan berusaha bertingkah seperti biasa, namun lelaki yang satu ini selalu tau kelemahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Runaway Babe
Romance" I think I fall in love a bit with anyone who shows me their soul. This world is so guarded and fearful. I appreciate rawness so much." Then, he asked, " Now, show me yours." The question I fear now standing right in front of me. The dreadful thing...