V - Sweet Dream

2.6K 117 1
                                    

Happy Reading, semuanya! Kalau mau kasih saran atau kritik, comment aja yaa..

RH


Damien's POV

Sepulangnya dari Restoran, aku dan Lily masuk ke dalam mobil.

" Lil, kenal kak Elena dari mana? Aku masih ga ngerti 'Explore' instagram itu apa.", tanyaku pada Lily dengan alis mata yang sedikit ku naikkan.

" Aduh bang En! Kudet banget, sih. Ini loh 'explore' instagram.", jelasnya.

Lily menunjukkan Instagram Explore kepadaku, dan menunjukkan account Elena.

" Bang En dengerin penjelasan aku dulu. Orang - orang yang fotonya masuk explore instagram itu adalah user yang fotonya bagus dan banyak di like sama orang.", jelasnya.

Kurasa sekarang adikku lebih pintar menjelaskan daripadaku. Aku tertawa dalam hati melihat ekspresi dia sekarang. Lily, Lily.. Sejak kapan kau tumbuh dewasa?

" Ohh gitu. Bang En ngerti sekarang."

Pantas saja Elena masuk explore instagram. Dia cukup dekat dengan beberapa orang terkenal - kelihatan dari foto - fotonya. Orang - orang itu juga dekat denganku.

Wait , wait! Itu bukannya Derek? As in Derek Johnson? My dear friend in college. Hubungan mereka apa coba?

Derek Johnson adalah temanku selama kuliah di Inggris. Sekarang dia adalah seorang desainer di Indonesia. Aku berencana akan menemuinya minggu depan. Ahh Derek, bagaimana kabarnya?

" So?", tanyaku.

" So, apa, bang En?", jawab Lily.'

" Udah di seleksi belum Elena?", tanyaku pada Lily. Aku mau dengar pendapatnya.

" Hmm.. Dia itu salah satu pegawai di perusahaan , ya, bang?"

" Calon, sebenernya. Belum ada kepastian dia diterima atau engga. Aku dan manager lain harus membahasnya bersama - sama besok."

" Oh..Bang En, kak Elena diterima aja... Ya?? Yahh??", mohon Lily.

" Loh? Kok sekarang kamu jadi nge bela Elena?", tanyaku dengan heran.

" Bang En, Lily seneng sama kak Elena bukan tanpa alasan. Lily seneng karena kak Elena itu wanita yang independent. Terus, dia pinter fotografi lagi. Ga semu orang bisa gitu loh, bang. Foto - fotonya di Instagram dan di blog dia inspiring banget. She's also friendly. Dia ga beda - bedain temen - kak Elena juga pernah buat charity untuk anak - anak berkekurangan. And, FYI bang En, dia punya bejibun akses ke luar - secara temennya juga banyak. Dia sering ikut event - event dalam atau luar negeri. And, the very most that I like is, her sense of fashion is awesome. I mean, how cool is that?", jelasnya panjang lebar.

" Lily., Kamu ya.. Kalau udah tentang ini ajaa, langsung connnect. Hahahaha!! Iya .. Elena keren juga.", jawabku sambil tertawa melihat tingkah nya sekarang.

" Btw bang, abang tadi kenapa? Kok balik - balik ke meja tadi senyum - senyum ga jelas gitu?", tanya Lily.

" Oh, gapapa. Ada aja.", jawabku.

Sesampainya kami di rumah, aku dan Lily masuk ke kamar kami masing - masing.

" Good night, Lily."

" Good night, Damien."

Lily hanya memanggilku dengan namaku setiap malam sebelum tidur. Di kamar, pikiranku terus melayang ke kejadian tadi di Restoran. Such a coincidence, bisa ketemu dia lagi disana.

Entah kenapa, sejak awal pertemuanku dengannya, aku merasakan aura yang berbeda. Sejak awal dia menepakkan kakinya di ruangan itu, aku langsung terpesona. Jujur, banyak wanita yang aku kenal, namun aku tak pernah bertemu satupun yang semenawan dirinya. Hidung mancung, alis mata yang tajam, mata cokelatnya yang menawan dilengkapi dengan bulu mata yang panjang dan lentik, jari tangannya yang panjang, serta rambut hitam panjang yang bergelombang. Wajahnya semacam campuran Asia dengan negara lain. Hmmm, menarik sekali.

Aku baru benar - benar memperhatikannya tadi di Restoran. Dia tampak begitu cantik dalam balutan hitam dan putih. Bahkan, kemeja putih agak kebesaran yang di pakainya tetap tidak bisa menyembunyikan bentuk tubuhnya yang indah. Tapi, sungguh , kemeja putihnya yang tipis dan kebesaran itu membuat dirinya tampak menggemaskan. Ditambah lagi, kemeja putihnya berkerah V - neck, namun tetap menunjukkan kedewasaannya. Aku tak bisa menjauhkan pikiranku dari leher jenjang nya itu. Ingin rasanya aku membenamkan wajahku di lekuk lehernya.

 Aku masih ingat suara bass perempuan itu. Yep, tak kusangka sekarang aku telah jatuh kepada suaranya. Dia memiliki aroma yang sangat khas - aroma Shea. Aku yakin semua pria pasti jatuh padaa pesonanya.

Tak lama kemudian, aku masuk ke dalam alam bawah sadarku.


Elena's POV

Aku baru saja menceritakan segalanya kepada Gwen.

" Okay. Denger ya, Ellen. He's absolutely in to you.", pekik Gwen. Jujur, aku terkejut mendengarnya.

" Lahh.. Kok lu bilang gitu Gwen? ", tanyaku, walau sebenarnya sudah bisa kutebak jawabannya.

" Ya, coba deh perhatiin gerak - geriknya.", jelas Gwen.

" Yaelah, Gwen.. Pak Damien itu orangnya dingin. Ya, biasa aja kali Gwen. Kecuali tatapannya tadi itu.", jelasku.

" Udah dikasih saran, malah marah. Ah, terserah lu deh. Ellen, oh iya, besok lu kemana?", tanya nya.

" Gue masih ga ada plan buat besok. Eitsss, gue harus stand - by di rumah nunggu keputusan dari perusahaan itu."

Hftt.. Aku lega . Untung aku ada alasan bagus, kalau tidak, nih anak pasti bakal ngajak gue ketemuan - padahal ga ada yang mau dibahas.

" Oh, ya udah deh.Kalau ada waktu, panggil gue ya. Biar kita ketemu sama gurls yang lain. Sekalian, udah lama lu ga ketemu sama Nata", katanya.

" Hahahaa.. Iya, I'll call you. Nih udah sampai, tuan puteri."

" Oke, oke. Thanks ya, Ellen."

Sebelum aku pergi, Gwen mengetuk jendela mobilku.

" Len..", sapanya lagi.

" Ya Gwen? Ada yang ketinggalan?", tanyaku.

" Engga"

Kali ini, Gwen menatapku dalam.

" Ellen, gue berharap banget lu bakal menemukan ' the one '", pintanya.

Baru kali ini aku denger ada orang yang bilang kata - kata itu. Paling mengejutkannya, kata - kata itu keluar dari mulut sahabtku ini.

Keheningan merasuki atmosfir diantara kami selama beberapa saat. Aku bisa melihat keseriusannya di balik kedua matanya.

" Duh, Gwen. Kok tiba - tiba ngomongnya gitu? Buat takut aja", jawabku sambil menampakkan senyum mirisku.

" Ellen, lu ga merasa ini udah waktunya? Dari dulu, lu sama sekali ga keluar dari your comfort zon, deh."

" Yaya, Gwen. Stop being a mom. You're not my mother.", ledekku.

" Justru itu. Kan nyokap and bokap lu lagi di luar, gue yakin banget mereka juga mengatakan hal yang serupa."

" Yaya, Gwen. I'll find him", jawabku.

Dear heart, I'm not sure. I am not sure.

My Runaway BabeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang