Enjoy reading
***
Sepanjang jalan menuju rumah Nathan, Yuri bertemu dengan beberapa Orc yang seperti dia duga sebelumnya bahwa semua penghuni di jurang maut adalah jantan tanpa ada satupun betina. Jadi kehadiran mereka berdua sebagai betina langsung menjadi sorotan para pejantan itu.
Meski Yuri hanya mengikuti Zeleart sebagai protagonis saat ini dan dia hanya berjalan beberapa langkah lebih lambat dari semuanya dan dengan postur tenang seperti papan latar belakang. Tetap saja mata para orc jantan tidak bisa mengabaikan kecantikan kecil yang dibawa oleh Nathan.
Meski mereka tidak berani mendekat secara terang-terangan, namun tatapan matanya sudah cukup membuat Yuri merasa dia seperti potongan daging terakhir yang berada di meja makan. Empuk, lezat hingga membuat semua orang ingin menikmatinya.
"Masuklah," undang Nathan begitu mereka sampai disebuah rumah. Dia juga segera menutup pintu karena tidak mau Zeleart ataupun Yuri merasa risih karena diamati terus menerus.
Yuri yang baru masuk sempat takjub ketika mengetahui bahwa rumah itu terbuat dari batu bata dan membentuk tembok. Selama di dunia Orc, dia hanya sempat tinggal di goa. Pernah melihat rumah kayu tapi belum pernah menemukan rumah tembok seperti di dunia modern. Ditambah ada bohlam lampu sebagai penerang yang membuat Yuri merasa dia tidak sedang di dunia Orc.
"Luar biasa ... apakah kamu yang membuatnya? Pasti sangat nyaman memiliki lampu di malam hari." Yuri sudah lama tidur dalam kegelapan dan merindukan cahaya remang-remang dari lampu tidur ketika malam hari.
Ditambah dia tidak perlu meraba-raba jalan dan jika ingin ke kamar mandi saat malam dia tidak perlu merepotkan suami-suaminya yang selalu menggendongnya karena takut dia jatuh atau menabrak dinding goa.
"Ya ... aku menggunakan panel Surya untuk mengalirkan listrik ke dalam rumah." Nathan memberitahu.
"Jadi ... kamu benar-benar membuatnya sendiri?"
"Tentu saja. Selain aku, siapa lagi? Di tempat ini hanya aku yang tahu apa itu listrik dan perlengkapan untuk membuat hidup lebih mudah. Sedangkan para orc itu hanya tahu meningkatkan kekuatan dan berburu makanan. Benar-benar primitif." Sebagai orang modern tentu saja Nathan tidak mau hidup sengsara. Sebelum menyeberang dia adalah seorang teknisi jadi tidak butuh waktu lama, setelah dia jatuh ke jurang maut, Nathan segera mencari dan menemukan material yang bisa digunakan untuk membuatnya hidup dengan nyaman.
Tidak kedinginan saat salju turun karena memiliki penghangat ruangan. Tidak kepanasan karena memiliki kipas yang menyejukkan. Meski keinginannya untuk membuat pendingin ruangan dan kulkas belum terwujud karena dia masih fokus membuat senjata untuk keselamatan penghuni jurang maut. Namun, Nathan sudah bertekad akan melakukan rencana itu setelah tank tempur buatannya berhasil diperbanyak.
Bagaimanapun dia juga rindu minum bir dingin atau sekedar es teh kala musim panas melanda.
"Jadi ... selama ini kamu tinggal di sini?" tanya Zeleart setelah mengamati seluruh ruangan sembari menggendong anaknya yang sangat kalem dan bahkan tidak rewel meski dibawa ke sana kemari.
"Ya, sejak aku jatuh di jurang maut aku tinggal di sini. Duduklah agar kalian tidak lelah." Di ruangan itu ada meja kursi simple yang terbuat dari kayu.
Zeleart dan Yuri segera duduk, sedangkan Nathan membawa benda seperti teko dan gelas yang berisi minuman. "Setelah berjalan lumayan jauh, kalian pasti haus. Jadi minumlah dulu. Ini adalah air lemon yang sangat segar." Nathan bicara sembari menuangkan isi teko ke dalam gelas.
"Terima kasih." Yuri memang haus dan air lemon itu memang terasa menyegarkan karena tidak hanya asam tapi juga diberikan pemanis yang menurut tebakan Yuri adalah madu.