Enjoy reading
***
"Jangan menyentuhku, aku masih marah padamu." Yuri berusaha mengeluarkan suara segalak mungkin. Namun, di mata Fire dia hanya seperti kucing kecil yang berusaha mengeluarkan taring dan menggigit dengan gigi muda yang bahkan tidak bisa menghancurkan daging.
"Aku tahu." Justru melihat Yuri yang galak, Fire semakin bersemangat.
"Fire ... lepas!!! Aku ikut denganmu karena ingin membahas biji-bijian yang kamu ketahui. Bukan ah ... untuk ini ... uhhmmmm ...." Kata-kata Yuri hanya seperti angin lewat bagi Fire yang sudah menahan rasa ingin mengeluarkan hasrat setahun penuh.
Pasangan mana yang tahan melihat betinanya yang menggiurkan ada di depan mata tanpa di jamah. Oleh karena itu, Fire tanpa ragu langsung meletakkan bibirnya ke dalam mulut kecil Yuri untuk menutup protes darinya, lalu lidah segera menjulur dan menggulung lidah Yuri hingga saling membelit dan mengaduk ke depan dan belakang sampai air liur meleleh hingga rahangnya.
Napasnya terhalang, Yuri segera mengerang tanda protes karena mulai kehilangan oksigen. Kakinya melembut serta suara dari tenggorokannya hanya berupa dengungan lemah karena tidak berdaya.
Yuri tidak menyadari saat tubuhnya melayang dan dibawa menjauh ke sebuah tempat. Dia terlalu fokus dengan ciuman Fire yang semakin dalam dan bernafsu hingga ada rasa hangat yang mulai mengalir ke perut bagian bawahnya hingga membuat tubuhnya yang sepenuhnya dipeluk oleh Fire mulai gemetar.
Merasa menemukan tempat yang pas, Fire segera menyusupkan telapak tangannya hingga pakaian Yuri menyebar ke sekeliling dengan kacau. Tangannya yang besar dan kasar menutupi payudaranya yang lembut dan perlahan meremasnya seperti ingin menimbang berat dari sebuah benda berharga.
Bibirnya turun ke bawah menjilat leher yang mungil dan menghisap daun telinga yang sensitif hingga membuat Yuri tengah dan semakin gemetar. Apalagi setiap sentuhan dan jilatan yang dilakukan Fire menggunakan sedikit kekuatan api yang membuat tubuhnya seperti dialiri arus listrik kecil yang mencari titik-titik sensitif dari tubuhnya hingga Yuri tidak bisa menahan sentakan kecil setiap kali tempat tertentu mendapatkan rangsangan.
"Uhh ... mmmmm ... hhhmmmmm ...." Yuri berusaha menahan desahan dari bibirnya. Tidak ingin mengakui bahwa dia sudah tidak menolak Fire lagi. Tapi ... sekuat-kuatnya Yuri menolak, dia harus mengakui bahwa dari semua pasangannya, Fire adalah yang paling banyak memiliki teknik bercinta. Selalu membawa hal baru yang membuat tubuh Yuri meleleh seperti lumpur dan lembut seperti bubur.
Ujung payudaranya dicubit dan dimainkan sedemikian rupa, rasa kesemutan dan gatal melanda hingga membawa kegembiraan. Celah diantara pahanya mulai basah dan tanpa tahu malu mengeluarkan cairan tanda tubuhnya sudah memanas dan mulai siap digunakan.
"Aaakhhhh ...." Akhirnya pekikan lepas kendali dari bibirnya ketika Fire meraih ujung payudaranya dengan 2 tangannya yang besar, meremas dan mencubit diantara ibu jari lalu mengangkat dan menundukkan kepalanya untuk menggigit benda kecil mungil itu karena gemas.
Yuri merasa kakinya pasti akan jatuh kapan saja jika Fire tidak memegangi pinggangnya. Dia hanya bisa meremas rambut di kepala Fire dengan dada naik turun dan kewanitaan yang semakin basah serta perut yang tersentak-sentak karena rasa sensasi panas dan kejutan yang menjalar dari payudaranya hingga keseluruh tubuh seperti sengatan api di ujung saraf.
Melihat Yuri yang sudah tidak bisa berkata apa-apa selain desahan dari bibirnya. Fire tidak mengendur dan malah meremas payudara dengan kuat dan mempermainkan puting di tangan dan bibirnya dengan semakin keras hingga menjadi lebih bengkak dan Yuri merasa ada ada sensasi nyeri namun tetap enak hingga dia hanya bisa pasrah ketika tubuhnya tiba-tiba sudah jatuh terlentang di atas rerumputan.