Prolog

5.7K 406 11
                                    

Enjoy Reading

***

Getaran hebat memenuhi medan pertempuran. Suara raungan binatang buas dan serangan berbagai kekuatan memenuhi seluruh hutan.

Jika dilihat dari ukuran, jelas para orc itu seharusnya bukanlah tandingan binatang-binatang besar itu. Namun, kekutan yang mereka miliki mampu meluluhlantakkan para binatang buas yang menggila.

Salah satu yang paling mencolok adalah seorang pria dengan pedang super besar di dalam genggaman tangannya.

Pria itu memiliki tinggi 2,3 m. Namun, pedang di tangannya sendiri bahkan lebih tinggi karena memiliki tinggi 3 m dan lebar 1 m. Terbuat  dari  Wurtzite Boron Nitrire yaitu material paling keras di dunia yang tercipta dari suhu yang luar biasa panas dan juga tekanan yang sangat tinggi ketika terjadi erupsi gunung berapi. Sehingga warnanya yang semerah lava dengan garis gelap membuat kesan cantik dan tajam sekaligus mematikan.

Jika orang yang memegang pedang itu memiliki level rendah, sudah pasti jangankan mengayunkan. Untuk mengangkatnya saja akan mengalami kesulitan karena bobotnya sendiri mencapai 5 ton. Selain itu, jarang Orc bertarung menggunakan senjata. Karena, biasanya mereka lebih suka bertarung menggunakan kekuatan elemen dari tubuh mereka sendiri.

Pria itu melompat dan menginjak mayat binatang yang sudah dia bunuh. Dengan  skillnya yang luar biasa cepat dan penguncian target tepat sasaran. Maka semua yang berada di jalur penglihatannya akan selalu berakhir menjadi tumpukan daging mati.

Bagi binatang itu, mungkin pedang yang dipegang hanya sebesar taring mereka. Namun, sekali tebas pedang itu mampu membelah T-rex menjadi 2 bagian. Di tambah ketepatan perhitungan posisi, semua musuh yang dia incar tidak pernah bisa kabur.

Di sekitar pria itu juga terjadi pertarungan sengit melawan binatang-binatang besar pemakan daging. Beberapa orang yang memiliki level tinggi mampu menghadapi satu binatang besar seorang diri. Namun, jika level mereka lebih rendah maka mereka akan bekerja sama antara 2-5 orang untuk menjatuhkan satu binatang.

Gelombang serangan binatang itu terjadi setiap 3 bulan sekali dan mereka sudah terbiasa menghadapinya. Jadi, melihat binatang-binatang buas menyerbu. Bukan lari, mereka dengan semangat membara malah menyambut kedatangan binatang itu dengan harapan bisa melawan dan mengalahkan mereka lebih banyak dari waktu sebelumnya. Terutama para pemuda yang levelnya baru naik dan selesai dari tempat pelatihan. Kebanyakan mereka penasaran dan sudah tidak sabar bergabung dengan para senior yang bisa memusnahkan binatang dengan ukuran 5-50 kali lipat dari tubuh mereka sendiri.

Sayang karena terlalu semangat dan tidak mengenal kekuatan sendiri. Tidak 1-2 pemuda yang akhirnya mati konyol karena kurang waspada. Mereka terlalu lengah dan menganggap jika terkena sekali tendangan atau gigitan masih akan bisa bangkit kayaknya latihan. Padahal, sekali terkena gigitan atau serangan dari binatang itu kemungkinan selamat sangatlah sedikit. Maka, dari situlah jumlah jatuh korban biasanya yang paling sering terjadi.

Suara tebasan terus terdengar diiringi suara berbagai elemen yang bersatu padu ikut melawan hingga deru suara pertempuran itu bahkan bisa terdengar suaranya dari jarak puluhan kilometer.

Pria itu masih orang yang paling aktif. Di mana dia sendiri bisa melawan banyak binatang tanpa kesulitan. Bahkan dari satu mayat binatang yang dia bunuh dalam waktu singkat sudah bertambah satu lagi yang menyusul. Seperti itu terus menerus dengan sikap pembantaian tanpa ampun, hingga akhirnya semua mayat binatang yang dia tebas menumpuk menjadi seperti gunung karena saking banyaknya.

"Ini yang terakhir!" Pria itu melihat binatang besar yang masih berusaha melawan dan dengan gerakan berkelit dia menghindar dari serangannya lalu melompat ke atas dan menghujamkan pedangnya hingga menusuk kepala T-rex hingga terbelah jadi dua dan bergabung dengan tumpukan binatang yang sudah dia eksekusi.

Pria itu duduk di atas tumpukan mayat binatang. Sorot matanya sangat tajam dengan percikan darah yang memenuhi seluruh tubuhnya. Napasnya masih terengah-engah setelah menyelesaikan pertarungan, adrenalin yang terpacu berusaha dia tekan dan akhirnya melihat ke sekitar di mana seperti biasa pasti akan jatuh korban juga dari pihaknya.

"Demon Lord ...." Salah satu anak buahnya segera berlutut melapor begitu semua binatang buas sudah dikondisikan dan medan perang hanya menyisakan bau amis darah yang menebar dia seluruh udara.

"Berapa banyak yang tersisa?" tanya pria itu sembari membersihkan pedangnya dari darah dan kotoran yang menempel setelah pertarungan. Hal yang terlihat sepele, namun harus dia lakukan dengan baik agar pedang itu tidak mudah rusak karena membuatnya saja membutuhkan bahan dan tenaga yang tidak sedikit.

"Untuk kali ini hanya ada 5 korban. Namun, sudah berbulan-bulan kita tidak mendapatkan orang baru sedangkan tim kita terus menerus berkurang. Sekarang jumlah kita bahkan hanya tersisa 93 orang yang bisa diajak bergabung dalam pertempuran, selebihnya masih remaja dan dalam tahap pelatihan sehingga tidak aman untuk melakukan pertarungan nyata."

Pria itu terdiam seperti berpikir, tetapi gerakannya saat menyimpan pedang dan mengikatnya di punggung terlihat masih sangat santai. Dia melompat turun lalu berjalan melewati anak buahnya dengan langkah yang masih berwibawa.

"Minggir."

Anak buahnya segera menyingkir dan dalam satu tarikan napas. Tumpukan binatang yang sudah mati itu tiba-tiba terbakar oleh api berwarna biru. Hingga asapnya menjulang tinggi dengan suhu panas yang langsung mempengaruhi sekitarnya.

Aroma tengik dari daging yang terbakar segera memenuhi hidung hingga pemuda yang baru bergabung dan pertama kali mengalaminya segera muntah karena tidak tahan dengan bau asap yang terlalu menyengat.

"Bawa semua orang kembali." Setelah memastikan semua binatang terbakar sama rata. Pria itu segera berbalik dan pergi tidak menegur pemuda yang muntah itu karena ini bukan sekali dua kali terjadi pada pendatang baru.

Anak buahnya segera mengikuti masih sembari berbicara tentang keadaan mereka saat ini. "Tuan ... keadaan kita terlalu tidak stabil. Jika hal seperti ini terus-menerus terjadi suatu hari kita semua akan ...."

Pria itu mengangkat sebelah tangannya dan anak buahnya tidak berani melanjutkan perkataannya. "Gelombang ini sudah selesai, kita punya waktu 3 bulan menemukan anggota baru. Jangan terlalu panik," ucapnya sembari berjalan menuju tempat di mana dia tinggal seolah-olah dia bukan pulang dari bertarung namun pulang dari jalan-jalan.

"Saya mengerti tuan." Anak buahnya hanya bisa pasrah dan mengikuti perkataan tuannya yang tidak pernah memiliki ekspresi khawatir atau panik apa pun yang terjadi.

Hidup di jurang maut memang seperti bermain dengan maut setiap hari.

Terlalu sulit untuk sekedar duduk dan makan dengan tenang.

***

TBC

yatb 5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang