Serangan

2.1K 264 24
                                    

Enjoy Reading

***

"Nathan ... apa kamu tidak bosan tinggal di sini?"

"Tidak. Banyak hal yang bisa aku lakukan di sini. Kenapa aku harus bosan." Nathan menjawab dengan ringan.

"Kamu tahu maksudku. Kamu bisa kembali ke Zeleart atau kamu bisa keluar dari jurang maut dan menikmati indahnya dunia di luar sana. Di mana kamu tidak perlu khawatir tentang keselamatanmu sendiri."

"Di mana asiknya hidup seperti itu. Lebih nyaman di sini karena penuh dengan tantangan." Nathan mengerti bahwa Bright mengusir nya demi kebaikannya sendiri. Namun, bagaimana dia bisa melakukannya. Hati, jiwa dan raganya sudah terlanjur tertanam di sini dan tidak mungkin untuk pergi.

"Kamu tahu aku tidak bisa melindungimu setiap waktu. Ada kalanya mungkin kamu harus menghadapi bahaya sendiri." Bright hanya ingin temannya aman karena entah kenapa dia merasa akhir-akhir ini terlalu tenang.

Seperti keheningan sebelum badai.

"Tapi aku menyelamatkan dirimu dari maut. Apakah kamu lupa itu? Aku membuatkan mu pedang yang berharga. Aku juga yang masak untukmu setiap hari. Dan sekarang setelah tidak membutuhkanku, kamu mengusirku?"

"Kamu tahu bukan itu maksudku!"

"He he ... aku tahu. Tapi aku lebih suka di sini. Sudah malam tidur sana." Nathan menepuk punggung Bright dan hendak pergi ke rumahnya. Namun, suara getaran di tanah segera membuatnya sadar bahwa ada rombongan binatang buas yang menyerang.

"Panggil seluruh pasukan!!!" Perintah Bright pada Nathan dan dalam sekejap dirinya sudah melompat berusaha menghadang binatang-binatang buas yang menyerbu wilayahnya.

Bright berlari dan semua anak buahnya yang juga sudah hapal fenomena ini segera mengikuti dibelakangnya, karena menghadapi gelombang binatang buas memang sudah sering mereka alami di setiap tahun. Jadi, tanggapan dan reflek mereka juga cepat saat merasakan getaran di tanah.

Segera ratusan Orc bersiap menyambut datangnya para binatang di mana mereka sudah memasang kuda-kuda dan siap bertarung untuk melenyapkan mereka semua.

Getaran semakin dekat dan dekat. Namun begitu gelombang itu terlihat oleh mata telanjang Bright dan semua anak buahnya dibuat tercengang.

Mereka datang seperti tornado yang meluluhlantakkan apa pun yang mereka lewati.

"Sial ...." Gumam Bright saat menyadari bahwa gelombang binatang saat ini berkali-kali lipat lebih besar dan ganas dari yang pernah dia hadapi.

"Jangan memaksakan diri. Jika merasa tidak bisa menghadapi, lari dan selamatkan diri." Orang-orang yang bersama dengan Bright saat ini adalah orang-orang yang paling setia yang masih bertahan mengikuti dirinya setelah puluhan tahun. Jadi, meski Bright tahu mereka tidak akan pernah meninggalkan dirinya tapi dia juga tidak mau ada yang mati sia-sia.

"Hanya mereka, kami pasti bisa menghadapinya." Salah satu Orc berbicara seolah meremehkan. Padahal dia juga gentar saat menyaksikan bahwa musuhnya ternyata lebih dari prediksi. Dia hanya ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa mereka pasti bisa mengatasinya.

"Ya ... mereka terlalu eazy." Yang lain ikut menanggapi.

Melihat anak buahnya yang tidak gentar. Bright merasa lega dan darahnya kembali mendidih.

"SERANG!!!!!" Bright berteriak dan bersamaan dengan itu seluruh anak buahnya menyerang binatang buas yang ada di sekitar mereka.

Segera suara benturan, tebasan dan pukulan memenuhi seluruh hutan. Pohon-pohon tumbang, tanah bergelombang dan tubuh yang kalah mulai berjatuhan hingga membuat genangan darah memberikan warna merah cerah ke atas permukaan salju yang berwarna putih.

Bright tidak tahu kenapa kali ini binatang-binatang yang dia lawan terasa lebih sulit dan lebih kuat dari biasanya. Dia juga tidak mengerti kenapa jumlahnya bisa bertambah berkali-kali lipat dalam waktu singkat. Satu dibunuh dan satu datang lagi. Terus berdatangan seolah-olah tidak ada habisnya.

Bahkan jika mereka Orc di atas level 5. Mereka pasti akan memiliki batas stamina. Satu jam dua jam, satu hari. Mereka masih bisa melaluinya. Namun jika pertarungan intensitas tinggi terus terjadi tanpa jeda. Bright yakin banyak anak buahnya akan banyak yang tumbang.

Mereka sudah bertarung semalaman hingga matahari bersinar dan belum ada tanda-tanda binatang-binatang itu berhenti menyerang. Terus berdatangan layaknya gerombolan semut yang keluar dari sarang.

"MUNDUR!!!!" Ini adalah perintah mundur ke sekian yang diperintahkan Bright pada anak buahnya setiap kali melihat mereka mulai kuwalahan.

Awal pertempuran mereka masih jauh dari pusat jurang maut. Namun sekarang, perlahan tapi pasti gerakan mereka mulai lambat dan bahkan anak buah Bright sekarang tinggal setengahnya.

Bright berusaha bertahan selama mungkin dan tidak terus mundur ke arah di mana rumah Nathan berada. Karena di sana ada Fire yang masih terluka dan Nathan yang hanya manusia biasa. Namun, kekuatannya juga terbatas. Jika dia memaksakan diri yang ada semua anak buahnya juga akan mati.

Pasangan Fire yaitu Yuri mengira bahwa Orc di jurang maut tidak memiliki rumah atau goa karena memang tidak membutuhkannya. Padahal bukan keinginan mereka untuk tinggal dengan liar, tapi karena setiap kali membangun rumah untuk ditinggali, pasti pada akhirnya akan hancur saat gelombang binatang datang. Akhirnya mereka tidak pernah membangun rumah lagi selain Nathan yang memang tidak tahan dengan cuaca panas dan dingin.

Bright berlari mundur menggiring anak buahnya yang tersisa agar ikut mundur juga. Saat dia berlari, tiba-tiba sebuah kayu besar jatuh tepat di depan mereka sehingga mau tidak mau Bright dan anak buahnya menghentikan langkahnya.

"Mau lari ke mana kamu! Dasar Orc rendahan!!!" Suara raungan yang menggetarkan bumi terdengar dan Bright langsung melihat ke arah asal suara itu. Di mana ada Orc jantan setinggi 3 meter dengan tubuh besar dan kekar menatapnya dengan mata merah seperti orang kehilangan kewarasan.

"Demon Lord!!!" ucapnya dengan wajah terkejut.

"Apa?"

"Demon Lord?" Anak buah Bright tidak mengerti.

"Demon Lord? Apa anda mengenalnya?"

"Aku bukan Demon Lord, tapi dialah Demon Lord yang sebenarnya." Bright menunjuk Orc raksasa di depannya. Akhirnya bisa mengoreksi kesalahan anak buahnya selama ini.

Bright hanyalah pendatang di jurang maut yang kebetulan terdampar dan akhirnya menetap di sini lalu membuat pasukan. Di mana anak buahnya memanggilnya Demon Lord karena mengira bahwa dia adalah penguasa sejati jurang maut. Awalnya Bright membantah, namun karena level 10 miliknya akhirnya dia gagal mengoreksi dan nama Demon Lord menjadi miliknya. Padahal, Bright tahu ada Demon Lord sejati di kedalaman jurang maut yang tidak berani mereka jelajahi.

Bright pernah datang ke sana diam-diam dan tahu siapa Orc itu. Namun, anehnya Demon Lord tidak pernah keluar dari wilayahnya sendiri. Padahal, Bright sangat yakin bahwa dia juga Orc dengan level tinggi.

Anak buah Bright masih bingung. Memandang Bright dan Orc raksasa di hadapan mereka.

Bagaimana bisa Demon Lord menjadi dua!!!

***

TBC

yatb 5Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang