14. PERGI KE LUAR KOTA

33 3 0
                                    

"jadi, apa benar lo itu mantan kekasih Emilia?" tanya El pada laki-laki berusia 27 tahun, yang berada di hadapannya.

"iya, tapi siapa kamu? Kamu bahkan tidak sopan berbicara dengan orang yang lebih tua darimu." El tampak menyeringai dengan ucapan laki-laki bernama Sean Abrisam, atau bisa dipanggil Sean.

"temen gue belum kasih tau lo, perihal bertemunya kita disini?" tanya El dengan tatapan tajamnya dan wajah datarnya.

"belum." jawab Sean dengan mengubah gaya duduknya menjadi kaki kanan diletakkan di paha bagian kiri.

El mengalihkan pandangannya dan menatap Mike dengan tatapan tajamnya.

"hehehe, sorry gue lupa kenalin lo. Tapi gue udah kasih tahu niat gue nemuin dia, awalnya dia menolak tapi setelah gue jelasin dia akhirnya mau." Mike menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Mereka saat ini tengah berada di Apartemen milik El yang berada di lantai 15.

"gue El." Sean menganggukkan kepala.

"ok, gue nggak suka basa-basi. Gue mau lo gagalin pernikahan mantan lo itu." ucap El dengan suara berat dan wajah datarnya.

"jaminannya?" Sean mengangkat sebelah alisnya.

"perusahaan lo bakal lebih sukses dari yang sekarang." El tersenyum tipis.

"caranya?" Sean tampak masih ragu dengan jawaban El.

"hhh, setelah lo berhasil gagalin pernikahan itu."

"ok, saya memiliki banyak bukti tentang Emilia dan saya pasti bisa menggagalkan pernikahan mereka." ucap Sean dengan senyuman yang tampak menyeringai.

"nice." ucap lirih El dengan tatapan tajamnya.

__________

Aleena, gadis berusia 17 tahun tengah memasuki sebuah kamar berwarna hitam dengan cahaya yang tidak terlalu terang.

Aleena berjalan menghampiri seorang laki-laki yang tengah merapikan beberapa pakaian di sebuah koper berwarna navy.

"kakak yakin mau pergi ke luar kota?" tanya Aleena pada Arion, kakaknya.

Arion yang semula duduk di ranjang sambil merapikan pakaiannya pun menghampiri Aleena, adik kesayangannya.

Arion membelai rambut Aleena dengan lembut, lalu ia menatap mata Aleena dengan lembut.

"aku hanya pergi selama tujuh hari saja, tapi kamu sudah rindu denganku. Bahkan sekarang aku masih di rumah."

"aku tidak bisa jauh dari kakak. Aku nanti kangen." ucap Aleena dengan lirih sambil memeluk Arion. Ia pun mulai menangis.

"sssttt, don't cry. Kakak juga akan merindukanmu, tapi kakak ada tugas disana." ucap Arion masih dalam posisi yang tidak berubah.

Siang tadi, ia di hubungi oleh manager cafe, jika cafenya mengalami masalah. Jadi, ia harus segera berangkat sore ini.

Aksa dan Arion memiliki beberapa cabang cafe di beberapa kota.

"kakak 'kan bisa menyuruh orang lain, kakak punya orang kepercayaan bukan. Nah, lebih baik kakak suruh saja orang tersebut." Arion melepaskan pelukannya dan menangkup kepala Aleena, sehingga mata Aleena menatap manik mata milik Arion.

"itu tidak semudah yang kamu pikirkan, disini 'kan ada kak Aksa. Kamu bisa menghabiskan waktumu sebanyak mungkin dengannya bukan?" Aleena memutar tubuhnya, sehingga ia membelakangi Arion, kakaknya sambil bersedekap dada.

"kak Aksa ngeselin, kak Aksa cuek dan dingin, kak Aksa juga sedang sibuk dengan skripsinya, aku enggak mau kalau ganggu kak Aksa. Nanti kak Aksa enggak lulus, Aleena jadi merasa bersalah."

"kakak juga harus mempersiapkan ujian bukan?" tanya Aleena pada Arion.

Setelah perdebatan kecil antara Arion dengan Aleena, akhirnya Aleena terpaksa mengizinkan kakaknya untuk pergi ke luar kota.

Saat ini, Hasan, Hana, Aksa dan Aleena tengah berdiri di depan rumah atau lebih tepatnya teras untuk mengantar kepergian Arion.

Masih terlihat jelas, wajah Aleena sangat sedih yang harus berpisah dari Arion walaupun hanya tujuh hari. Tapi ia berusaha untuk tersenyum, agar tidak membuat Arion tidak enak meninggalkannya.

Aleena tidak pernah berpisah dengan kakak-kakaknya, jadi jika sekarang Aleena harus berpisah dengan kakaknya, maka Aleena akan merasa kesepian. Walaupun masih ada Aksa.
__________

Meow... Meow..

Aleena tengah bermain di taman belakang bersama dengan luci, kucing miliknya. Ia duduk di kursi dekat kolam renang dengan memangku luci sambil mengelus-elus bulu-bulu kucingnya.

"luci, aku kangen kak Arion." ucap Aleena menatap luci yang begitu nyaman di pangkuannya.

"luci, apa kamu juga merindukan kak Arion?" tanya Aleena pada luci, walaupun ia tahu luci tidak bisa menjawab pertanyaannya.

"Aleena!" panggil seseorang di belakang Aleena.

Aleena menoleh menatap siapa yang sedang memanggilnya.

"papa." ucap lirih Aleena.

Hasan kemudian menghampiri Aleena dengan duduk di samping Aleena, ia sedikit bergeser agar Hasan, papanya dapat duduk dengan nyaman. Mereka duduk sedikit menyamping agar dapat berinterkasi dengan nyaman.

"kangen Arion, hm?" tanya Hasan pada Aleena sambil membelai lembut kepala Aleena. Aleena mengangguk kecil seraya mengelus-elus luci.

"jangan khawatir, jika masalahnya sudah selesai, ia pasti akan segera pulang." Aleena tersenyum tipis.

"Aleena, kamu juga harus sedikit belajar hidup tanpa kakak-kakakmu." ucap Hasan dengan suara beratnya.

Aleena sedikit takut dengan papanya, walaupun sebenarnya Hasan tidak bicara kasar atau membentak, hanya saja Aleena orang yang sensitif.

Memang begitu Hasan jika berbicara, ia tidak pernah berkata lembut kepada siapapun bahkan keluarganya, karena sejak kecil Hasan di latih untuk menjadi pria yang tegas.

Aleena menundukkan kepalanya, "maaf pa." ucap Aleena dengan lirih.

Hasan yang menyadari jika putrinya sedikit takut dengannya pun mengangkat kepala putrinya dengan lembut.

Walau kepala Aleena sudah tegak, tapi mata Aleena memilih menghadap ke bawah.

"hei, maafkan papa. Papa tidak bermaksud menyakiti perasaanmu." ucap Hasan berusaha melembutkan sedikit suaranya.

"tatap mata papa, Aleena!" pinta Hasan.

Aleena dengan gerakan pelan berusaha menatap mata pria paruh baya tersebut.

"papa minta maaf, papa sudah membuatmu takut." Aleena kemudian menggeleng dengan cepat.

"e-enggak pa, maafin Aleena." Hasan meletakkan telunjuknya di bibir mungil milik Aleena.

"no!" ucap Hasan kemudian memeluk Aleena.

ALEENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang