28. CLARINTA

44 5 1
                                    

HAI, SELAMAT SIANG!

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DENGAN VOTE DAN COMENT!

HAPPY READING!

_____________________________________

“𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪𝘮𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘮𝘦𝘭𝘢𝘵𝘪𝘩 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘳𝘣𝘦𝘥𝘢.”

𝗖𝗹𝗮𝗿𝗶𝗻𝘁𝗮 𝗡𝗮𝘆𝘀𝗶𝗹𝗹𝗮 𝗔𝗿𝗱𝗶𝗮𝗻𝘀𝘆𝗮𝗵
_____________________________________

“untuk apa kita datang kemari?” tanya Emilia pada Haidar yang mengawasi menggunakan teropong pada sebuah rumah mewah dari rooftop gedung yang tidak terlalu jauh dari rumah tersebut.

Haidar menurunkan teropongnya dan menyerahkan pada anak buahnya. Ia menoleh pada Emilia dengan senyum tipis.

“dia sudah pulang,” lagi-lagi Emilia dibuat bingung dengan ucapan Haidar, sang kekasih.

“nanti kamu akan mengerti.” Haidar menghubungi seseorang melalui H𝘢𝘯𝘥𝘴𝘧𝘳𝘦𝘦 nya dan memberikan arahan kepadanya.

“dengarkan itu, Em.” Haidar menyumpalkan Handsfree pada telinga Emilia dan menyuruh anak buahnya untuk memberikan teropong pada Emilia.

Mata Emilia terbelalak ketika mendengar suara ledakan ditempat yang sedang ia lihat menggunakan teropong.

Emilia menjauhkan teropong itu dari matanya dan menyerahkan Handsfree pada Haidar.

“bagaimana? Apa itu kurang untukmu?” Haidar menatap Emilia yang terkejut dan mematung sebentar.

“apa kamu sungguh melakukan itu untukku?” tanya Emilia tidak percaya.

Haidar tersenyum tipis, “aku sudah pernah bilang bukan. Apapun yang kamu inginkan akan terjadi.”

‘𝘪𝘯𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘦𝘳𝘪𝘬𝘢𝘯.’

“bagaimana jika polisi tahu?” entah kenapa ia merasa ketakutan, padahal awal mula keinginannya bertemu dengan Haidar untuk membalaskan dendam, tapi kenapa sekarang ia merasa ketakutan.

“polisi tidak akan mampu menahanku, tidak ada jejak yang dapat ditemukan oleh mereka.” ucap Haidar dengan wajah datar nan mengerikan.

“dia hanya terluka, itu pun tidak terlalu parah. Apa kamu menginginkan aku langsung membunuhnya?” Emilia tampak berpikir sebentar lalu ia menggelengkan kepalanya.

“kenapa?”

“apa kamu takut?”

“kita pergi saja dari sini.” jawab Emilia sambil menarik lengan Haidar yang berada disaku celananya.

                         ____________

“bagaimana kondisinya?” Seorang laki-laki berdiri  di depan pintu ruang ICU sambil menatap datar pria berjas putih.

Dokter menghela nafas pelan, lalu ia menatap El seraya berkata. “pasien koma karena Pembengkakan Jaringan Otak.”

El mengusap wajahnya dengan kasar, Lalu beralih menatap dokter kembali.

“sampai kapan?”

“kami tidak bisa memastikannya, tapi kami akan melakukan perawatan yang terbaik untuk pasien.” El mengangguk pelan

“apa saya bisa menjenguknya?”

“bisa,” dokter pun melenggang pergi setelah berpamitan.

El memasuki ruangan yang dipenuhi dengan alat dan bau obat-obatan. Ia menghampiri seseorang yang terbaring lemah di 𝘣𝘦𝘥 𝘩𝘰𝘴𝘱𝘪𝘵𝘢𝘭 dengan infus, selang oksigen dan alat pendeteksi jantung.

ALEENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang