HAI, SELAMAT MALAM!
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DENGAN VOTE DAN COMMENT!
HAPPY READING!
___________________________________“Lo nggak akan bisa njenguk dia, penjagaannya ketat.”
Dua laki laki berdiri dari kejauhan menatap kamar Aleena yang di jaga ketat oleh bodyguard dan juga kedua kakak Aleena. Mereka adalah Arkan dan Bagas.
“Nyamar?” Bagas menoleh pada Arkan, ia menggelengkan kepalanya.
“Nggak akan berhasil, dari yang gue tahu mereka udah ngecek siapa aja dokter, suster bahkan tukang bersih-bersih yang bertugas, mereka bukan orang bodoh, Ar.” Ucap Bagas.
Apa yang di katakan oleh Bagas membuat Arkan mengacak rambutnya dengan kasar, ia bingung bagaimana cara untuk bisa menjenguk Aleena.
“Lewat jendela?” Bagas terkekeh.
“Ngaco lo, belum sampai lo ke kamar Aleena lo udah mati dulu.” Arkan mendengus kesal.
“Udahlah Ar, kita balik aja. Percuma, ini juga karena salah lo sendiri.” Arkan menatap datar Bagas hingga membuatnya langsung terdiam tidak berani membuka mulutnya.
Arkan berbalik dan meninggalkan ruangan serba VIP, Bagas menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia kesal karena Arkan sangat berubah sejak mengenal Aleena.
Saat memasuki mobil milik Arkan, Bagas tiba-tiba mendapatkan ide, kemudian ia menjentikkan jarinya dan membuat Arkan menatapnya bingung.
“Kita cari tahu aja siapa pelakunya.” Arkan menatap ke arah depan, ia tampak berpikir dan kemudian ia mengangguk.
__________
“Mereka yang udah bikin lo sama Aleena celaka.” Rahang El mengeras mendengar ucapan Mike. Tatapannya semakin dingin.
“Gue heran, kenapa keluarganya Aleena nggak dapet petunjuk sama sekali tentang ini, sedangkan kita dengan mudah mendapatkan petunjuknya. Mungkinkah ini jebakan?” Ucap Mike
“Mereka harus mendapatkan pelajaran.” Ucap El dingin.
“Kita butuh bantuan untuk membalas mereka, karena tenaga kita kurang, anak buah Sean juga tidak terlalu kuat untuk menghadapi anak buah Haidar.” Jelas Mike.
Apa yang dikatakan oleh Mike memang benar, tenaganya kurang mampu untuk menghadapi anak buah Haidar, terlebih ia tidak ingin membuat Sean dalam masalah lagi, sudah cukup waktu itu ia mendapatkan luka serius akibat ulah Emilia dan Haidar.
“Lalu kita minta bantuan siapa? Pembunuh profesional?” Tanyanya pada Mike.
Bola mata Mike berputar ke arah kiri dan berpikir sejenak.
“Bokap lo, El.” El menahan amarah ketika mendengarnya.
“El, gue tahu lo nggak suka, tapi ini menyangkut nyawa orang banyak. Lo bisa mendapatkan perawatan cepat juga karena bokap lo, kali ini aja jangan egois.”
El menghela nafas panjang, ia terpaksa menyetujui ucapan Mike jika bukan karena tidak ingin menjadikan orang lain korban.
Ceklek
Pintu kamar El terbuka dan menampakkan seorang lelaki berpakaian serba hitam yang tidak lain adalah Damar.
“Apakah keadaanmu sudah membaik?”
Melihat hawa yang aneh, Mike pun pamit keluar dan memberikan mereka ruang untuk bicara berdua.
El hanya bergumam kecil sebagai jawabannya, keadaan terasa canggung bagi Damar, perasaan bersalah menyelimutinya.
“El, Maafkan aku. Semua ini terjadi karena aku.” El terkekeh kecil mendengar penyesalan Damar yang tidak pernah ia dengar dari mulutnya. Ucapannya itu terasa kaku dan wajahnya amat datar.
“Sangat menyedihkan.” Gumam El.
“Aleena sudah sadar.” El spontan menoleh pada Damar yang semula ia tidak ingin melihat wajahnya.
“Aku tidak berbohong, kamu bisa temui dia.” dengan tergesa-gesa, El melangkahkan kakinya menuju kamar Aleena yang tidak terlalu jauh karena sama-sama berada di kamar VIP.
‘Mungkinkah aku memiliki kesempatan untuk bersamamu lagi, El.’ Batin Damar ketika menatap kepergian El.
__________
Sesampainya di depan kamar Aleena, ia membuka pintu hingga membuat keluarga Aleena yang berada di dalam menoleh pada pintu.
Dengan senyum tipis yang mengembang, El menghampiri Aleena yang juga tersenyum pucat melihat kedatangannya.
“Kak El.” Aleena memeluk El ketika ia sampai di bed hospital.
Aleena terduduk di bed hospitalnya, saat membuka pintu tadi El melihat wajah Aleena yang tampak kesal.
Mereka saling berpelukan hangat, sedangkan kedua kakak Aleena memutar bola matanya malas. Sejak tadi Aleena menanyakan tentang El, namun mereka melarang Aleena untuk menyebut nama El dan menyuruhnya untuk istirahat.
Hasan dan Hana sendiri tengah berada di ruang dokter untuk menanyakan kondisi Aleena lebih detail.
“Ekhem.” Deham Arion, ia menatap datar kedua pasangan itu dari sofa rumah sakit.
Keduanya melepaskan pelukannya, Aleena menatap kesal Arion.
“Kenapa kak?” Tanyanya mengejek.
“Lo ngapain ke sini?” Tanya Arion.
El mendudukkan dirinya di kursi samping bed hospital, yang sebelumnya ia mendudukkan dirinya di bed hospital, ia menoleh pada Arion dengan wajah datarnya.
“Jenguk pacar gue.” Jawabnya sengaja untuk memanas-manasi Arion, sedangkan Arion mendengus mendengarnya.
“Ikut kita.” Ucap Aksa.
Ia kemudian melangkah mendekati ranjang Aleena dan mengelus surai rambut Aleena. Ia tersenyum tipis kemudian melangkah keluar dari kamar Aleena diikuti oleh Arion dan El.
Sebelum keluar El menyempatkan untuk menatap Aleena lembut sambil berkata. “Gue keluar dulu.” Aleena mengangguk pelan dan tersenyum manis.
Ketiga laki-laki itu duduk di kursi besi yang berada di depan kamar Aleena.
“Ada apa?” Tanya El sambil menaikkan sebelah alisnya.
“Apa yang terjadi sama Aleena, gue nggak mau ini terulang lagi. Gue yakin semua ini pasti ada hubungannya sama masa lalu lo.” Ucap Aksa.
“Gue minta maaf atas apa yang terjadi sama Aleena.” Ucap El yang sebenarnya tulus, namun ia berucap dengan wajah datar.
“Gue udah dapet informasi tentang lo, keluarga gue belum tahu tentang masa lalu lo, tapi kita berdua udah tahu. Jadi, kita mau lo jauhin Aleena.” Ucap Aksa lagi.
El terkekeh pelan, ia tidak suka jika ada orang lain yang mengaturnya.
“Nggak bisa,” Tolak El dengan tegas.
“Lo-” Arion yang geram mendengar jawaban El hampir saja memukul wajah El, jika ia tidak mengingat Aleena.
“Lo udah bikin Aleena celaka dan lo menolak buat jauhin dia?”
“Gue bakal singkirin siapapun yang menjadi pengaruh buruk buat adik gue.” Ucap Arion.
“Gue juga bakal jaga Aleena.” Ucap El.
Ia menepuk bahu Arion dan membalikkan tubuhnya seraya berkata.
“Sudah saatnya ia punya kehidupan sendiri dan nggak bergantung pada kalian. Gue sayang sama dia dan gue nggak mungkin ngebiarin dia celaka.” Aksa menghela nafas berat.
Kamis, 09 Juni 2022
TERIMA KASIH TELAH MEMBACA CERITA INI.
SEMOGA KALIAN SEHAT SELALU.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEENA
Teen FictionAleena elmira Elbaz, gadis berusia 17 tahun harus mengidap agoraphobia. Akibatnya ia harus melakukan homeschooling. ia memiliki kedua kakak yang tampan bernama Aksa Zhafran Elbaz dan Arion Afriza Elbaz. Kedua kakaknya sangat menyayangi dirinya namu...