20. MEMBUAT AJENG HAPPY

30 4 0
                                    

HAI, SELAMAT PAGI!

JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT!

HAPPY READING!

BYUR!

“Ajeng, sini berenang bareng!” ajak Cahaya sambil melambaikan tangan pada Ajeng yang duduk di kursi dekat kolam renang sambil membaca majalah.

Ajeng menurunkan majalahnya dan menatap Cahaya. “nggak!” jawab Ajeng dengan tegas.

Sedangkan Aleena yang berada di belakang Ajeng bersama dengan Ghadia yang membawa minuman dan makanan mengernyitkan dahinya karena merasa Ajeng adalah orang yang benar-benar seperti kedua kakaknya, sulit di ajak interaksi.

“Ghadia, kok Ajeng sering menyendiri, maksudnya dia kenapa jarang bicara atau melakukan sesuatu seperti anak lainnya.” ucap Aleena.

Ghadia melihat Ajeng sekilas lalu menatap Aleena, “karena ia jauh dari ibunya.” ucap Ghadia dengan sedih.

“maksudnya?” tanya Aleena.

“jadi, Ajeng dulunya anak yang aktif dan ceria seperti kita. Tapi, ketika ia tahu kabar meninggalnya nyokap dia, dia menjadi anak yang dingin.” ucap Ghadia sembari menoleh pada Ajeng yang menjadi kutu buku dan pendiam, namun ia tidak bisa dibilang cupu, karena Ajeng menguasai bela diri.

“Ghadia tahu darimana?”

“bokapnya pernah cerita. Dulu gue juga sulit berteman sama Ajeng, tapi setelah gue kenal bokapnya dan dia. Gue paham kenapa dia jadi seperti itu.”

“kasihan Ajeng, pasti dia sangat terpukul dengan kabar itu.” ucap Aleena dengan mata yang berkaca-kaca.

“lo nggak perlu kasihan, Ajeng nggak suka orang yang lemah dan orang yang mengasihinya,” Ghadia menjeda kalimatnya sebentar.

“walaupun menurut gue dia yang sebenernya lemah.” ucap Ghadia dengan menggertakan giginya, ia kesal jika mengingat tentang ucapan Ajeng.

“lo enggak perlu kasihan sama gue, gue juga enggak suka orang lemah.” Ghadia yang mendengar ucapan Ajeng pun menatap Ajeng dengan tatapan yang sulit diartikan.

“lo tahu, sebenernya lo yang lemah.” ucap Ghadia sambil mengusap air matanya yang sedikit jatuh.

“Ghadia, kita harus membuat Ajeng happy lagi.” ucap Aleena.

“caranya?”

Aleena memegang dagunya tampak berpikir. “kita ... ”

Aleena membisikkan sesuatu kepada Ghadia. Ghadia melotot ketika mendengar rencana Aleena, ini sungguh ide gila. Bagaimana Aleena akan melakukan itu.

“enggak, Al.“ ucap Ghadia dengan tegas.

“gpp, kita berusah aja.”

“tapi ini menyangkut nyawa, Al.” ucap Ghadia.

Aleena tampak acuh tak acuh dengan ucapan Ghadia, ia lalu berjalan dengan mundur membelakangi kolam renang sambil memegang handphonenya. Ia sedang mengambil video dengan aktifitas mereka.

“hallo semuanya, ini vlog pertama aku dan aku akan memperlihatkan aktifitas aku dengan teman-teman di hari minggu.” ucap Aleena.

BYUR!

mata Cahaya terbelalak melihat Aleena terpleset dan terjatuh ke dalam kolam renang.

Cahaya yang berada jauh dari Aleena berusaha menyelamatkan Aleena yang hampir tenggelam.

Tidak ada pilihan lain, Cahaya harus meminta tolong kepada Ajeng, karena posisinya Ajeng dan Aleena dekat. kolam renang ini sangat luas dan Cahaya ingin berlatih menjadi Atlet renang dengan kolam renang yang benar-benar luas menurut Cahaya.

“AJENG! SELAMATIN ALEENA!” teriak Cahaya dengan suara sekeras mungkin agar Ajeng dapat mendengarnya.

Ajeng yang melihat Aleena hampir tenggelam dan mendengar teriakan Cahaya pun beranjak dari duduknya dan menyebur kolam.

Ghadia tidak ada di dekat kolam renang, ia tengah bersembunyi di dalam rumah agar tidak ada yang curiga, Itu rencana Aleena.

Setelah melihat Ajeng menyebur ke dalam kolam renang, Ghadia berlari dan berpura-pura Khawatir.

“aku baik-baik aja, Ajeng.” ucap Aleena ketika ingin dibawa Ajeng ke pinggir kolam renang.

Awalnya Ajeng tidak mengerti, namun ia kemudian mengerti dengan ucapan Aleena. Ajeng kemudian kesal dan ingin kembali ke kursi dekat pantai, namun tertahan karena pelukan tiba-tiba dari Aleena.

“Hangat.” Satu kata yang hanya bisa Ajeng rasakan sekarang.

Ghadia awalnya berada di atas pun ikut turun dan masuk ke kolam renang mereka berempat lalu berpelukan.

Aleena lalu melepaskan pelukannya. “Ajeng, kita sayang sama Ajeng. Kamu harus menikmati setiap waktu bersama kami.” ucap Aleena tulus.

“Ajeng, maksud Aleena lo harus bisa bangkit dari keterpurukan. Sekarang waktunya kita bahagia bukan sedih.” ucap Ghadia ketika melihat kerutan di dahi Ajeng.

“nggak, gue harus keatas.” ucap Ajeng kekeuh.

“ck! Lo bisa nggak sih, nurut gitu sama ucapan kita, mau sampai kapan lo kayak gini.” ucap Cahaya kesal tiba-tiba setelah mengerti ucapan Aleena dan Ghadia.

“gue udah menikmati.” ucap Ajeng lirih yang tidak terdengar oleh mereka.

Ajeng lalu berbalik dan memeluk mereka lagi. Ia merasa lebih baik sekarang.

“kita bersenang-senang girls?” tanya Ghadia dengan heboh.

“YES!” ucap mereka serempak lalu mulai berlomba-lomba berenang.

                           __________

“ACHI!” terdengar suara bersin dari salah satu gadis dari empat serangkai.

“ACHI!”

“Al, ini minum teh angetnya. Harusnya kalau lo udah enggak tahan bisa naik 'kan, kanapa harus lanjut sih.” ucap Ajeng untuk pertama kalinya kembali membuka ucapannya yang panjang.

Ghadia dan Cahaya dibuat cengo dengan ucapan Ajeng yang tidak biasanya, namun mereka akhirnya tersenyum lebar.

“makasih Ajeng.” ucap Aleena sembari menerima cangkir yang berisi teh hangat buatan Ajeng.

“buat kita mana, Jeng?” tanya Ghadia dengan jahil.

Ajeng menatap kedua temannya dengan wajah datar, “buat aja sendiri.” ucap Ajeng tidak peduli.

“cih, pelit.” cibir Cahaya sambil berdecih.

“kita jadi Berberque an?” tanya Ghadia.

Ajeng menoleh ke Aleena lalu kembali menatap Ghadia. “lain kali aja, Aleena masih sakit.” jawab Ajeng.

“eh, gpp. Aku cuma bersin-bersin aja kok, ini enggak parah.” ucap Aleena sambil menghirup inhaler.

“serius, Al?” tanya Ghadia dan di angguki mantap oleh Aleena.

“Al, itu ada dua mobil datang. Siapa mereka?” tanya Cahaya ketika ia tengah melihat taman dari jendela.

Aleena lalu beranjak dari duduknya dan melihat ke jendela. “itu papa, mama, sama kak Aksa.” ucap Aleena.

“kakak lo baru pulang?” tanya Ghadia dan di angguki oleh Aleena.

“aku mau sambut mereka dulu, ya.” pamit Aleena, tapi di cegah oleh Ghadia.

“kenapa?” tanya Aleena bingung.

Ghadia menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. “kita ikut, sambil kenalan juga sama mereka.” ucap Ghadia.

Senin, 25 April 2022

TERIMA KASIH BUAT YANG UDAH BACA!

ALEENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang