27. PHOBIANYA KAMBUH

60 4 0
                                    

HAI, SELAMAT MALAM!

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!

HAPPY READING!

  __________________________________

“Tuhan, aku ingin bertemu dengannya.”

Elfahreza Nugroho

  __________________________________

“Al, astaga kita kangen banget sama lo.” ucap Cahaya sambil memeluk Aleena yang berdiri di samping mejanya.

“Ya, kasihan Aleena, nggak bisa nafas.” ucap Ghadia berusaha melepaskan pelukan Cahaya pada Aleena.

“hehe, sorry ya, Al. Kita kangen banget, udah seminggu lo nggak sekolah, kita mau jenguk lo juga belum diizinin sama kakak lo.” ucap Cahaya panjang lebar setelah mendudukkan dirinya di kursi depan Aleena.

Aleena tersenyum, ia juga sangat merindukan teman-temannya.

“aku juga.” ucap Aleena tanpa menghilangkan senyuman manisnya.

“lo beneran nggak apa-apa?” tanya Ajeng dengan wajah datar yang sekarang duduk di bangku belakang Ghadia.

Aleena mengangguk. “makasih ya kalian udah baik banget sama aku, dan perhatian sama aku.” ucap Aleena tulus sambil menghadap kesamping kanan.

Mereka berempat pun saling berpelukan, sedangkan diluar ada seseorang yang memperhatikan mereka.

Tatapan orang tersebut bercampur aduk, ingin ia menemui Aleena tapi apa yang sudah ia buat terasa sangat keterlaluan.

'pengecut lo.'

                             __________

“kak El!” El yang tengah menghisap rokoknya menoleh kepada seseorang yang telah memanggilnya.

Ia kemudian membuang rokoknya di bawah dan menginjaknya ketika mengetahui siapa yang telah memanggilnya.

“ngapain kesini?” tanya El menatap lawan bicaranya dengan datar.

“hehe, aku bawa bekal buat kakak.” ucap Aleena sambil menyodorkan satu kotak bekal berwarna biru.

El melirik kotak tersebut dan memilih untuk tidak mengambilnya.

“nggak usah sok peduli.” ucap El datar sambil berjalan ke pinggir rooftop.

Aleena menurunkan kotak bekalnya di kursi yang mengikuti El ke pinggir rooftop.

“kakak kenapa suka ke sini?” tanya Aleena.

“bukan urusan lo.” El menatap ke depan sambil bersedekap dada tanpa menoleh pada Aleena.

“kak, makasih waktu itu udah bantu aku.” El tidak menjawab ia memilih tidak menghiraukan Aleena.

“pergi.” ucap El datar dan dingin tanpa menoleh pada Aleena.

“aku mau temenin kakak,” ucap Aleena sambil tersenyum.

“kenapa?” El menoleh pada Aleena dan menatap manik mata berwarna coklat muda itu.

Ketika Aleena ditatap oleh El, jantung Aleena terasa berdegup kencang. Lalu ia mencoba menyembunyikan kegelisahannya dengan tersenyum manis.

“mau jadi temen kakak, kata Ghadia, kakak nggak punya temen di sekolah, jadi aku mau kok jadi temen kakak.”

“nggak usah sok peduli.” ucap El ketus lalu meninggalkan Aleena sendiri di rooftop.

“kak, tunggu!” ucap Aleena lalu mengejar El dan tidak lupa ia mengambil kotak bekal yang ia bawa untuk El.

ALEENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang