24. DATANG BULAN

43 5 0
                                    

HAI, SELAMAT SORE!

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!

HAPPY READING!

“sorry ya kemarin gue nggak bisa jenguk lo.” ucap seorang laki-laki mengenakan kemeja hitam dengan celana jeans panjang berwarna hitam.

“enggak apa-apa kak Arkan.” Arkan tersenyum tipis dengan jawaban Aleena.

“kakak enggak sekolah?”

“e... Itu tadi gue ada urusan keluarga, jadi hari ini izin sekolah.” ucap Arkan berbohong.

Aleena manggut-manggut sebagai jawaban.

“jadi yang gue denger lo dibully sama Clarinta?” Aleena mengangguk.

Tanpa Arkan sadari ternyata tangannya mengepal kuat, seakan ingin mengumpulkan kekuatan untuk memukul seseorang.

“di gudang?” Aleena lagi-lagi mengangguk.

“kenapa waktu itu enggak minta tolong sama orang-orang yang ada di sekitar?”

“waktu itu sepi, semuanya berada di kantin dan perpustakaan” ucapnya sambil tersenyum.

Bisa-bisanya ia tidak menyadari sesuatu hal yang menimpanya ini sangat berat. Pikir Arkan.

Arkan tampak menghela nafas kasar, ia lalu mengelus lembut surai rambut Aleena.

“kakak kayak kak Aksa dan kak Arion.”

Eh, apa dia bilang, seperti kedua kakaknya.

Arkan mengerutkan dahinya, “maksudnya?”

“suka ngelus rambut aku.” Arkan yang tersadar tangannya berada di kepala Aleena pun mengangkatnya menjauh dari rambut halus dan wangi itu.

“gue balik dulu ya, gue nggak bisa lama-lama, sorry.” ucap Arkan berusaha menjadi Arkan yang ditakuti di sekolah.

Aleena mengangguk, kemudian Arkan berlalu meninggalkan Aleena dan beberapa bodyguard yang ada di luar kamar VVIP Aleena.

Arkan sempat berdiri sebentar di depan pintu dan menatap pintu kamar Aleena sebelum akhirnya pergi.

                            __________

“lo suka sama Aleena?” satu pertanyaan yang keluar dari mulut seorang laki-laki berhoodie hitam.

Laki-laki yang telah di ajukan pertanyaan hanya menghela nafas panjang. “gue nggak tahu.”  laki-laki itu menatap atap apartment.

Ia beberapa hari ini bingung dengan kedekatannya bersama Aleena, entah apa yang ia sedang pikirkan. Ia kadang merasa senang jika didekat Aleena, kadang juga ia khawatir karena ada perasaan yang mengganjal.

“lo nggak lupa sama niat awal lo 'kan?”

“nggak!” Arkan, laki-laki itu menjawab dengan tegas.

“so, kenapa mata lo nunjukin sesuatu yang berbeda dan itu jarang dalam diri seorang Arkan.”

“lo salah lihat mungkin.“ Arkan menegakkan duduknya yang tadinya bersender di bahu sofa kini menatap temannya.

“gue nggak mungkin jatuh cinta, bego. Bagi gue perempuan itu cuma mainan.” ujung bibir Arkan terangkat setelah mengucapkan kalimatnya.

“gue selalu percaya sama lo, tapi sekarang-”

“sekarang apa?” tanya Arkan dengan wajah datar.

“eh-e-enggak jadi, bos.” ucap laki-laki berhoodie sambil meraih rokok dan menyalakannya.

ALEENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang