Matahari telah terbit, sinarnya pun begitu cerah, seorang gadis cantik dengan rambut tergerai bergelombang berjalan melewati koridor yang masih sepi. Ia adalah Aleena, ia sengaja berangkat pagi sekali karena ia tidak mau tiba-tiba phobianya kambuh kembali.
Pagi ini ia tidak di antar oleh Aksa, ia meminta kepada sopir untuk mengantarnya, karena ia masih kesal kepada kakaknya yang melarangnya untuk berteman dengan laki-laki.
Aleena yang polos pun tidak menyetujui perintah kedua kakaknya, karena ia ingin belajar untuk menghadapi lingkungan sekitar. Ia masih ingat tentang ucapan Hasan, papanya agar Aleena bisa belajar mandiri tanpa menyusahkan kakak-kakaknya lagi.
Aleena yang dahulu berpikir bahwa dunia luar itu jahat, sekarang sudah mulai membaik dengan teman-teman barunya yang ternyata tidak seburuk pikiran Aleena, makanya ia tidak menghiraukan ucapan kakak-kakaknya.
Aleena terduduk di kursinya dengan seorang diri, ia melirik jam tangan berwarna hitam pemberian dari mamanya, jarum jam menunjukkan masih pukul 06.20, sepertinya ia terlalu pagi, namun ia tidak terlalu mempermasalahkannya.
Aleena memegang dagunya tampak berpikir, ia lalu menjentikkan jarinya dan keluar dari kelas.
Aleena memasuki lift dan menekan no 5. Sesampainya di lantai 5, Aleena kemudian menuju rooftop.
Angin berhembus dengan sejuk, walau di temani dengan sinar matahari yang sudah meninggi dengan suhu yang panas. Ada beberapa kursi besi yang berada di rooftop.
Aleena berjalan menuju pinggiran rooftop, ia memandangi pemandangan yang begitu indah, terlihat juga sekolahnya sudah mulai ramai oleh para siswa dan siswi.
“indah.” satu kata yang di ucapkan oleh Aleena.
Aleena berbalik dan duduk di kursi besi yang berada di rooftop. Ia terkejut ketika ada seorang laki-laki tampan dan bertubuh tinggi terduduk di kursi besi yang tidak terlihat olehnya tadi. Terlihat juga baju seragam laki-laki itu di keluarkan.
“kamu siapa? Sejak kapan kamu disini?” tanya Aleena berani menatap laki-laki didepannya.
Laki-laki itu tidak menjawab ia memilih untuk merebahkan diri di kursi besi yang ia duduki tadi.
Aleena menghampiri laki-laki yang merebahkan diri itu.
“kakak yang waktu itu nggak sengaja aku tabrak 'kan?” tanya Aleena memastikan ketika ia tadi mengamati laki-laki di depannya.
Laki-laki itu pun membuka matanya ketika Aleena mengatakan kejadian berberapa hari yang lalu.
Laki-laki itu memandangi Aleena, sekarang ia sadar ternyata Aleena adalah perempuan yang waktu itu menabraknya.
“hm.” gumam laki-laki itu.
“kakak kenapa ada disini?” tanya Aleena.
Laki-laki itu tidak menjawab, ia kembali memejamkan matanya dan di tutupi dengan lengannya.
“kakak ternyata mirip kak Aksa dan Kak Arion.” ucap Aleena dengan menyamakan sifat mereka yang sama-sama dingin.
Ketika Aleena menyebut nama Arion, laki-laki itu menyingkirkan lengannya dan membuka matanya, ia kemudian mendudukkan dirinya.
“lo siapanya Arion?” tanya laki-laki itu dengan wajah datar dan dinginnya.
“adiknya.” ucap Aleena dengan senyum manisnya.
“kakak kenal kak Arion?” tanya Aleena.
“hhh, siapa yang nggak kenal dia.” ucap laki-laki itu dengan wajah datar.
“nama kakak siapa?” tanya Aleena tidak menyerah walau laki-laki didepannya cuek.
“kenapa?” tanya laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEENA
Teen FictionAleena elmira Elbaz, gadis berusia 17 tahun harus mengidap agoraphobia. Akibatnya ia harus melakukan homeschooling. ia memiliki kedua kakak yang tampan bernama Aksa Zhafran Elbaz dan Arion Afriza Elbaz. Kedua kakaknya sangat menyayangi dirinya namu...