SELAMAT PAGI! HAPPY READING!
"LEPAS! ANJING!" teriak seorang laki-laki ketika ia di ikat dengan rantai pada tangan dan kakinya.
Laki-laki itu terduduk di kursi besi dalam keadaan luka-luka di bagian wajah dan tubuhnya.
"sstttt! Nikmati hukuman mu dan jangan berisik!" ucap seorang wanita muda dengan mendekatkan wajahnya pada wajah laki-laki di hadapannya dengan jari telunjuknya berada di bibir laki-laki itu.
"ANJING! SIALAN! DASAR JALANG!" umpat laki-laki itu tidak menyerah.
Seringaian muncul dibibir wanita muda itu, ia lalu mengeluarkan sebuah pisau yang telah diberikan seseorang padanya, agar sewaktu-waktu jika dia butuh bisa digunakan.
SRET!
"akh!"
lengan laki-laki itu mengeluarkan darah deras karena wanita di depannya telah menggores lengan laki-laki itu, untungnya ia tidak menggores dengan dalam.
"ini bukan hukuman, sayang." ucapnya kemudian berlalu, setelah memerintah beberapa penjaga di ruangan gelap itu untuk menjaga laki-laki itu.
"EMILIA, SIALAN!" teriaknya.
Ya, wanita yang berubah menjadi ganas itu adalah Emilia. Wanita yang memiliki dendam karena batalnya pernikahan dan menyebabkan rasa malu yang tidak bisa hilang.
___________
"Hai!" sapa Emilia pada remaja laki-laki dengan senyuman misterius.
Sedangkan remaja laki-laki dihadapannya hanya menatap datar Emilia.
"kenapa wajahmu seperti itu sayang." ucap Emilia dengan wajah mengejek.
"dasar wanita gila!" umpat remaja laki-laki yang berada samping tembok kaca.
"kenapa marah? Kita harus bicara Pelan-pelan bukan."
Sudah habis kesabaran remaja laki-laki ini, ia lalu duduk dengan tegak dan menatap manik mata Emilia dengan tajam dan penuh dendam.
"to the point!" pinta El dengan penuh penekanan.
"ok." jawab Emilia berusaha santai ketika ia ditatap tajam oleh El.
"Mike-" Emilia menggantung ucapannya untuk melihat wajah datar El menjadi penuh amarah.
"dimana dia?" tanya El dengan wajah datar.
"tersiksa." jawab Emilia sambil mengaduk-aduk minuman milik El dan meminumnya, ia tidak jijik walau minuman itu bekas El.
Emilia tersenyum menyeringai kemudian ia mengundang salah satu pelayan dan memesan makanan dan minuman. El tampak mengernyitkan dahinya, melihat tingkah Emilia yang menyebalkan dan membuang-buang waktu jika saja bukan karena Emilia mengatakan tentang sahabatnya.
Ya, ketika El sedang berlatih boxing. Wanita didepannya ini menghubunginya dengan alasan Mike.
"lo udah buang-buang waktu gue." ucap El dengan wajah datar dan dinginnya.
"setelah makan selesai, aku akan memberitahumu." ucap Emilia dengan licik.
'jalang sialan!' umpat El dalam hati.
"sekarang dia baik-baik saja, tapi aku tidak tahu nanti." ucap Emilia setelah menghabiskan makanan dan minuman.
"maksud lo?"
"ck! El, dia hanya terluka sedikit. Don't worry,"
"kalau berani lo sakitin dia gue enggak akan pernah biaran lo hidup.
"hhh, tenang El. Harusnya aku yang marah, bukan kamu. Pernikahan batal dan dipermalukan di depan media bahkan umum, sangatlah menyebalkan."
"kamu tidak perlu melakukan apa-apa El. Yang sekarang aku inginkan hanyalah kehancuran keluarga kalian." ucap Emilia dengan smirk.
"LO-" ucapan El terpotong ketika ada seorang pria paruh baya dengan gaya tegap dan menyeramkan, El bukan takut pada pria paruh baya itu, ia hanya terkejut siapa pria yang menyentuh bahu Emilia.
"apa sudah selesai sayang?" tanya Haidar dengan wajah datar dan dingin.
"sudah," jawab Emilia.
"El, jangan bertindak gegabah jika ingin temanmu itu selamat." ucap Emilia kemudian berlalu bersama dengan pria berpakaian serba hitam.
'siapa dia?' batin El.
__________
"hiks... Hiks... Ngeselin banget, kenapa dia jahat banget sih sama anaknya." tangis Cahaya yang terduduk ketika menonton series di laptop Aleena.
"malu-maluin." cibir Ajeng sambil memutar bola matanya malas.
Bagaimana Ajeng tidak sebal, sejak tadi yang paling berisik dan tangisnya pecah hanya Cahaya, ia bahkan sudah banyak menghabiskan tisu dan dibuang di sembarang tempat.
Menurut Ajeng, Cahaya memang tidak tahu malu atau tidak punya akhlak, sekarang mereka berada di rumah Aleena, tapi Cahaya merusak kamar Aleena dengan tisu yang berserakan.
Sebenarnya Aleena juga sedikit menangis karena menonton series kisah seorang anak yang di perlakuan tidak adil oleh keluarganya, namun tidak separah Cahaya yang menghabiskan tisu.
"jangan lupa bersihin tisu bekas lo." ucap Ghadia dengan tubuh telungkup.
"iya-iya." ucap Cahaya.
"seriesnya udah selesai nih. Sekarang!" ucap Ghadia lalu membenarkan posisinya menjadi duduk dengan memeluk bantal.
"hah?" tanya Cahaya cengo.
"nyebelin banget sih lo, bersihin sekarang!" ucap Ghadia dengan kesal dan mata melotot.
Cahaya lalu turun dari ranjang dan mulai memunguti satu persatu tisu bekas miliknya.
Aleena yang melihat Cahaya memunguti tisu pun ikut turun dari ranjang.
"lo mau ngapain, Al?" tanya Cahaya dan kedua teman Aleena juga mengernyitkan dahinya.
"mau bantuin kamu," ucap Aleena dan memunguti tisu Cahaya.
"nggak usah, Al. Emang lo enggak jijik ya megang tisu bekas Cahaya." ucap Ghadia.
"ngeselin lo." ucap Cahaya dengan wajah kesal.
Dengan wajah jahil, Ghadia turun dari ranjang dan berdiri dengan tegak.
"Cahaya! Yang itu belum, cepat bersihkan!" perintah Ghadia seperti majikan dengan menunjuk-nunjuk tisu-tisu yang berserakan.
"apa lo bilang!" dengan kesal Cahaya berdiri dengan bersedekap dada sambil memincingkan mata.
"dasar babu nggak tahu diri, bersihkan semua itu dulu. Saya akan pecat kamu, jika tidak menurut." ucap Ghadia tak peduli dengan ucapan geram Cahaya.
Aleena yang melihat tingkah teman-temannya terkikik geli, mereka sangat lucu menurut Aleena.
Dengan kesal Cahaya ingin memukul Ghadia, namun Ghadia berlari untuk menghindari Cahaya.
Dan terjadilah kejar-kejaran diantara mereka.
Aleena tersenyum hangat melihat pemandangan yang indah, ia benar-benar bersyukur karena Tuhan masih memberikan ia kesempatan untuk bisa menjalankan kehidupan dengan normal seperti ini. Walaupun ia masih memiliki phobia yang mengganggunya, namun ia harus tetap berusaha untuk sembuh dari phobianya.
MINGGU, 24 APRIL 2022.
HAI! TERIMA KASIH KARENA SUDAH MEMBACA CERITA ANEH INI.
MAAF, KALAU CERITANYA TIDAK SEBAGUS MILIK YANG LAIN.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALEENA
Fiksi RemajaAleena elmira Elbaz, gadis berusia 17 tahun harus mengidap agoraphobia. Akibatnya ia harus melakukan homeschooling. ia memiliki kedua kakak yang tampan bernama Aksa Zhafran Elbaz dan Arion Afriza Elbaz. Kedua kakaknya sangat menyayangi dirinya namu...