40. EMPAT PULUH

27 2 0
                                    

HAI, SELAMAT MALAM!

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DENGAN VOTE DAN COMENT!

TERIMA KASIH!

HAPPY READING!
_____________________________________

“Berjalannya waktu menjadikan aku sulit untuk melupakanmu, terlebih lagi saat aku melihat senyumanmu.”

-A
_____________________________________

Sinar mentari muncul dengan sempurna, sengatan matahari di siang hari menyebabkan beberapa pengendara mengeluh, terlebih di saat macetnya jalanan ibu kota ini. Terdengar kebisingan klakson motor dan mobil yang saling bersahutan.

Tidak terkecuali laki-laki yang saat ini duduk di kursi kemudi dan gadis yang  duduk di sampingnya dengan dress krem selutut. Mereka adalah El dan Aleena, sejak tadi mereka terjebak macet yang entah di depan terjadi apa.

Di hari sabtu ini niat El membawa Aleena bersamanya adalah untuk membawanya ke sebuah tempat, namun harus terhalangi oleh kemacetan yang terjadi selama 15 menit ini.

“Kak, minum dulu.” Aleena menyodorkan sebotol air mineral ke arah kanannya.

“Thanks.”

El kemudian menoleh dan meraihnya, ia lalu meminum sebotol air mineral hingga tandas tak tersisa. Mungkin dengan ini ia bisa menahan amarah yang sejak tadi di tahan.

Tit!

Tit!

Sudah cukup kesabarannya ini, ia kesal mendengar kebisingan dari klakson motor dan mobil yang amat mengganggu pikirannya. Ia menoleh ke arah kiri yang kebetulan ada pengendara motor.

“Pak, di depan ada apa ya?” Tanya El sambil menutupi kekesalannya tadi.

Pria yang tampak berkepala empat itu menoleh dan tersenyum. “Katanya ada kecelakaan mobil, Mas.” Jawab pria itu.

El manggut-manggut dan tidak lupa ia mengucapkan terima kasih.

“Sabar kak.” Ucap Aleena.

Mungkin cara ini tidak merubah raut wajah El yang saat ini kesal, tapi setidaknya ia berusaha untuk tenang dalam menghadapi masalah.

Akhirnya setelah 25 menit mereka menunggu, jalanan ibu kota kembali lancar.

“Kak, aku boleh minta sesuatu?”

El yang tengah tetap fokus mengemudi pun seraya berkata, “Apa?”

“Aku mau jajanan yang dibeli kayak Cahaya.” El menghentikan mobilnya ke pinggir jalan, ia mengerutkan dahinya tidak mengerti maksud Aleena.

“Maksud lo?”

“Itu jajanan yang dibeli anak-anak sekolah. Katanya rasanya enak banget. ” Lagi-lagi El mengerutkan keningnya masih tidak mengerti.

Aleena yang melihat kerutan itu berdecak kesal. “Kata Cahaya, yang sering di beli di pinggir jalan atau depan sekolah.” El sontak mendatarkan wajahnya.

Sepertinya benar, Aleena memang sudah teracuni oleh ucapan Cahaya, pikir El.

“Nggak usah, makanan di pinggir jalan nggak sehat.” Ucap El sambil mengemudikan mobil hitamnya kembali.

“Boleh ya kak? Please...” Aleena mengeluarkan puppy eyesnya, mungkin dengan ini laki-laki yang memiliki tinggi 180 cm ini bisa menurutinya.

“Kita ke restoran atau cafe aja kalau mau, kalau nggak mau nggak usah.”

ALEENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang