04 | FAMILY

9.9K 881 37
                                    

Citra sedang berkutat dengan ponselnya, di sebelahnya ada Gretha yang juga berkutat pada iPad, jarinya dengan lincah menggulir layar, mengecek semua jadwal kerjaan Citra. Mereka telah selesai melakukan kunjungan untuk memantau jalannya pembangunan hotel yang berada di Bandung. Juga mereka sempat tadi diundang makan siang di rumah jabatan Gubernur Jawa Barat, diiringi dengan basa basi tentang pembangunan hotel tersebut yang berada di pusat kota.

Gretha menatap Citra yang bersandar malas, tidak lagi mengamati ponsel, melainkan keluar jendela, melihat kendaraan lain juga setiap bangunan yang dilalui.

"Bu Kenisha mau langsung balik ke Bali?" tanya Gretha meski tujuan mereka ke sini memang hanya semata-mata untuk memantau pembangunan hotel, tapi Gretha tetap bertanya, siapa tau saja Citra berubah pikiran. Sekarang mereka berada di Bandung. Mungkin Citra mau ke Lembang untuk makan jagung bakar?

"Ah atau ..." Gretha melirik supir yang senantiasa mengantar mereka semenjak berada di Bandung, lalu mencodongkan tubuhnya ke arah Citra, telapak tangan kanannya menutupi area bibirnya saat berujar, "Bu Kenisha mau langsung balik ke Bali, terus lanjut ke night club dan ketemu pria yang menarik..."

Gretha tidak menyelesaikan ucapannya karena Citra menjitak keningnya, ia segera beringsut menjauh dari Citra seraya mengusap keningnya.

"Gue bukan maniak!" ujar Citra berdecak malas. Meski itu sempat terpikirkan sesaat sebelum Gretha membuka suara. Jika ia suntuk dan tidak tau melakukan apapun, maka ia akan ke tempat hiburan malam, bertemu pria random, terlibat percakapan seru hingga berakhir telanjang di sebuah kamar hotel.

Dan pada akhirnya Citra memutuskan ke Jakarta. Menghabiskan waktu pekan di sana.

Tiba di rumah orang tuanya.

Untuk informasi saja, orang tuanya tidak lagi tinggal di rumah yang dulu, di mana di perumahan sana kebanyakan keluarganya. Sejak kejadian beberapa tahun yang lalu, orang tua Citra pindah ke perumahan Janitra yang baru di daerah Jakarta Selatan.

Rumah dalam keadaan sepi, tidak ada orang tuanya, hanya ada ART yang menyambut kedatangannya.

"Tuan dan Nyonya sedang berada di rumah Mas Erik, Mbak."

"Ngapain di sana?" tanya Citra. Ia memang tidak memberitahu kedatangannya ke sini, dan walaupun mereka tau, sudah pasti langsung menyuruhnya ke rumah Erik.

"Kangen sama cucu," jawab ART tersebut.

Citra cemberut. Sejak Erik punya anak, posisinya yang menjadi bungsu kesayangan tergantikan.

Jarak rumah Erik dengan rumah orang tuanya sangatlah dekat, tapi Citra malas ke sana. Lebih tepatnya malas bertemu dengan istrinya Erik.

Gretha telah bersitirahat di kamar tamu, jadi Citra memutuskan untuk istirahat juga. Di tengah tidurnya, ia merasa terganggu saat merasakan geli di lubang kupingnya, seketika ia terbangun dan menemukan wajah polos dan menyengir tak berdosa keponakannya.

Bukannya marah pada Sarkara, ia marah pada Erik yang tertawa. Sudah pasti ulah Sarkara disuruh Erik. Ia pun bangun dan melempar bantal ke arah Erik yang tentunya langsung menghindar.

"Mas Erik gak inget umur?!" ujar Citra sengit. Ia merapikan rambutnya, lalu menoleh pada bocah lima tahun yang tertawa, ekspresinya berubah gemas, ia pun mencubit pipi Sarkara lalu menggelitiknya membuat Sarkara minta tolong pada Ayahnya.

"Dek, udah, nanti Sarka nangis," tegur Erik.

Citra tertawa dan memeluk dengan gemas Sarkara, memberikan ciuman bertubi-tubi di wajah Sarkara. "Mommy, Mommy."

"Iya Sayang?" Citra menunduk untuk menatap Sarkara yang mendongak menatapnya.

"Oleh-oleh Sarka mana?"

I HATE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang