34 | RESEPSI PERNIKAHAN II

5.7K 739 49
                                    

Resepsi pernikahan di luar ruangan dengan berlatar di tepi pantai menjadi pilihan mempelai pengantin setelah seminggu yang lalu melakukan akad nikah di Jakarta. Baik kedua mempelai dan juga tamu undangan yang turut hadir di acara tersebut menebar senyum kebahagiaan.

Konsep pernikahan tersebut cukup mewah, tapi tidak dengan gaun yang dikenakan oleh mempelai pengantin wanita. Jika biasanya si pengantin wanita mengenakan gaun yang super wah, beda dengan pengantin wanita tersebut yang mengenakan gaun pengantin sederhana, tapi kesan elegan tetap ada.

Gaun pengantin yang full menggunakan bahan lace, didesain dengan potongan sederhana dan v-neck dengan kancing depan. Model pas dibadan serta ekor gaun yang cukup panjang. Juga riasan wajahnya yang sangat sederhana. Make up no make up look menjadi pilihan si mempelai pengantin wanita, jadi terlihat seperti tidak memakai riasan di wajahnya.

Tidak lupa dengan penampilan si mempelai pengantin pria. Mengenakan black tuxedo yang penampilannya memukau, sangat pantas bersanding dengan si mempelai pengantin wanita.

"Kita lagi ngehadirin acara pernikahan atau ngelayat sih?" sahutan bernada sinis tersebut membuat si mempelai pengantin wanita melirik sinis.

"Biasanya lo kalau ke kondangan pake gaun hitam, Gum," balas Kalea sengit pada Megumi.

"Ya tapi baru kali ini gue ke kondangan tapi konsepnya serba hitam seperti ini!" protes Megumi. Untung saja acara resepsi tersebut berada di luar ruangan. Jadi kesan serba hitam tak terlalu horor. Karena dalam hidupnya baru kali ini ia menghadiri acara resepsi pernikahan tema black.

"Ini kan pernikahan gue! Gak usah protes lo!" balas Kalea lagi. Si mempelai pengantin wanita yang bergaun berwarna hitam itu.

"Lo berdua kalo ketemu berantem mulu, heran gue," ujar Freya seraya menggelengkan kepalanya pelan melihat tingkah dua sahabatnya itu.

Di antara lima wanita yang duduk di meja bundar tersebut, salah satunya angkat tangan membuat empat lainnya memusatkan perhatian padanya.

"Kalea kok nikahnya bukan di hutan Afrika?" tanya Aurora, ia mengingat tentang keinginan temannya itu untuk menikah di hutan Afrika.

"Ck. Zian-nya gak mau. Rese banget tuh laki!" Kalea menekuk wajahnya, diingatkan tentang impian menikahnya di hutan Afrika tak terwujud membuatnya kesal.

"Rese-rese gitu, Zian tetep laki lo," cibir Megumi.

Orang yang sedari tadi diam hanya tergelak menatap para sahabatnya.

"Napa lo? Sariawan? Tumben kalem?" ujar Megumi pada Citra.

"Gue kan emang kalem," balas Citra mengukir senyum kalem.

"Istriku!" seruan tersebut mengundang gelak tawa Megumi, Kalea semakin menekuk wajahnya.

"Kan udah berapa kali gue bilang! Jangan manggil kayak gitu!" jerit Kalea tertahan.

"Ckck, gak boleh ngerasin suara ke suami," Zian menggeleng dramatis lalu menarik tangan Kalea untuk berdiri. Tidak peduli dengan omelan istrinya itu karena sudah kebal. "Saatnya lempar bunga." Zian mendelik ke arah Citra. "Lo ikut Kak, siapa tau lo yang dapet. Sisa lo doang yang gak nikah."

"Awas lo, Yan!" ujar Citra kesal pada Zian yang tertawa dan menarik Kalea menjauh dari sana.

"Ih bener lho apa yang Zian bilang. Waktu Gumi dan Bang Rion nikah terus lempar bunga, gue yang dapet. Gak lama setelah itu gue nikah sama Ardan," jelas Aurora semangat dengan senyuman berseri.

Freya pun menarik agar Citra berdiri mengarahkan Citra ke arah kerumunan para wanita yang belum menikah, yang kini menunggu bunga yang akan dilemparkan.

I HATE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang