12 | CURIGA

6.2K 705 28
                                    

Karena posisi Citra yang tak di tengah-tengah para tamu, jadi beberapa  tak tau apa yang membuat wanita itu dibopong Ganesh. Dengan sigap, pria itu langsung menyuruh pelayan menyingkirkan benda yang membuat Citra pingsan.

Biantara mengambil alih acara. Memberitahu pada tamu undangan jika Citra harus segera istirahat lebih awal karena kelelahan.

Citra pun dibawa ke presidential suite. Mami dengan cemas berada di sisi Citra, mengamati dokter yang memeriksa Citra, ditemani Gretha yang menatap khawatir bosnya itu.

Sementara di luar kamar, tepatnya di area mini bar, terdapat Erik, Hansa dan Ganesh. Ketiga pria itu menikmati minuman yang tersedia di sana. Atau lebih tepatnya hanya Ganesh saja, karena Erik sibuk memberitahu seseorang lewat ponsel untuk menyelidiki apa yang baru saja terjadi. Mencari tau, siapa yang mengirim hadiah menyeramkan tersebut hingga membuat Citra pingsan.

"Lo bilang, semenjak Citra sukses ngembangin hotelnya, dia udah dapat teror itu, ya?" sahut Hansa setelah Erik berhenti menelepon. Baru mengetahui hal tersebut, saat Gretha tadi mengatakan jika baru kali ini Citra mendapat teror dalam jangka waktu berdekatan.

"Iya. Biasanya dikirim ke rumahnya." Erik menghela nafas pelan. Merasa khawatir pada adiknya.

"Dalam dunia bisnis, udah biasa, kan?" sahutan Ganesh membuat Erik dan Hansa menatapnya.

"Iya juga sih. Gue juga pernah dapet teror lewat pesan," ujar Hansa seraya mengangguk. Tapi, semenjak menjembloskan orang yang mengirimnya teror, tak ada lagi yang yang melakukan hal tersebut padanya. "Lo pernah, Rik?"

"Gak pernah." Erik menggeleng pelan, tapi kemudian menyahut lagi, "Eh waktu itu pernah. Sebelum gue nikah sama Gendhis, gue juga pernah dapat teror dari mantannya."

"Nah kan, jadi lo gak usah terlalu cemas," ujar Ganesh menenangkan Erik.

"Lo sendiri pernah dapat teror, Nesh?" tanya Hansa pada adiknya itu yang malah tersenyum.

"Gue sering diteror. Dikirimin hasil test pack, bahkan pakaian dalam."

Erik dan Hansa hanya menggeleng melihat Ganesh yang tertawa. Pantas saja pria itu biasa saja saat mendapat teror.

Lalu Ganesh berhenti tertawa. "Lo pernah selediki hal ini, Rik?"

"Pernah. Tapi gak nemu apa-apa. Terus Citra juga bilang, gak usah diurusin. Karena seperti yang lo bilang, ini semua udah biasa dalam dunia bisnis. Tapi, kali ini gue gak mau diam aja. Orang itu udah berani neror Citra di tengah keramaian," ujar Erik tegas.

"Ada gak orang yang lo curigain?" tanya Ganesh lagi. "Kita satu pikiran, gak?"

"Maksud lo Mas Faras?" Hansa mengecilkan suaranya.

"Ngapain sih lo masih manggail dia, 'Mas'. Dia udah bukan bagian dari Janitra lagi," ujar Ganesh malas.

"Kalau dia yang lakuin, harusnya udah ketahuan, kan?" ujar Erik. Pernah menyelidiki hal ini, tapi orang yang mengirim teror bekerja sangat rapi membuat pencariannya sia-sia saja.

Ganesh tersenyum kecil. "Lo tau Tante Arum, Rik. Walaupun Eyang udah ngeluarin Faras dari keluarga Janitra, tapi Tante Arum gak kayak Om Wirya yang buang Faras gitu aja. Apalagi setelah Eyang meninggal."

"Lo tau Faras sekarang di mana?" tanya Erik. Rahangnya mengetat. Sebenarnya sudah lama ia curiga pada pria itu. Tapi, tak pernah mendapatkan bukti, juga karena berpikir jika Faras tak memiliki kekuasaan seperti dulu, membuat kecurigaannya menyurut.

"Terakhir gue ketemu dia tahun lalu," ujar Ganesh.

"Di mana?" tanya Hansa kepo. Sejak Faras dinyatakan bukan lagi anggota Janitra, ia tak pernah bertemu lagi dengan pria itu.

I HATE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang