05 | 24 K RESTO

8.3K 874 34
                                    

Tatapan Citra terpekur pada lukisan di hadapannya. Diam menyelami lukisan yang bergambar seorang wanita yang tersenyum menatap bunga lily di tangannya yang telah layu. Dengan backgorund perpaduan warna merah dan jingga yang bergradiasi. Bagaikan matahari yang mulai terbenam di sore hari menjelang malam.

"Kenapa perempuan itu tersenyum padahal bunganya layu?" Citra menoleh dan menemukan Nora yang tersenyum tipis menatapnya. Kemudian Nora memusatkan tatapan pada lukisan tersebut. "Arti bunga lily putih, kemurnian dan kesucian."

"Artinya, harus tetap tersenyum walaupun kejadian buruk yang menimpa?" sahut Citra.

"Bisa dibilang begitu." Nora kembali menatap Citra. "Siapa tau Kak Citra mau beli lukisan."

"Kalau yang ini, boleh?" Citra menunjuk lukisan di hadapannya.

Nora tersenyum lalu menggandeng lengannya. "Kita ketemu temenku dulu, Kak."

Usai berbincang sejenak dengan temannya Nora, Citra mengajak Nora untuk pulang bersama.

"Lo kapan balik ke Jakarta?" tanya Citra seiring dengan langkahnya menuju parkiran.

"Besok pagi."

"Cepet amat. Gak mau nginep di rumah gue dulu?"

Nora tertawa pelan. "Lain waktu aja Kak. Aku mau berangkat ke Paris."

"Lo mau adain pameran di sana?"

"Bukan pameranku, Kak. Doain aja aku bisa buka pameran di sana." Keduanya saling melempar senyuman.

Citra mengendarai mobilnya sendiri, di sebelahnya ada Nora. "Lo mau ke mana dulu? Langsung gue anter ke rumah Om lo?"

"Em ... gimana kalau makan dulu. Udah lama lho Kak Citra gak traktir aku."

"Harusnya lo yang traktir gue." Nora tersenyum geli. "Tapi, karena gue baik, oke. Lo mau makan di mana?"

"Twenty four K resto? Kak Citra pernah makan di sana?"

Citra yang hendak memegang kemudi, tertahan. Ia menoleh menatap Nora. Lalu berdehem pelan. "Em belum pernah."

"Kita makan di sana ya, Kak?"

"Lo pernah makan di sana?" Citra mulai mengemudikan mobilnya.

"Pernah. Pas pembukaan tahun lalu bulan Agustus dan bulan Desember."

Citra pun mengangguk. Tidak berapa lama mereka tiba di sana. Ternyata restoran tersebut, under water. Menawarkan pesona keindahan bawah laut.

"Sore Bu Annora, apa sudah reservasi?" sapa karyawan resto tersebut saat Nora dan Citra masuk ke dalam.

Citra menatap Nora. Ternyata karyawan restoran tersebut mengenal Nora. Mungkin Nora jadi pelanggan eksklusif, kan?

"Oh belum. Datang ke sini mendadak. Gak full, kan?"

"Tidak Bu. Mari saya antar." Mereka pun dituntun ke meja yang kosong, sempat menawarkan ke private room, tapi Nora menolak.

"Tempatnya bagus," ujar Citra mengamati tempat tersebut.

"Mau difoto, Kak?"

Citra tertawa langsung menggeleng. "Gue bukan Gumi." Keduanya tertawa pelan.

Mereka menatap buku menu. "Menu andalannya apa, ya?" tanya Citra. Pramusaji mulai memberitahu. Ada tuna sirip biru, sup ikan juga ada kaviar almas.

"Dan kaviar almas-nya yang paling favorit Bu. Ibu bisa menikmati telur ikan terbaik yang disajikan dalam kaleng emas dua puluh empat karat."

I HATE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang