16 | PERINGATAN!

5.9K 711 27
                                    

Rafan menyerahkan sekaleng kopi kaleng pada Arga, pria itu mendongak lalu mengucapkan terima kasih. Kemudian ia duduk di sebelah Arga. Menikmati pemandangan taman rumah sakit swasta tersebut.

Keduanya saling mengenal. Bahkan sejak kecil. Arga merupakan sepupu si kembar kakak dari Nora. Dan ia pun tau jika pria berlesung pipi ini adalah mantan suami Citra. Bisa dibilang mereka memiliki kekarabatan juga.

"Napa lo lihatin gue?" Arga berhenti meneguk kopinya membalas tatapan Rafan begitu menyadari pria menatapnya.

"Lo manis juga," ujar Rafan dengan senyuman yang membuat Arga melayangkan kepala untuk menoyor kepala pria itu. Rafan hanya tergelak.

"Anjir jijik banget gue dengernya." Masih ada sisa tawa dari Rafan lalu merangkul pundak pria yang lima tahun lebih tua darinya itu. Meski jarang bertemu, tapi mereka telah mengenal sejak kecil jika Rafan ke Jakarta mereka akan bermain bersama.

Mereka berbincang hangat tentang masing-masing kesibukan mereka. Hingga mulai serius, atau Arga yang bicara serius.

"Lo ada hubungan apa dengan Citra?" Arga mengenal Rafan, tau kelakuan pria itu jika berurusan dengan wanita. Entah kenapa pria itu begitu terobsesi pacaran atau hanya sekedar dekat dengan wanita yang lebih tua darinya.

Pria itu masih memasang ekspresi santai bahkan bibirnya tersenyum geli. "Untuk ukuran mantan suami, lo kepo banget. Masih cinta?"

Arga hanya mendengus. Masalahnya di masa lalu dengan Citra, cukup hanya dirinya dan Citra saja yang tau serta orang di sekitar mereka. Untuk orang lain mereka hanya tau jika dirinya dan Citra menikah karena perjodohan.

"Gue serius, Raf. Kalau lo cuma main-main deketin Citra, gue gak akan segan-segan nonjok elo!" ujar Arga tegas.

Dan ekspresi Rafan belum berubah, masih santai. "Lo masih cinta sama Citra? Wah bahaya nih. Kak Shali harusnya tau. Jangan-jangan Alaia cuma lo jadiin alasan biar lo bisa ketemu Citra?"

"Bangsat! Lo bacot," desis Arga kesal. Memang mengajak Rafan serius bicara hanya akan membuatnya kesal. Ia berdiri, masih mempertahankan ekspresi seriusnya. "Inget kata-kata gue tadi! Kalau berteman biasa dengan Citra, gue biarin. Tapi, kalau lo ada niat main-main doang, mending lo jauhin dia!"

Usai mengatakan hal tersebut Arga beranjak meninggalkan Rafan.

Bukannya Arga terkesan ikut campur dalam urusan asmara Citra.

Ia tau, ia tak berhak ikut campur urusan pribadi Citra. Tapi, Arga mengenal Rafan dan tak ingin Citra kembali terluka. Cukup di masa lalu Citra merasakan kepedihan karena cinta. Arga tak ingin wanita itu merasakannya lagi. Ia ingin Citra bahagia. Karena rasanya tak adil jika ia bahagia sementara Citra tidak.

Senyum Arga terbit saat membuka pintu dengan pelan melihat Alaia yang tidur memeluk Citra yang juga tertidur. Dengan pelan ia memasuki ruangan tersebut lalu melangkah mendekat ia menarik selimut hingga ke atas dada keduanya.

Citra menggeliat pelan hingga membuka matanya, menyadari kehadiran Arga. Ia melirik pintu yang tertutup lalu sudut ruangan lainnya. "Rafan mana?" tanyanya, Arga hanya tersenyum geli yang membuatnya mendengus pelan.

"Kamu mending tidur. Kalau gak nyaman tidur dempetan dengan Alaia, aku gendong dia ke sofa."

"Enggak usah." Tangan kiri Citra merangkul tubuh Alaia yang meringkuk dalam pelukannya. Pasti gadis kecil itu lelah usai melakukan perjalanan jauh. Usai menatap Alaia, Citra kembali menatap Arga. Lalu beralih ke pintu saat pintu terbuka dan menampakkan sosok Rafan yang mengulas senyum.

"Aku pamit dulu, ya. Ada kerjaan," ujar pria itu usai menenteng bawaannya tadi. Citra mengangguk. Rafan juga tak lupa pamit pada Arga setelahnya pergi dari sana.

I HATE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang