21 | RASA INGIN MELINDUNGI

5.6K 713 14
                                    

Rafan menaruh tas di atas sofa kemudian melangkah masuk ke arah dapur. Senyumnya mengembang melihat Mommy yang sedang memasak. Tanpa menimbulkan suara, ia berjalan perlahan lalu memeluk Mommy.

"Astaga! Ngagetin aja kamu!"

Rafan menyengir membalas tatapan kesal Mommy padanya. Ia mengecup pipi Mommy kemudian menatap masakan Mommy. Cumi saus tomat. Sepertinya ia datang di waktu yang tepat.

"Kamu baru tiba?" tanya Mommy seraya menyiapkan makan malam di meja. Rafan kini duduk manis menunggu.

Semenjak memiliki restoran sendiri, Rafan jarang pulang ke rumah dan juga Rafan memiliki kesibukan lain yang mengharuskannya ke luar kota.

"Iya. Langsung ke sini."

"Tumben," cibir Mommy seraya meliriknya. Dibandingkan tinggal dengan orang tuanya, Rafan lebih memilih tinggal sendirian di villa miliknya.

"Ya kangen Mommy lah!" seru Rafan sumringah. Mommy hanya mendengus pelan seraya menuang air ke gelas.

"Kapan tiba, Raf?" Rafan menoleh ke arah Daddy yang menarik kursi di ujung meja.

"Baru aja Dad. Dad, are you okay?" tanya Rafan khawatir karena melihat wajah pucat Daddy.

"Cuma flu," jawab Daddy singkat.

"Daddy-mu bebal, Raf. Udah Mommy bilangin gak usah naik motor kalau keluar, tetep aja gak dengerin Mommy," gerutu Mommy. Meski menggerutu Mommy tetap menyiapkan nasi serta lauk untuk Daddy kemudian untuk Rafan.

Daddy hanya mendelik malas ke arah Mommy kemudian mulai makan.

Usai makan, Daddy meminta Mommy membuat teh hangat untuknya, Rafan pun meminta juga kemudian bergabung duduk bersama Daddy di teras samping.

"Jangan ngerokok!" Daddy hanya mampu menghela nafas pelan saat Mommy menyita rokoknya.

Rafan tertawa pelan. Sepeninggalan Mommy, Rafan menawarkan rokoknya pada Daddy yang langsung diterima. Ayah dan anak itu merokok bersama seraya menikmati teh madu hangat buatan Mommy.

"Makin hari Mommy makin cerewet ya, Dad?" ujar Rafan dengan senyum geli.

"Faktor umur kali." Meski nada bicara Daddy datar, tapi tetap saja Rafan tertawa.

"Awas lho Mommy denger. Daddy bakal tidur di luar." Rafan melongokan kepala ke arah dalam rumah, masih tertawa pelan.

Daddy tersenyum geli seraya menyeruput tehnya usai menghabiskan satu batang rokok. "Asalkan kamu gak ngadu."

"Mau ngadu ah!" balas Rafan dengan senyum tengil, Daddy hanya mendengus pelan.

Rafan sendiri menghisap rokok dengan khikmat dan menghembuskan asapnya dengan pelan.

"Dad?"

"Hm?"

Rafan menoleh ke arah Daddy yang saat ini mengenakan kacamata baca untuk membaca artikel berita lewat ponsel.

"Apa yang membuat Daddy mencintai Mommy?"

Biasanya Daddy tidak terlalu menanggapi jika Rafan bicara karena anak itu selalu bergurau atau membuatnya kesal. Meski berita yang ia baca sangat menarik, tapi pertanyaan putranya itu jauh lebih menarik.

Daddy menatap Rafan, tak ada ekspresi tengil di wajah anaknya itu, Rafan terlihat kalem. Lalu Daddy menatap ke arah depan, terlihat menerawang.

Daddy hanya diam membuat Rafan berdecak pelan. "Apa karena Mommy cantik? Seksi? Punya banyak uang? Pinter masak atau apa?"

I HATE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang