Saat melarikan diri dari Faras, Citra mendapat panggilan dari Rafan membuat langkahnya berhenti, ia menoleh ke belakang, tak ada sosok Faras yang mengejarnya. Ia pun menepi, berteduh di bawah pohon yang rindang. Untuk urusan mobilnya, ia akan menyuruh orang untuk mengambilnya.
Menjawab panggilan Rafan, pria itu menanyakan keberadaannya. Ia pun menjelaskan posisinya saat ini dan Rafan pun berada di daerah yang sama. Butuh dua puluh menit hingga Rafan tiba. Segera ia masuk ke dalam mobil, mengarahkan pendingin ke arahnya karena merasa gerah, meski berteduh di bawah pohon.
"Are you okay?" tanya Rafan membuat Citra menoleh.
"Yeah, I'm fine. Kamu punya air minum?"
Rafan meraih botol air di kantung pintu lalu memberikannya pada Citra yang langsung diteguk hingga habis.
"Kamu beneran baik-baik, kan?" ujar Rafan, ia mengamati daerah tersebut yang hanya ada jalan setapak, kanan kiri ditumbuhi banyak pohon. Melihat tak ada tanda-tanda tempat pemakaman, ia kembali menatap Citra. "Kamu sebenarnya dari mana sih?" Tadi Citra menjelaskan jika wanita itu sedang berziarah di makam keluarganya.
"Dari ziarah." Citra menaruh botol air di kantung pintu, ia mengambil jepitan rambut untuk mengikat rambutnya.
"Gak ada makam di sini."
"Tiga ratus meter dari sini."
Rafan menatap Citra heran. "Kamu kenapa sih?"
"Apa? Aku baik-baik aja. Ayo kita pergi dari sini, keburu sore terus nanti kita kejebak macet."
"Oke." Rafan pun mengangguk. Mulai melajukan mobilnya dari sana. Cukup jauh perjalanan mereka hingga mencapai jalan raya.
Tak ada suara di dalam mobil tersebut, sesekali Rafan menoleh ke arah Citra yang melamun. Tangan kirinya terulur dan menyentuh tangan Citra membuat wanita itu tersentak dan menoleh ke arahnya dengan senyum tipis saat melihat senyumnya.
"Kamu mau ke mana?"
"Lho, bukannya kamu yang ajak aku?" tanya Citra. Rafan yang menghubunginya lebih dulu, ia kira pria itu akan mengajaknya ke suatu tempat.
Rafan tertawa pelan. "Ya aku cuma mau ketemu kamu. Kalau soal jalan ke mana, kamu yang nentuin."
Citra berpikir sejenak, lalu tersenyum. "Aku kangen sama Alaia." Bertemu dengan Alaia untuk menuntaskan kerinduannya juga menenangkan kegundahan hatinya.
Rafan kembali menatap Citra sejenak, kemudian fokus mengemudi. "Alaia, anaknya Bang Arga dan Kak Shali, kan?" Citra mengangguk. "Kok kamu kayaknya sayang banget sama dia?"
"Bukan kayaknya. Emang aku sayang sama Alaia."
Rafan melirik Citra. "Kamu gak ada rasa cemburu gitu kalau lihat Bang Arga dan Kak Shali?"
"Ngapain cemburu?"
"Ya Bang Arga kan mantan suami kamu."
"Hubunganku dan Arga udah kayak saudara, begitupun Shali. Malah aku bersyukur karena Shali gak cemburu kalau aku deket sama Arga dan Alaia. Jadi, buat apa aku naruh rasa cemburu ke mereka?"
Rafan hanya mengangguk pelan.
Mereka pun tiba di rumah Arga.
Rafan hanya mengekor, mengikuti Citra. "Dor!!!" seruan tersebut menyambut mereka saat melangkah masuk. Keadaan rumah tersebut cukup kacau, bantal sofa yang berserakan di atas lantai. Juga remah-remah makanan di atas meja. Tidak lupa lantai yang basah membuat Citra hampir terjatuh kalau saja Rafan tak menahan lengannya.
"Uncle Rafan ngapain di sini?!!" Seruan bocah yang mengacungkan pistol air menarik perhatian mereka.
Mata Rafan memicing menatap bocah tersebut. Ini baru satu yang terlihat, ke mana satunya lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
I HATE LOVE
ChickLit|OHMYSERIES-4| Dua kali jatuh cinta Dua kali patah hati Tidak perlu menjelaskan alasannya kenapa ia membenci perasaan yang disebut 'cinta'... ▪︎May, Copyright ©2022 NanasManis