Citra mengerjap pelan, ia membuka matanya dan menyadari jika ia tertidur saat punggungnya ditato. Dengan pelan ia beringsut duduk dan tidak mendapati sosok Rafan di ruangan tersebut.
Ingin melihat hasil tato yang digambar Rafan, ia segera duduk kemudian menoleh ke belakang melihat hasilnya.
Tato sekuntum bunga lily berwarna putih berada di bawah tengkuknya, sehingga jika ia memakai baju, yang tertutup tidak akan terlihat. Keningnya mengernyit saat melihat tulisan dengan posisi miring turun ke bawah. Entah kenapa baru menyadari jika ia tak mengerti arti tulisan tersebut. Padahal sebelumnya Rafan memperlihatkan desainnya. Mungkin karena terlalu bagus membuatnya tak bertanya pada Rafan arti tulisan tersebut.
Suara kunci diputar kemudian disusul dengan pintu terbuka membuat Citra menoleh ke arah sana. Tangannya naik untuk menutupi dadanya dan menemukan Rafan yang mengulas senyuman. Pria itu mengunci pintu lalu melangkah ke arahnya.
"Gimana? Suka?"
Citra tak langsung menjawab, ia kembali menatap ke arah cermin.
"Itu tulisan apa? Bukan mantra, kan?"
Rafan tertawa mendengar nada tuduhan dari Citra. Saat ini posisinya berdiri tepat di hadapan Citra dalam jarak yang cukup dekat.
"Itu mantra cinta," bisik Rafan sedikit membungkuk. Wanita itu berhenti menatap cermin. Jarak wajah mereka cukup dekat. Rafan menarik wajahnya menjauh. Senyum geli masih menghiasi bibirnya karena melihat ekspresi kesal Citra. "Itu tulisan yunani. Eímaste genniménoi apó agápi. Artinya, 'Kita lahir dari cinta'."
Citra mendongak menatap Rafan. "Kenapa kamu pilih kalimat itu?"
"Kenapa? Gak suka?" ekspresi Rafan berubah sedikit serius. "Tadi kan udah setuju." Lalu kembali berubah geli.
Citra hanya mendengus.
"Nih kamu makan dulu." Rafan menawarkannya makanan. Ia pun makan, sedangkan pria itu memperhan tatonya.
"Berapa lama diperban?"
"Dua puluh empat jam."
Citra mengernyit saat ia selesai makan, Rafan menyodorkannya sebutir obat. "Obat apa?"
"Biar kamu gak ngeresain sakit banget." Citra pun meneguk obat tersebut.
"Ini berapa lama sembuh?"
"Kurang lebih dua minggu." Rafan pun menjelaskan apa saja yang harus Citra lakukan selama proses penyembuhan tato. Setelah mendengarnya Citra pun meraih baju terusan yang bagian belakangnya cukup rendah sehingga menampakkan punggung yang diperban.
"Kamu marah? Beneran gak suka?" Rafan mengekori Citra. Memberondongi dengan pertanyaan terus menerus.
"Suka kok." Citra balas menatap pria itu kemudian tersenyum tipis. Rafan tersenyum cerah.
"Sama-sama," sindir Rafan membuat Citra tertawa.
"Terima kasih ganteng."
Rafan tersenyum cerah. "Makasih aja nih?" godanya.
"Ya udah kamu nunduk."
Rafan pun agak membungkuk hingga wajahnya sejajar dengan Citra. Citra mulai memberikan kecupan pada Rafan.
"Udah? Gitu aja?"
Citra mendengus geli mendengar protes Rafan.
Rafan pun mengantar Citra pulang.
•••
Setelah tujuh belas hari berlalu, Rafan kembali menemui Citra. Bertandang ke rumah wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I HATE LOVE
Literatura Feminina|OHMYSERIES-4| Dua kali jatuh cinta Dua kali patah hati Tidak perlu menjelaskan alasannya kenapa ia membenci perasaan yang disebut 'cinta'... ▪︎May, Copyright ©2022 NanasManis