"Jadi, ini namanya kopi" kata Prince Vincent pada sang putri ketika gelas berisi cairan hitam disediakan.
Mereka berada di kedai sederhana dengan penyamaran yang kebetulan dekat dengan pasar. Bahkan Aeli dapat mengamati pohon tempat ia berjanji dengan laki-laki yang menolongnya kemarin.
Aeli mengamati dan mengendus wangi kopi itu terlebih dahulu sebelum ia benar-benar meminumnya.
"Uh, wanginya enak tapi tidak dengan rasanya" keluh Aeli membuat sang ayah tertawa.
"Pelayan, tolong tambahkan susu dan gula untuk kopi putriku" lalu pelayan itu menghampiri meja mereka dan mengambil gelas milik Aeli.
"Kenapa harus repot-repot meneguk minuman tidak enak seperti itu hanya untuk menahan kantuk, ayah? Padahal tinggal tidur saja" Tanya Aeli polos.
Ya, salahkan ibundanya yang hanya memberinya minuman-minuman sehat meliputi air putih, madu, dan jus buah-buah segar.
"Nah, sekarang biar ayah yang tanyakan pada putri kecil ayah. Kenapa hari ini tidur siang dan memilih main ke pasar rakyat?" Tanya sang ayah yang sejujurnya masih bingung dengan keinginan Aeli.
Aeli masih bimbang untuk menceritakan hal sebenarnya kepada sang ayah. Dan bagaimana penyampaian baiknya? Apa reaksi ayahnya nanti jika tahu ia ingin.
"Aku mau manisan itu ayah! Kemarin aku mengejar penjual itu sehingga Ander kehilangan jejakku! Ayah ayo beli itu!" Saat Aeli akan beranjak, genggaman tangan ayah menghentikannya, dan cukup memberi kode pada penjaga di luar, manisan yang Aeli inginkan kini hadir di depannya.
"Jangan terlalu lelah, kita bisa duduk di sini untuk mengamati keramaian pasar luar, sayang. Bukan begitu?" Aeli mencicipi manisan itu ketika kopinya datang.
"Aku tidak mau minum itu lagi, ayah. Rasanya tidak enak" Aeli yang berusia 18 tahun masih sangat menggemaskan ketika memajukan bibirnya tanda merajuk.
"Coba dulu, kali ini ayah yakin kau akan menyukainya. Saat kau masih bayi, ayah pernah sekali memberimu kopi yang sudah diracik seperti ini, dan kau sangat menyukainya, sayang"
"Benarkah? Kalau begitu aku mau coba!" Perlahan tapi pasti bibir Aeli menyeruput pelan kopi dalam gelasnya.
"Bagaimana? Rasanya tidak buruk seperti dugaanmu, kan?"
Ya, rasa kopinya memang tidak buruk, Aeli menghabiskannya. Tapi sepertinya hari ini yang menjadi buruk, ia tidak melihat Valdemar menyambangi tempat perjanjian mereka.
"Ayah, aku masih mau di sini. Tidak mau pulang" ucap Aeli ketika malam tiba dan sang ayah mengajaknya pulang.
"Kedai ini sudah mau tutup, sayangku. Kau ini sebenarnya kenapa?" Tapi ditanya seperti itu oleh sang ayah, Aeli malah menangis.
"Hiks, aku bilang aku tidak mau pulang, ayah! Hiks, kenapa ayah tidak mau mengerti?!" Prince Vincent sudah pusing dam ia tidak pernah bisa menolak permintaan putri kecilnya.
Ia mengutus orang mengabari Princess Steffi kalau dirinya dan Aeli akan bermalam di luar istana dan kembali besok pagi.
"Baiklah, kita cari penginapan dekat sini, tidak baik mengganggu usaha orang seperti ini, sayangku. Kau tahu tidak sepantasnya kau seperti ini" sang ayah mengingatkan posisi Aeli yang harusnya menjaga segenap rakyat Liechtenstein bukan malah menyulitkan mereka.
👑
Pengawal membukakan pintu bagi Aeli dan ayahnya untuk memasuki rumah sederhana yang diyakini adalah penginapan untuk singgah mereka malam ini. Sekalinya pintu itu terbuka, Aeli terkejut dan tak pernah menyangka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! My Sleeping Princess
FanfictionSeorang putri kerajaan yang sukanya hanya tidur dan selebihnya berlatih balet atau belajar untuk menjadi seorang penerus tahta yang baik, sampai pada saat ia diajak bermain di pasar luar kerajaan, ia menemukan seorang permata yang menarik minatnya u...