Ah iya, sekarang Aeli berdiri di hadapan rakyatnya, di depan lilin ulang tahunnya yang berangka dua puluh tujuh. Sudah hampir delapan tahun ia bersama dengan Valdemar. Alena sudah berusia tujuh tahun, ia sudah mulai mengemban pendidikan dasar dan sedang sangat aktif berbicara. Sementara Aali berusia lima tahun, ia menjadi anak paling tampan dan paling jahil.
"Jadi, apa harapanmu tahun ini?" Aeli tersadar, karena ia baru saja mengingat kembali jalan hidupnya dari kecil hingga bisa bertahan di titik ini, tentu bersama Valdemar.
(Lihat Chapter satu, kita kembali ke dua puluh satu tahun yang lalu, dan sekarang kita kembali bersama Aeli merayakan pertambahan usianya yang ke dua puluh tujuh)
"Masih sama seperti tahun lalu. Semoga Tuhan masih memberikan kepercayaan kepadaku untuk memberikan kebaikan pada negeri kita dan membiarkan aku melalui tahun-tahun berikutnya di dampingi oleh dirimu dan anak-anak kita" ucap Aeli menimbulkan senyum pada wajah Valdemar.
"To many more years together" Val mengangkat gelas wine miliknya.
Diikuti oleh seluruh rakyat dan para petinggi di dunia ini.
"To many more years with Princess Adelaide" lalu mereka semua menenggak habis minuman yang ada di gelas mereka.
"Aku tadi sedang memikirkan perjalanan hidupku sampai di titik ini, mungkin masih lama jika tidak kau sadarkan untuk mengucap permintaan" bisik Aeli jujur pada Valdemar.
"Bagaimana? Bahagia tidak menghabiskan lima tahun terakhir bersamaku?" Ya, Val sengaja menyebut usia Aali bukan usia pernikahan awalnya, karena ia sendiri sadar sebelum kelahiran bayi keduanya, ia telah banyak menyakiti hati Aeli.
"Menyenangkan. Terima kasih sudah membuktikan padaku kalau aku tidak salah memilih pasangan. Aku mencintaimu, papa dari anak-anakku" ucap Aeli mengecup pipi Valdemar.
"Mama! Nein! Kiss Aali saja! Jangan papa!" Ah, bayi kecilnya cemburu.
Aali segera merentangkan tangannya dengan marah ke arah Valdemar. Ia minta di gendong agar mamanya bisa mengecup pipinya juga tanpa menyamakan tinggi dengan dirinya.
"Kau selalu begitu, mama juga milik papa, kenapa tidak boleh mama mencium papa sebentar saja?" Keluh Val sambil menggendong Aali dan Aeli segera mengecup pipi gembil putra tampannya.
"Sudah? Aali tidak mau mengucapkan sesuatu untuk mama?" Tanya Aeli.
Bayi itu terlihat malu-malu dan meminta turun dari gendongan sang papa.
Aali menatap mamanya dengan sungguh lalu berkata dengan pelan.
"Selamat ulang tahun mama. Semoga mama give Aali adik tahun ini" ucapannya polos, membuat semua orang tersenyum hangat memandang pangeran kecil itu.
"Papa setuju" ucap Valdemar lalu kembali menggendong Aali dan mengecup pipi bayi kecilnya.
"Kan mama yang ulang tahun, nak. Kenapa mama yang harus memberi Aali kado? Dan apa itu adik? Aali kan adiknya Kakak Alen" lalu Alen datang menggandeng mamanya.
"Mama jangan dengarkan Aali ya? Alen punya adik satu saja sudah pusing ma, apa lagi dua?" Keluh Alen sebagai korban kenalan Aali setiap hari, ada saja kelakuan adiknya itu yang membuatnya kesal.
"Kalau mama tidak janji, Aali mau menangis saja" wajah bayi laki-lakinya itu sudah tidak karuan, mata yang begitu cepat berair dan bibir yang melengkung ke bawah menunjukkan sebentar lagi ia akan benar-benar menangis.
Tapi semua orang di istana itu malah tertawa karena tingkah lucu Pangeran Adalrich.
"Mama tidak bisa janji, sayang. Adik bayi itu pemberian Tuhan, kalau memang Tuhan menitipkan Adik Aali pada mama, tentu mama juga tidak bisa menolak, sekarang bisa Aali hanya berdoa, biar Aali dipercaya Tuhan untuk menjadi kakak" ucap Aeli mengusap rambut ikal bayi manjanya.
"Aali janji akan berdoa setiap saat supaya Tuhan memberi Aali adik yang lucu dan menggemaskan" Aali segera merapatkan kedua tangannya membuat seluruh rakyat Liechtenstein terenyuh.
"Anak pintar, janji jangan menangis lagi ya? Kan sudah mau jadi kakak" ucap Valdemar ketika melihat Aali selesai berdoa.
Yang tidak mereka tahu, Alena benar-benar tidak menyukai ide itu.
"Aku tidak akak membiarkan papa berduaan dengan mama dan memberiku adik lagi, awas saja Aali jika permintaannya terkabul" gumam Alena.
Sesungguhnya Alen bukan tidak suka, jujur ia juga menyayangi Aali, tapi entah mengapa perasaannya yang belum dewasa tentu saja, membuatnya merasa tidak diperhatikan, tidak di sayang seperti bagaimana Aali di sayang oleh mama papanya. Dengan keberadaan Aali saja ia terbengkalai. Bagaimana kalau ia memiliki adik lagi?
Seolah mendengar curahan hati Alena, Aeli menunduk untuk mencium puncak kepala Alena.
"Mama sayang Alen dam Aali sama besarnya, kakak tahu itu kan, sayang?" Ah, kalau sudah mamanya yang merayu, ia hanya bisa mengangguk.
Tentu Alen tahu Aali lebih kecil dari padanya dan membutuhkan lebih banyak bantuan ketimbang Alen yang sudah berusia tujuh tahun, tapi perasaan irinya tertanam sedikit demi sedikit, ayolah, saat Alen belum genap dua tahun ia sudah membagi mama papanya dan mengalah pada adik kecilnya, padahal ia juga kan masih kecil! Itu isi pikiran Alen.
👑
Sesungguhnya Aeli bukan tidak tahu perasaan putri kesayangannya. Ia menyadari kelakuan anak pertamanya itu semakin parah sejak Aeli ulang tahun dan Aali meminta adik.
Alen memang kerap kali tidak mau belajar dan pura-pura sakit, Aeli mencoba memberi perhatian lebih, tapi sekarang Alen benar-benar selalu meminta papa atau mamanya menemani ia tidur sampai ia bangun, jika ketika ia bangun tidak ada Aeli atau Valdemar di pandangannya, ia akan menangis dan berteriak seperti orang ketakutan yang histeris.
Aeli akhirnya meminta Val untuk pulang ke Luksemburg dengan Aali terlebih dahulu. Aeli menceritakan perangai Alena dan Valdemar cukup paham.
"Aali pasti senang jika pulang ke Luksemburg terlebih dahulu, mudah untukku membujuknya. Bagaimana denganmu, sayang? Kau bisa membujuk putri kita sendirian?" Aeli hanya memberikan senyum dan mengangguk yakin.
Val berangkat sore itu juga sebelum Alena terlelap. Alena begitu manja dengan Aeli dan memeluk mamanya dengan erat seolah takut kehilangan.
"Alen sayang mama" bagaimana mungkin Aeli marah dengan anaknya yang manis ini?
"Sayang mai cerita dengan mama tidak?" Alen memasang wajah tegangnya, ia tahu mamanya tidak begitu senang akan sesuatu.
"Cerita apa, ma?" Tanya Alen sambil melonggarkan pelukannya.
"Mama tidak mau menghakimi Alen, tapi mama tahu beberapa kali Alen berpura-pura sakit, kan? Dan mama tidak sekalipun menegur Alen karena mama tahu, Alen ingin mama perhatikan, jadi mama mencoba menuruti dan memberikan Alen perhatian, walau mama tahu, Alen sedang membohingi mama" selalu, mamanya selalu tahu titik terlemah Alena.
"Maaf, ma" ucap Alen.
"Mama selalu sayang Alen, Alen tahu kan?"
👑
130423
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! My Sleeping Princess
FanfictionSeorang putri kerajaan yang sukanya hanya tidur dan selebihnya berlatih balet atau belajar untuk menjadi seorang penerus tahta yang baik, sampai pada saat ia diajak bermain di pasar luar kerajaan, ia menemukan seorang permata yang menarik minatnya u...