Princess: 24

127 25 6
                                    

Val kembali ke kamarnya dengan perasaan semakin tertekan. Tenyata pertemuannya dengan Selda bukan membuatnya melupakan stress tapi malah menambah beban. Ia mengetuk pintu kamar Aeli yang ternyata di kunci dari dalam. Aeli tidak mau membuka pintunya karena jujur ia sakit hati begitu saja dilupakan oleh Val seharian ini.

"Aeli, sayang? Buka pintunya ya?" Tangis Alen mulai terdengar karena terbangun oleh teriakan papanya.

"Jangan membuat keributan, Val. Lebih baik kau tidur saja di kamar selingkuhanmu" hati Val terasa tertusuk mendengar ucapan Aeli, tapi pasti Aeli merasa lebih sakit karena lagi-lagi terabaikan.

"Aku akan minta petugas hotel untuk membuka kamar kita kalau kau tidak mau membukanya" ucap Val sudah mau pergi ke resepsionis dan Aeli membuka pintunya karena malas membuat keributan di hotel ini.

Val segera masuk ke kamar mereka sebelum Aeli berubah pikiran, ia segera mengganti pakaiannya dan menggendong Alena, agar first born nya itu tidak menangis lagi.

"Jujur, aku tidak tahu lagi harus memberimu kesempatan sampai mana" ujar Aeli mendekat Val yang menggendong putri mereka.

"Maaf" Val tidak merasa memiliki kata lain untuk perlawanan.

"Aku tanya, kau yakin masih mau menjalankan pernikahan ini? Jika hanya karena anak kedua kita, aku tetap janji apapun yang terjadi, ia akan jadi penerus Luksemburg. Aku tidak mau menahanmu jika hatimu bukan lagi untukku. Atau mungkin seharusnya sedari awal aku tidak memaksakan kehendak untuk menikah denganmu?" Aeli pergi ke dekat tempat tidur mereka untuk duduk di tepian.

"Kau mau aku melakukan apa sekarang?" Tanya Val yang merebahkan Alena di tempat tidur lalu duduk di samping Aeli.

"Berulang kali minta maaf juga akan kau ulangi. Kau bilang akan bercerita. Untuk terakhir kalinya aku memberikanmu kesempatan untuk bercerita, jangan membuat hal yang akan kau sesali di kemudian hari. Ceritamu menentukan kelangsungan rumah tangga kita. Kau tahu keputusan selalu ada di tanganku" Val segera memiringkan badannya dan menggenggam tangan Aeli.

"Aku akan cerita. Tadi aku bertemu dengan teman kecilku, ia Selda. Aku terlalu senang bertemu dengannya, seperti kembali pada masa sebelum semua beban ini datang padaku" tapi Aeli menangis memutuskan genggaman Val pada tangannya untuk mengusap air matanya sendiri.

"Intinya aku dan Alena beban kan bagimu" Val cepat menggeleng.

"Tidak, sayang. Sama sekali" Val segera kembali menggenggam tangan Aeli.

"Jadi, apa yang kau lakukan dengan gadis itu seharian ini? Pasti lebih menyenangkan dari pada menghabiskan waktu dengan istri dan anakmu kan?" Aeli masih dengan nada sinisnya walau menangis.

"Awalnya ku pikir aku senang bertemu dengannya. Tapi salah, aku malah semakin tertekan atas pertemuan itu, bukan hanya karena terasa seperti sedang mengkhianatimu, tapi ia juga mengancam keselamatan kalian. Maafkan aku, sayang" Val menunduk tidak berani menatap Aeli.

"Maksudmu? Kesimpulannya apa Val?" Val sebenarnya tidak ingin membagikan beban pikirannya pada Aeli dan menyelesaikan masalahnya sendiri, tapi ia kan sudah berjanji untuk lebih terbuka pada istrinya.

"Ia mengancamku akan melukaimu dan Alena jika aku tidak bersedia menemuinya. Ia meminta waktuku, walau aku sudah bilang hatiku hanya untukmu. Katanya, ia tidak butuh status, ia hanya butuh aku. Maaf, Aeli. Lagi-lagi aku menyakitimu. Tapi aku benar-benar takut kalau Selda nekat, karena sejak dulu, aku juga tidak pernah berpacaran, bukan hanya karena aku terlalu mengagumimu, tapi Selda selalu melukai wanita-wanita yang mencoba mendekatiku. Ia bilang aku adalah kekasih idamannya. Itu sudah semua ku ceritakan. Aku menunggu keputusanmu. Aku terima semua karena hal ini adalah kesalahanku" Val berlutut di depan Aeli.

"Aku masih belum dapat kesimpulannya. Jadi kau setuju menemuinya atau tidak?" Kata Aeli to the point.

"Sementara iya. Maaf, Aeli. Aku, hanya takut ia melukaimu dan anak-anak. Tidak ada perasaan yang terlibat di sini. Aku hanya menganggapmya sebagai adikku sejak dulu" Aeli memijat keningnya begitu kecewa atas pilihannya menjadikan laki-laki seperti ini menjadi suaminya.

"Kau mau aku bagaimana, Val? Aku tidak bisa berfikir jernih sekarang. Kau yang tentukan. Kau kepala keluarga. Aku tidak suka kenyataan kalau aku salah memilih orang yang tidak memiliki pedoman hidup sebagai suamiku. Setidaknya berusahalah untuk tidak mengecewakanku. Kemarin kekerasan dalam rumah tangga, verbal non verbal. Sekarang perselingkuhan. Harus terbuat dari apa hati kecilku memiliki pasangan hidup sepertimu?" Aeli menutup kedua wajahnya dengan tangannya, ia sudah tidak bisa menahan tangisnya.

"Terakhir kali, percayalah padaku" Val membuka tangan Aeli yang menyimpan wajah menangisnya, menggerakkan ibu jari Val untuk mengusap air mata istrinya yang lagi-lagi jatuh karenanya.

"Seperti apa?" Val mengangkat bahunya.

"Maaf ya, aku tidak pernah berencana di dalam hidupku sebelumnya, maka aku hanya akan selalu mengikuti rencanamu, tapi yang pasti. Kau selalu ada di dalam rencana hidupku, sayang. Aku akan melakukan apapun, kau ingat kan?" Aeli mengangguk menyanggupi.

"Kalau begitu, besok kau temui saja adik cantikmu itu" sebut Aeli menatap Val dalam.

"Sayang, selain perpisahan. Aku mohon, jika dengan menemuinya aku harus kehilanganmu, aku tidak akan menemuinya lagi, maafkan kesalahanku tadi pagi" Aeli kembali mengangguk.

"Yang tadi pagi ku maafkan. Tapi besok kau tetap harus menemuinya" Aeli tetap mempertahankan argumennya.

"Sayang? Please?" Val masih memohon sambil mengambil tangan Aeli dan menciumi punggung tangan ibu dari anak-anaknya itu.

"Iya, besok kita temu Selda. Aku dan kau" ucap Aeli final dan masuk ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

👑

Ke esokkan paginya saat Aeli dan Val pergi ke taman itu, Selda sudah duduk manis dengan secangkir teh di tangannya.

"Hai Val" wajah Selda seakan tidak terkejut.

"Aku membawa istriku" Val memastikan Aeli duduk dengan nyaman, ia menarikkan bangku bagi Aeli dan berdiri di sampingnya, karena hanya ada dua bangku tersedia, termasuk yang Selda gunakan.

"Oh, halo Princess Adelaide" tangan Aeli sudah mengepal di atas meja, sementara pelayan datang memberikan segelas air putih.

Selda sengaja memesan meja untuk berdua dengan Val tadinya, sekalian ingin menikmati makan pagi bersama.

"Lancang! Kau harus memanggil Val dengan Grand Duke. Dan harus menyapa kami dengan curtsy. Aku ke sini hanya untuk memberitahumu dan memberikanmu pendidikan. Aku bisa mengenalkanmu dengan pangeran di seluruh Eropa tapi Valdemar, hanya milikku dan keluarga kecil kami. Jangan merendahkan harga diri wanita dengan menggoda suami orang. Lagi pula Val akan menceritakan semua yang terjadi apapun hal itu, termasuk dengan dirimu, bahkan sedari kalian kecil. Ku harap ini pertemuan terakhir kita" Aeli bangkit berdiri.

👑

240323

Oh! My Sleeping Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang