Kebanyakan Aeli menjalankan kehamilannya sendiri, kecuali saat ia menemani Val bertugas sekaligus memamerkan kehamilannya pada khalayak. Tentu, yang ia kandung adalah calon penerus tahta Luksemburg dan Liechtenstein. Orangtuanya juga sempat berkunjung ke Luksemburg dan meminta Aeli untuk pulang setelah lahiran nanti.
"Jangan lupa sempatkan diri untuk pulang nanti bersama calon penerus. Liechtenstein merindukan putri mahkotanya" sebut Princess Steffi.
"Iya, bun. Aeli akan pulang setelah anak ini lahir" jawaban Aeli terdengan tidak menyenangkan.
"Kau terdengar tidak senang sayang? Apa terjadi sesuatu?" Aeli ingin sekali menangis, apa boleh mengadukan hal perkawinannya pada sang ibunda?
"Aku, hiks" Aeli hanya mampu menangis dan memeluk ibundanya sampai ia tertidur, bahkan berkata buruk tentang suaminya pada ibundanya saja ia tidak mampu.
Padahal perlakuan buruk dari Val itu nyata adanya.
"Sayang, pasti berat ya tinggal di kerajaan orang, apa mereka memperlakukanmu dengan tidak baik?" Aeli hanya mampu menggeleng sambil menumpahkan tangis pada pundak ibunya.
👑
Aeli melahirkan anak itu sendirian. Mengapa? Karena peraturan kerajaan Val, bayi itu dihadirkan oleh kedua orangtuanya. Maka yang membantunya lahir adalah kedua orangtuanya pula. Tapi Val tidak berniat membantu Aeli, ia hanya memerhatikan sang istri yang kesakitan dan memdengarkan teriakan maut dari sang istri yang berjuang mengeluarkan bayi mereka.
"Kau pasti bisa, aku yakin itu. Bukankah fisiologi perempuan memang di desain untuk melahirkan" hanya satu kalimat itu yang Aeli dengar sepanjang proses melahirkannya.
Ia berteriak sendiri, kesakitan sendiri, menangis sendiri, mengusap peluhnya sendiri, berdarah sendiri untuk mengantar putrinya kepada dunia ini. Tanpa bantuan dari ayah sang bayi.
"Sudah lahir, perempuan Val" sebut Aeli.
Val seperti tidak berminat tapi ia mendekati Aeli untuk melihat bayinya.
"Cantik sepertimu, tapi sayang bukan anak laki-laki" sakit di badan Aeli melahirkan bayinya belum hilang, tapi hatinya kini juga terasa ditusuk ribuan jarum mendengar ucapan Val.
"Apa kau mau memberinya nama, Val?" Aeli berusaha membersihkan Bayinya dan memotong tali pusarnya.
"Kau saja" jawab Val datar.
"Ap kau mau menggendongnya?" Aeli sedikit mengangkat bayi yang sekarang sudah lebih tenang itu untuk di gendong ayahnya.
"Tidak perlu" Val menepis tangan bayinya yang tadi ingin meraih wajahnya, dan bayi itu kembali menangis lebih kencang dari saat ia lahir, seperti mengetahui perasaan ibunya yang juga ditolak ayahnya seperti ia barusan.
"Pergi Val" Aeli mendekap kembali bayinya berusaha menenangkan si kecil.
Val tersadar. Aeli marah. Ia sungguh tidak sengaja mengenai tangan bayinya.
"Maaf, aku tidak sengaja. Apa ia terluka?" Val tahu, walau tidak sengaja bayi itu terlalu kecil dan ringkih, apa ia mematahkan tulang anaknya barusan? Apa ia terlalu kencang menepisnya?
"AKU BILANG KELUAR VALDEMAR! KAU BOLEH MENYAKITIKU, TAPI TIDAK DENGAN ANAKKU! KAU PERGI! AKU TIDAK MAU MELIHATMU! BEGITU JUGA BAYIKU, KAU TIDAK PERLU PURA-PURA PERDULI PADANYA, WALAUPUN IA BUKAN LAKI-LAKI, AKU AKAN TETAP MENYAYANGINYA TIDAK SEPERTIMU!" putus Aeli.
"Aku" Belum Val menyelesaikan perkataannya, Aeli mengerahkan sebelah tangannya meraih lampu tidur dan melemparnya pada kepala Val sampai berdarah.
"AKU BILANG KELUAR BERENGSEK, AKU TIDAK MAU MENDENGAR ALASAN APAPUN LAGI, AKU SUDAH CUKUP. AKU BERHENTI! SIAPKAN KERETA KUDA UNTUK AKU DAN PUTRIKU PULANG KE LIECHTENSTEIN, SEKARANG!" Teriakan Aeli membuahkan tangisan bayi mereka yang tak kalah kencang, Val memilih keluar dan mengabarkan dokter untuk membantu mengobati luka persalinan Aeli.
👑
Yang Val tidak mengerti, perkataan Aeli waktu itu sungguhan. Baru satu hari melahirkan, baru pagi tadi bayinya berusia 24 jam dan mereka pamerkan pada publik melalui balkon kerajaan. Siang ini Aeli sudah berada di dalam kereta kuda bersama bayinya untuk pulang ke Liechtenstein.
"Kau yakin? Bukankah baby princess terlalu kecil untuk melakukan perjalanan? Perlukah aku ikut mengantarmu ke Liechtenstein?" Tanya Val melemah.
"Dia akan baik-baik saja selama bersamaku, tanpa mu tentunya yang bisa menyakiti bayiku. Jangan berani-berani kau munculkan wajah bengismu itu di kerajaanku. Aku akan mengurus surat pembatalan pernikahan kita ke gereja dan menjadikan Alena, Princess Von Liechtenstein. Penerus kerajaanku. Ku pastikan anak ini tidak akan pernah menginjakkan kakinya di kerajaanmu lagi. Aku pamit" Aeli menutup pintu kereta kudanya dan ajudan segera menjalankan kereta itu.
Tertinggal Valdemar dengan sejuta rasa. Bingung? Sedih? Gamang? Ia sendiri tidak jelas. Gelenyar aneh meliputi hati dan pikirannya. Apakah Aeli benar-benar akan meninggalkannya? Apakah pernikahan ini berakhir begitu saja karenanya? Apakah ia tidak akan melihat bayinya lagi? Rasanya Val enggan memikirkan hal buruk-buruk yang mungkin terjadi. Tapi melihat tatapan Aeli tadi. Itu seperti luka yang sudah ia pendam lama dan meluap semua.
"Aku harus menemui ayah" ucap Val yang bingung menghadapi situasi ini.
👑
Aeli sadar, mungkin dulu ia hanya diam jika menerima perlakuan kasar dari Val, karena ia mencintainya. Tapi beda dengan anaknya. Ia sekarang seorang ibu dan melindungi anaknya itu adalah sebuah keharusan. Walau dari ayahnya sekalipun, Aeli tidak bisa membayangkan bagaimana kalau Alena menerima kekerasan dari ayahnya seperti bagaimana Aeli menerima perlakuan itu dari Val.
"Kita mau beristirahat dulu tuan putri?" Tanya ajudan yang membawa kereta menyadari bayi itu pasti lelah menjalankan perjalanan jauh di hari pertama ia hidup di dunia.
"Tidak apa, sementara lanjut saja. Nanti kalau Alena menangis kita istirahat sebentar" selagi bayinya tidur, ia memerhatikan betul wajah cantik anaknya perpaduan dirinya dengan Valdemar.
Matanya menurun dari Aeli, hidungnya dari Valdemar, bibirnya milik Valdemar, telinga dan pipinya mirip Aeli. Sungguh sebenarnya ia juga tidak tega memisahkan Alena dari ayahnya. Tapi jika bertahan bisa menyakiti Alena, maka jawabannya adalah pergi. Aeli hanya bisa meminta maaf dalam hatinya untuk Alena, karena memisahkan Alena dari ayahnya di saat ia begitu kecil, tapi ini adalah pilihan terbaik.
👑
Val sendiri sedang habis-habisan dimarahi oleh ayahnya.
"Bagaimana bisa kau mengurus satu istri dan satu anak saja tidak bisa? Istrimu itu adalah harta yang paling berharga bagi kerajaan ini dan keluargamu bodoh. Sudah ayah lihat-lihat kau memang memperlakukannya dengan buruk. Sebetulnya ayah ingin menegurmu dari lama tapi karena melihat Aeli tidak pernah mengeluh, jadi ayah pikir kalian sudah mandiri dan bisa menyelesaikan masalah kalian sendiri. Tapi nyatanya tidak ya? Bahkan ayah harus kehilangan cucu ayah yang berumur satu hari. Val, dengar dengan baik karena ayah hanya akan memberitahumu sekali. Istri dan anakmu itu perempuan. Mereka butuh kasih sayang, mereka butuh dimanja dan diperlakukan dengan lembut, maka berbuatlah demikian, anakku"
👑
110323
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! My Sleeping Princess
FanfictionSeorang putri kerajaan yang sukanya hanya tidur dan selebihnya berlatih balet atau belajar untuk menjadi seorang penerus tahta yang baik, sampai pada saat ia diajak bermain di pasar luar kerajaan, ia menemukan seorang permata yang menarik minatnya u...