Valdemar bergegas menyusul kereta Aeli dan bertekat memperbaiki segalanya. Ia sadar bukan salah Aeli takdirnya dari seorang biasa menjadi seorang pangeran penerus tahta kerajaan Luksemburg. Ia sekarang hanya berharap Aeli mau memaafkannya dan memulai segalanya dari awal. Walau hal itu pasti memang sulit dan belum tentu Aeli ingin bersamanya lagi.
Sesampainya di sana, ia tidak dibukakan gerbang oleh kerajaan Liechtenstein karena Aeli telah sampai duluan dan mengadukan semua tindak tanduk Valdemar selama 10 bulan pernikahan mereka. Pangeran Vincent selaku ayah Aeli menyatakan kekecewaannya pada Val saat ia mengusir menantunya itu.
"Maaf ayah" ucap Valdemar.
"Aku memberikan satu-satunya hartaku yang paling berharga dan kau memperlakukannya seperti itu? Memangnya kau siapa, hah?! Jangan lagi kau datang ke kerajaan kami, kau tidak disambut!" Tapi Val hampir menangis mengakui kesalahannya.
"Aku akan datang lagi untuk menjemput istri dan anakku, sementara ku titipkan mereka di sini" ucap Val sebelum meninggalkan gerbang istana.
"Kau tidak akan diterima di sini, Valdemar. Jangan karena anakku pernah mencintaimu jadi kau semena-mena padanya. Jangan khawatir mengenai Aeli dan Alena. Mereka lebih aman bersamaku ketimbang dirimu. Jika surat pembatalan pernikahan sudah jadi, kami akan kirimkan ke kerajaanmu. Jadi tidak perlu repot memijakkan kakimu di sini" Ayah Aeli sungguh menyesal menikahi putri berharganya dengan seonggok sampah di hadapannya ini.
"Pokoknya aku akan datang lagi untuk istri dan anakku" kali ini Val segera naik ke kereta kudanya dan meninggalkan tempat itu segera.
Dengan perasaan hampa karena tidak bisa membawa pulang istri dan anaknya. Semua memori perlakuan buruknya pada Aeli terputar pada benaknya. Bukankah sejauh ini Aeli sudah hebat karena bertahan? Apakah ia masih pantas meminta Aeli kembali ke sisinya? Dengan kegamangan hati ia meminta ajudannya untuk mampir ke rumah lamanya di mana ayah dan ibu yang mengurusnya sedari kecil tinggal di sana.
"Val!" Ibu membuka pintu dan kaget melihat ada Val yang pulang ke rumah ini.
Ibu Val memeluknya dan segera membawa anak laki-laki yang ia asuh sedari kecil itu untuk masuk ke dalam rumah.
"Apa kabar ibu dan ayah baik?" Tentu, Val lebih kerasan di rumah ini ketimbang di kerajaan yang terasa asing baginya.
"Kami tentu saja baik. Kau semakin tampan dengan baju kerajaan ini nak" ucap sang ibu.
"Ayah dengar desas desus tentang kau yang memperlakukan Putri Aeli dengan buruk, Val. Lebih dari separuh rakyat Liechtenstein sekarang membencimu karena kau memperlakukan penerus tahta kami dengan tidak baik. Bahkan kerajaan sedang sibuk dengan pengurusan surat pembatalan pernikahan. Apakah benar demikian?" Ayahnya memastikan.
Ditanya begitu Val semakin sadar kalau pernikahannya diujung tanduk dan mereka sangat dekat dengan kata perpisahan. Dan semua hal buruk ini terjadi karena ulahnya.
"Aku tidak mengelak, itu benar ayah" ibunya bangkit dan memukuli punggung Val dengan keras.
"Anak nakal! Tidak tahu diuntung! Bukankah pada saat itu kau yang menyukai Aeli! Bahkan ia menyukaimu pada saat tahu kau hanya rakyat biasa! Apa setelah kau menjadi Pangeran Luksemburg kau berubah?! Ibu tidak percaya telah gagal mendidik dan menghasilkan anak yang main tangan pada istri dan anaknya, sepertimu. Apa ayah dan ibu pernah memperlakukanmu seperti itu? Apa ayah kandungmu memperlakukan begitu?! Val, Aeli itu putri yang sangat berharga bagi kedua orangtuanya dan kerajaan ini, kenapa kau bodoh sekali?! Kalau memang tidak mampu menyayanginya, ya sudah ceraikan saja! Seharusnya sedari awal kau jangan menikahinya jika hanya bisa menorehkan luka padanya. Ibu juga perempuan, Val. Apa jika ayahmu ini memukuli ibu, kasar pada ibu, memaki ibu dan tidak memerdulikan ibu, kau akan diam saja? Bayangkan perasaan Aeli diberlakukan begitu olehmu. Apa perasaan orangtuanya? Sekarang ibu juga malu punya anak sepertimu. Lebih baik kau pergi dan jangan kembali lagi. Mulai hari ini, keluarga kami tidak memiliki anak sepertimu" bahkan oleh ibu dan ayah yang merawatnya sejak kecil, ia juga ditolak.
Val kembali ke kerajaannya dengan tangan kosong dan sejuta perasaan yang tertinggal.
👑
"Di mana menantu dan cucu cantikku?" Tanya Grand Duke Luxembourg melihat kepulangan putra mahkotanya.
"Aku bahkan tidak bisa bertemu dengan mereka" Val berkata sambil melalui ayah kandungnya itu.
"Dan kau langsung menyerah lalu pulang ke kerajaan ini? Kerajaan ini tidak menghasilkan pecundang yang melakukan kekersan pada wanita dan anak-anak. Bangsa ini dikenal dengan keteguhan, keberanian, dan sifat pantang menyerah" sahut ayahnya membuat Val berbalik.
"Jadi apa? Ayah juga mau membuangku?! Aku sudah dicampakkan oleh Aeli dan bayiku. Begitu juga orangtuaku yang di Liechtenstein. Sekarang ayah kandungku juga mau meninggalkanku, iya?!" Ayah menggeleng mendengar jawaban Valdemar.
"Kau harus meralat kalimatmu, kau yang mencampakkan Aeli sedari awal bahkan sebelum pernikahan kalian hanya untuk mencari samsak perubahan identitasmu, kan? Aku tahu kau orang yang mudah terbebani ketika diberikan tanggung jawab, kuakui itu menurun dari aku, tapi Aeli dan Alena adalah tanggung jawabmu juga, jadi saat kau tidak pernah perduli dengan mereka, wajar Aeli membuangmu, begitu juga orangtua angkatmu yang kecewa dengan perbuatanmu. Sementara aku? Jika sekalipun aku ingin membuangmu, darah lebih kental dari air, kau tetap anakku, Val. Aku tidak mau menyalahkanmu lagi, pesanku setidaknya kau berjuang menunggu Aeli di kerajaannya tadi, kau bisa menginap dan menunjukkan seberapa serius keinginanmu untuknya, bukan malah ikut sedih, membawa segala hal ke dalam perasaanmu seperti anak perempuan" perkataan ayahnya sedikit menusuk ulu hatinya.
"Aku sibuk, masih banyak hal yang harus ku lakukan untuk kerajaan ini" Val melanjutkan langkahnya menaiki tangga.
"Aku hanya mengingatkan, apa artinya hidupmu jika keluargamu hancur berantakan. Kalau soal tugas, punya keturunan untuk meneruskan kerajaan ini juga merupakan tugasmu sebagai putra mahkota. Lagi pula, siapa rakyat yang percaya di pimpin oleh seorang yang bahkan memimpin keluarga kecilnya saja gagal. Kau tidak bisa menjadi contoh kalau memang keluargamu saja tidak bisa kau buat utuh" Val sudah tidak menjawab tapi ia meresapi perkataan ayahnya dengan baik.
Val sengaja menyibukkan diri dengan pekerjaan yang tidak membantu pikirannya melupakan Aeli dan Alena. Waktu sudah lewat sebulan dan ternyata ia memiliki hari libur, ia kembali mecoba mendatangi Aeli yang kembali mendapat penolakan, sampai kali ke 7 Val datang ke Liechtenstein baru ia bisa bertemu dengan Aeli, di toko kopi tempat Aeli menghabiskan hari keduanya menjelajah dunia dulu bersama sang ayah.
"Kau tahu Val, dalam Katolik tidak ada perceraian, jadi tunggu saja pembatalan pernikahan dariku"
👑
120323
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! My Sleeping Princess
FanfictionSeorang putri kerajaan yang sukanya hanya tidur dan selebihnya berlatih balet atau belajar untuk menjadi seorang penerus tahta yang baik, sampai pada saat ia diajak bermain di pasar luar kerajaan, ia menemukan seorang permata yang menarik minatnya u...