Princess: 34

160 26 0
                                    

Sesungguhnya Val masih ingin bertahan di kamar Aeli, tapi ia tahu. Jika ia bertahan di kamar itu, emosi Aeli yang akan menjadi tidak stabil, dan itu akan membahayakan bayi mereka.

"Sekali lagi aku minta maaf, Aeli. Emosiku belum kembali stabil, aku tidak mau emosimu ikut tidak stabil sepertiku. Aku harap kau mau memaafkanku. Kalau terjadi sesuatu, aku ada di kamar Alena" Val sudah ingin melangkahkan kakinya pergi dari kamar Aeli, tapi ia juga takut, jika melangkah pergi sekali ini ia tidak bisa kembali mendekap Aelinya lagi, tidak bisa memiliki istrinya lagi.

Masa bodoh dengan Aeli yang tidak mau menerimanya. Val berani bertaruh Aeli masih mau memaafkan kebodohannya sekali lagi.

Val menghampiri Aeli untuk mengusap kening wanita yang marah dan pura-pura tidur itu. Val mulai mengecup kening wanitanya walau Aeli bersikap menghindar. Val mulai mengungkung Aeli dan memberikan ciuman paksa walau Aeli tidak mau. Sampai akhirnya wanita itu melenguh dan mereka melanjutkan kegiatan mereka lebih dalam lagi, sampai semua tenaga Aeli terkuras baru Val melepaskan wanitanya dan merebahkan diri di sebelahnya.

"Sudah puas membuatku menjadi benar-benar jalang? Tidur denganmu yang bukan lagi suamiku? Bahkan aku hanya mendedikasikan diriku untukmu, Val. Menikah ataupun tidak" jujur, Aeli juga merindukan kehangatan Valdemar.

"Maaf" Val segera memberikan pelukan hangat dari belakang dan mengusap perut Aeli dengan sayang.

"Untuk bersanding denganmu, kira-kira aku harus memiliki berapa ribu persediaan maaf, Val? Aku sendiri bahkan sekarang tidak yakin dengan diriku. Apa setelah melakukan hal intim denganku, keyakinanmu tentang bayi ini berubah? Aku tidak mau memaksakan pemikiranmu kalau memang kau tak yakin bayi ini milikmu" Aeli sudah meneteskan air matanya ketika berkata begitu.

Sungguh Val ingin mengusap wajahnya kasar, kenapa juga sampai hatinya menyakiti hati Aeli lagi, bahkan meragukan buah cinta mereka. Benar kata ayahnya, Aeli tidak mungkin berpaling, bahkan jika Val berpaling sekalipun.

"Aku tidak tahu sampai kapan aku terus membuatmu harus memaafkanku, aku tidak memaksamu harus memaafkanku walau aku terus berharap kau memaafkanku, tentu bukan untuk ku ulangi, sayang. Dan untuk bayi kita yang masih bertumbuh di dalam kandunganmu. Papa juga minta maaf ya nak? Papa selalu sayang denganmu tidak pernah berkurang rasa sayang papa walau jauh sekalipun, maaf tadi mengganggu waktu tidurmu mungkin? Papa hanya menyiapkan hati untuk kemungkinan terburuk tanpa berpikir kalau hal itu menyakitimu dan mama, maaf ya? Kenapa juga kau harus punya papa yang bodoh dan suka termakan rumor seperti ini. Padahal papa juga sudah memperingati mama agar tidak termakan rumor, malah papa yang memakan rumor itu keseluruhan" Val berkata demikian sambil merapatkan dirinya pada Aeli dan menaruh kepalanya pada pundak mungil sang istri.

Aeli tidak lagi berbicara, ia memainkan rambut Valdemar dan mencium feromon lelakinya itu untuk memenuhi indranya.

👑

Vincent sangat marah ketika mampir ke kamar Aeli menemukan anak dan mantan menantu kurang ajarnya itu tengah tertidur, telanjang, dan berpelukan.

"Apa-apaan ini?!" Vincent baru saja ingin memaafkan Val karena rayuan ayah Val, tapi bukan untuk kembali menikahkan mereka berdua.

"Namanya juga gairah anak muda, Vincent! Kau seperti tidak pernah saja!" Bela Ayah Val ketika melihat Val dan Aeli terbangun menyelimuti diri mereka.

"Ku rasa lebih baik tinggalkan dulu mereka dan kita ke kamar Alena saja, biar mereka menyiapkan diri untuk lebih layak bertemua dengan orang lain setidaknya" ucap Steffi menutup kamar Aeli yang berisikan dua sejoli itu.

"Aku tidak menyangka Aeli akan berbuat begitu dengan laki-laki yang bukan lagi suaminya" ucap Vincent kecewa, bahkan Aeli masih bisa dengar perkataan ayahnya.

"Makanya, kita nikahkan saja lagi mereka. Dari pada cucu kita lahir dengan keadaan orangtuanya berzinah seperti tadi? Lebih baik dalam keadaan menikah dan legal, kan?" Ucap Ayah Val.

"Lagi pula memang kau yang memisahkan mereka dengan paksa, Vincent! Kau tidak pernah merasakan bagaimana sulitnya hamil dan bagaimana mengatasi hormon kehamilan" ya, Aeli setuju dengan ibunda, kalau ia sedang tidak hamil, ia tidak akan semudah ini menerima Valdemar lagi.

Tapi Val yakin, Aeli akan selalu luluh dengan sentuhannya. Hamil ataupun tidak.

"Lebih baik aku bersiap, Alen pasti mencariku" ucap Aeli ingin meninggalkan tempat tidurnya.

Tapi Val mencegat tangannya membuat Aeli kembali terduduk di tempat tidurnya dan bersandar pada Valdemar.

"Berikan aku ciuman dulu, sayang. Kalau tidak aku tidak akan melepaskanmu dan membuatmu harus memuaskanku lagi seperti tadi. Tidak buruk juga berolah raga dua kali. Mengulang kegiatan panas dan berkeringat kita" omongan Val semakin vulgar dan Aeli terpaksa mencium bibir manis itu agar berhenti membual.

"Sudah, lain kali minta dengan Selda saja. Aku tidak sanggup lagi bermain denganmu" ujar Aeli sambil berlari kecil ke kamar mandi.

"Tapi aku membawa Selda ke sini untuk di berikan pada ayahmu, sayang! Agar Selda bisa masuk penjara bawah tanah kerajaan Liechtenstein! Aku tahu aku sungguh salah karena pernah mengabaikanmu karena Selda, bahkan membela Selda ketika ia membahayakanmu dan bayi kita. Tapi percayalah, kau tetap segalanya untukku, Selda hanya seorang kenalan lama, sayang! Kalau kau adalah masa laluku, masa kini ku, san masa depanku! Hidup Princess Adelaide!" Ah, Val memang benar-benar candu, bercinta dan mendengar kata-kata manisnya saja sudah membuat wajah Aeli kembali memanas.

"Berhenti membual, Valdemar! Atau aku tidak akan mau menikah denganmu lagi!" Ya kan? Lemah kan?

"Jadi kalau sekarang? Kau mau kembali bersamaku, lagi? Ku pastikan kali ini kau akan merasakan hanya kebahagiaan, ku pastikan kau tidak akan menyesal jika menerimaku lagi menjadi suamimu. Ku janjikan kau akan menjadi wanita paling bahagia, Deli! Setelah semua air mata yang kau dan aku habiskan! Setelah ini hanya ada kita dan anak-anak" terus saja berpidato, tidak tahu kah Val kalau Adelaide membayangkan semuanya begitu manis?

"Jangan mengganggu waktu mandiku dengan teriakan jani palsumu, Val! Kau tidak tahu kah aku baru saja mengatakan betapa sedihnya berharap pada manusia? Apalagi manusianya sepertimu. Pintar bicara dan pintar membuat sakit hati" teriak Aeli dari dalam kamar mandi.

Val menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sebetulnya tidak ada yang salah dengan kalimat Aeli. Mungkin, jika Val bukan seorang Grand Duke dan tidak diasuh dengan seorang pemilik penginapan, ia sudah menjadi seorang pujangga.

"Semoga saja kau masih mau membuatku menepati semua janji-janji manisku, ya Aeli? Karena jika bukan denganmu, aku tidak akan pernah mau"

👑

040323

Oh! My Sleeping Princess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang